Atasi Krisis dengan Solidaritas Kolektif
Oleh Ahmad Nyarwi Dosen Program Pascasarjana, Departemen Ilmu Komunikasi
Fisipol UGM, Yogyakarta
DI tengah hiruk-pikuk kontestasi kekuasaan menjelang Pilpres 2009
mendatang, berbagai persoalan sosial nampak terus menjadi kabut gelap
kehidupan kemasyarakatan kita. Kasus caleg stres/bunuh diri, kasus
seribu tentara Batalyon 751 Sentani di Jayapura, Provinsi Papua, yang
mengamuk merupakan beberapa potret problem sosial dari puncak gunung es
anomali sosial dalam masyarakat kita
D Di luar kasus tersebut, hamparan bumi Nusantara ini masih dipenuhi
dengan beragam kasus kriminalitas, korupsi, pelanggaran hukum,
pelanggaran HAM, krisis nilai dan budaya, kerusakan lingkungan, narkoba,
HIV/AIDS, dan berbagai persoalan lainnya
Masyarakat kita dewasa ini sungguh digenggam cengkeraman krisis yang
sangat akut. Apa yang kita lihat utuh, solid, kokoh, pada dasarnya
sangat rapuh. Para pejabat atau aparat boleh mengatakan pemilu
legislatif yang baru saja kita laksanakan adalah pemilu yang sukses,
tanpa gejolak kerusuhan yang berarti. Namun sesungguhnya, secara
sosiologis, itulah pemilu yang paling kacau dan tidak tertib. Kekacauan
itu lebih parah lagi jika dilihat dalam konteks tata krama politik
Namun begitu, kita pun boleh lega, partisipasi kaum wanita di bidang
politik cukup menggembirakan. Setidaknya jika dilihat dari indikator
daftar calon legislatif, yang mendekati angka 30%. Namun apa lacur,
partisipasi kaum wanita kita di bidang woman trafficking dan narkoba
masih rendah. Termasuk penderita HIV/AIDS dan hepatitis C, kondisi kaum
hawa sangat mengkhawatirkan
Dari catatan ini, sesungguhnya bisa dikatakan, kita mengalami krisis
akut di semua lini dan di semua bidang. Namun, kendati krisis sosial
terus menguat, watak institusi sosial dan politik/ negara kita masih
jauh dari sensitivitas krisis tersebut
Berangkat dari kondisi inilah ke depannya kita perlu merancang agenda
kolektif manajemen krisis sosial. Pemenang pilpres dan rezim
pemerintahan boleh saja berganti berkali-kali, tapi tanpa agenda
manajemen krisis sosial kolektif rasanya berbagai persoalan sosial akan
terus mendegradasi kualitas generasi mendatang
Manajemen krisis sosial Jika melihat kondisi sosial yang sangat
memprihatinkan ini, kita membutuhkan sebuah desain manajemen komunikasi
kolektif yang serius
Dalam konteks ini, manajemen krisis merupakan salah satu model yang
patut dipertimbangkan
Salah satu kelemahan bangsa ini adalah sense yang lemah terhadap ancaman
krisis. Maklum, selama beberapa dasawarsa kita selalu dininabobokan dan
dimanjakan dengan berbagai retorika kekuasaan, saat krtika bangsa kita
adalah bangsa yang besar, kaya raya dan hidup dalam suasana yang penuh
keragaman/Bineka Tunggal Ika, kedamaian, permusyawaratan, dan
kegotongroyongan
Manajemen krisis sosial yang dimaksud di sini bertumpu pada nilai-nilai
budaya yang mampu diterjemahkan ke dalam aneka komponen perencanaan
penanggulangan atas krisis, persiapan penanganan krisis, strategi
komunikasi, dan sistem evaluasi terhadap krisis. AB Susanto (2002)
menjelaskan bahwa dalam mendesain manajemen krisis ini sangat penting
dibentuk tim manajemen krisis yang efektif di tingkat pemerintah pusat
dan daerah. Tim ini dibuat sekecil mungkin, agar pengambilan keputusan
menjadi cepat dan efi sien
Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan di sini. Yang
pertama adalah konteks manajemen krisis. Kedua, kapasitas tim anggota
dalam manajemen krisis. Ketiga, konsep strategi yang dilakukan dalam
manajemen krisis
Manajemen krisis harus senantiasa mempertimbangkan konteksnya. Jika
mengacu pada FearnBanks (1996:2), konteks manajemen krisis merupakan
proses perencanaan strategis terhadap krisis atau titik balik negatif.
Sebuah proses yang mengubah beberapa risiko dan ketidakpastian dari
keadaan negatif dan berusaha agar organisasi dapat mengendalikan sendiri
aktivitasnya
Kedua, terkait dengan kapasitas. Setiap anggota kelompok manajemen
krisis harus merupakan pengambil keputusan dalam wilayah keahliannya.
Mereka juga harus mampu mengolah informasi yang tersebar, dituangkan
dalam rekomendasi yang bermakna, serta melakukan serangkaian tindakan
yang efektif. Kreativitas anggota tim juga harus muncul sejalan dengan
kemampuan untuk menerima tanggung jawab dan menjadi pemicu yang akan
memenuhi tenggat serta menunjukkan tindakan-tindakan etis
Ketiga, terkait dengan konsep strategi manajemen krisis,
Gonzales-Herrero dan Pratt memperkenalkan konsep strategi manajemen
krisis dengan tetap mengacu pada tahapan krisis yang sudah ada. Langkah-
langkah tersebut meliputi empat hal, yaitu manajemen isu, perencanaan
pencegahan, krisis terjadi, dan pascakrisis
Lahirnya strategi manajemen krisis yang kuat dari berbagai institusi
pemerintah, swasta, keagamaan, dan institusi sosial/NGO/CSOs saat ini
kian dibutuhkan. Institusi publik/kekuasaan dan sosial sering terseret
dalam mata rantai yang mereproduksi penyemaian persoalan-persoalan
sosial kemasyarakatan tersebut. Hal itu mestinya tidak boleh terjadi.
Jikalau kondisi itu terus berlangsung, tentu bangsa kita akan terjebak
dalam sirkuit krisis sosial yang tak berkesudahan
Kita membutuhkan manajemen krisis sosial yang tidak hanya mampu
menyelesaikan krisis sosial yang saat ini terus berlangsung. Namun, kita
juga membutuhkan manajemen krisis sosial yang mampu mengantisipasi
berbagai ancaman krisis yang siap mendera bangsa ini, baik dari faktor
internal dan eksternal. Manajemen komunikasi krisis sosial ke depan
sangat penting. Karena, krisis sosial dalam skala luas dapat memberikan
dampak negatif bagi citra dan reputasi bangsa
Pentingnya solidaritas kolektif Manajemen krisis sosial dan strategi
jitu dalam mengantisipasi krisis yang telah berlangsung dan krisis
potensial yang mengancam akan sulit kita wujudkan tanpa adanya
solidaritas kolektif. Selama beberapa tahun terakhir, nilai-nilai
solidaritas ini nampak kian menguat di kalangan dunia usaha melalui
program corporate social responsi bi
lity (CSR) mereka. Sebagai contoh hal yang menarik, misalnya, dilakukan
Koalisi Bisnis Indonesia untuk AIDS (Indonesia Business Coalition on
AIDS/IBCA). Koalisi ini terdiri dari tujuh perusahaan, yaitu Sintesa
Group, Gajah Tunggal, Sinar Mas Group, PT Freeport Indonesia, BP,
Chevron Indo Asia, dan PT Unilever Indoensia Tbk
Koalisi itu telah diluncurkan sejak 2 Desember 2007, dalam kegiatan Stop
AIDS
Salah satu anggota koalisi ini, yaitu Chevron Corporation telah
mendonasikan US$5 juta (sekitar Rp50 miliar) untuk program HIV/AIDS di
Indonesia melalui kemitraan dengan Global Fund, Pemerintah Indonesia,
dan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Depkes
Donasi yang dikucurkan selama tiga tahun tersebut merupakan bagian dari
total sumbangan US$30 juta, yang dikelola Global Fund, untuk
menanggulangi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lain di kawasan Asia dan Afrika
Sebagaimana disebut sebelumnya, kita takabur dalam menanggapi berbagai
kenyataan
Termasuk di dalamnya soal HIV/AIDS ini. Padahal itu merupakan isu
kesehatan yang paling mengerikan. Karena, di Indonesia virus itu telah
menelan 8.700 jiwa pada 2007. UNAIDS, badan kerja sama PBB untuk
HIV/AIDS, bahkan memperkirakan ada sekitar 270 ribu orang berusia 15
tahun hingga 49 tahun hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia
Apa yang dilakukan koalisi kalangan swasta di sini sangat menarik.
Sebab, solidaritas kolektif memang perlu dikembangkan di berbagai
institusi swasta, institusi sosial dan keagamaan, dan institusi
publik/pemerintah. Sebab, berbagai jenis krisis nampak tidak hanya
berdampak pada satu jenis institusi, tapi terbukti setiap krisis sosial
sering kali memberikan multiplier effect ke berbagai institusi lainnya
Solidaritas sosial kolektif menjadi salah satu pilar dasar dalam
manajemen krisis sosial. Sebab, ketika krisis sosial, budaya, dan
keagamaan terus menyeruak di berbagai tempat di Indonesia, para pelaku
dan elite kekuasaan negara juga tidak bisa tenang, dan dunia swasta
(aktivitas ekonomi dan jasa) juga terkena imbasnya. Di situlah
pentingnya kita membangun solidaritas kolektif
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/06/18/ArticleHtmls/18_06_2009_018_003.shtml?Mode=0
Atasi Krisis dengan Solidaritas Kolektif
Written By gusdurian on Jumat, 19 Juni 2009 | 12.32
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar