BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Tuhan Itu Pemalu

Tuhan Itu Pemalu

Written By gusdurian on Minggu, 31 Mei 2009 | 12.32

DIRIWAYATKAN oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Rasulullah pernah
bersabda, sesungguhnya Allah itu pemalu dan pemurah.


Bila ada seorang hamba yang mengangkat tangannya bermohon kepada-Nya
dengan sungguhsungguh, Dia malu untuk menolaknya dan melihat hamba-Nya
kembali dengan tangan kosong. Salah satu sifat yang dimiliki oleh semua
Rasul Tuhan adalah sifat malu melakukan tindakan tercela, baik di
hadapan manusia maupun Tuhan.

Jika manusia tidak lagi memiliki rasa malu,tak ubahnya dia dengan
hewan.Orang yang berbudi luhur tidak saja malu melakukan perbuatan
tercela, bahkan melihat orang lain berbuat asusila saja sudah malu
rasanya. Contohnya sangat mudah dan sederhana. Kita semua pasti akan
malu sendiri melihat orang lain berjalan telanjang di tempat keramaian.
Kita malu membaca berita sekian banyak wakil rakyat korupsi.Kita malu
menyaksikan sikap dan omongan politisi tidak bermutu, padahal tingkat
pendidikannya tinggi dan selalu mengatasnamakan rakyat.

Rasulullah bersabda, rasa malu dan iman itu dijadikan pasangan, jika
hilang salah satu,maka hilanglah yang lain.Jadi,salah satu indikator
apakah seseorang atau masyarakat itu masih memelihara iman atau tidak,
perhatikan saja tingkat kesetiaannya dalam menjaga kehormatan diri
berupa rasa malu berbuat yang tidak baik. Salah satunya adalah
korupsi,berbohong, tidak menepati janji, dan sekian banyak perbuatan
tercela lainnya.

Betapa rasa malu itu sangat vital, mudah diamati pada keluarga yang
terkena musibah.Misalnya saja ada seorang ayah atau kepala keluarga
yangmemilikistatus sosialtinggidan terhormat, pasti anggota keluarganya
akan bangga padanya.Namun, ketika yang bersangkutan tiba-tiba
diberitakan media massa sebagai penjahat negara dan kemudian masuk
tahanan,peristiwa itu bagaikan bencana tsunami yang menghancurkan
kehormatan dan kebanggaan keluarga. Semua anggota keluarganya merasa
berat menanggungmalu.

Mungkin saja ada segelintir orang yang tidak lagi memiliki rasa
malu,sehingga masuk kategori hewan dan telah hilang imannya. Rasulullah
bersabda, ”Perbuatan keji itu kotoran,sedangkan rasa malu itu hiasan.”
Ungkapan ini singkat,padat,dan memiliki kebenaran universal. Di manapun
kita bepergian, entah di dalam ataupun di luar negeri, sebuah masyarakat
dianggap tinggi peradabannya ketika masih memiliki rasa malu. Meski
tingkat ekonomi dan teknologi sebuah negara tergolong maju,tetapi ketika
tak lagi menjaga rasa malu, maka hancurlah bangsa itu.

Di antara bangsa yang masih menjaga kehormatan dirinya dengan memelihara
rasa malu adalah Jepang. Seorang menteri akan rela mundur dari
jabatannya, bahkan melakukan harakiri, kalau gagal melaksanakan tugas
yang diamanatkan kepadanya. Belum lama berselang bahkan mantan presiden
Korea Selatan melakukan bunuh diri karena dituduh korupsi. Daripada
membuat malu bangsanya dan menjadi beban pemerintah, lebih baik
mengakhiri hidup dengan cara saya sendiri,katanya. Secara pribadi saya
tidak setuju tindakan bunuh diri.

Tetapi yang patut direnungkan dan diteladani adalah kuatnya rasa malu
ketika gagal mengemban amanat. Rasa malu ketika menyusahkan orang lain.
Rasa malu ketika melakukan tindakan tercela dan merugikan masyarakat.
Sifat dan sikap seperti initampaknya semakinmenipisdan hilang dari dunia
politik dan birokrasi di Indonesia. Sering kali ditemukan,petugas polisi
lalu lintas tidak malu menerima uang sogokan dari pengendara yang distop
karena salah jalan.Petugas birokrasi yang kewajibannya melayani rakyat,
tidak malu meminta uang pada tamu yang datang meminta hakhaknya untuk
dilayani.

Banyak politisi tidak malu mengejar dan meminta-minta jabatan, meski
dirinya tidak memiliki kompetensi. Demikianlah, setiap hari kita melihat
perilaku sosial di sekeliling kita yang menunjukkan sifat malu semakin
menipis di negeri yang katanya religius ini.Padahal, menurut sabda
Rasul, iman dan malu itu pasangan yang tidak terpisahkan, jika hilang
yang satu maka hilanglah yang lain.Ada masyarakat yang memiliki rasa
malu namun tanpa iman, ada lagi yang mengaku memiliki iman tapi
kehilangan rasa malu.

Jika untuk urusan dunia,mereka yang menjaga rasa malu tampak lebih baik,
meski tidak beriman. Tinggal ditambahi saja iman. Sebaliknya, meski
mengaku beriman, tetapi jika tidak disertai sikap malu, imannya pun
tidak membuahkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi maupun
masyarakat.Padahal akhlak mulia atau ihsan merupakan buah yang
diharapkan keluar dari iman.

Allah sendiri memiliki sifat malu.Ini suatu kabar gembira bagi mereka
yang tengah dalam kesulitan agar jangan segan-segan selalu berdoa dengan
sungguh-sungguh kepada Tuhan, mengadu dan mohon pertolongan agar
diringankan semua beban hidupnya. Lebih diutamakan lagi datang dan
memohon pada Tuhan di tengah malam, di saat orang lain umumnya tidur
lelap.Tuhan malu pada hamba-Nya yang bangun di malam hari khusus untuk
beraudiensi dengan-Nya, memohon ampunan, rezeki, dan apa saja yang
sangat dihajatkan.

Tuhan malu jika hamba tadi pulang dengan tangan kosong. Jangankan Tuhan
Yang Maha Pemurah,kita sebagai manusia saja pasti malu dan tidak tega
jika ada pengemis,teman,atau saudara yang datang dari jauh minta
pertolongan. Pasti hati kita tergerak untuk membantunya. Kekuatan doa
ini banyak diceritakan dan diyakini, terutama oleh para orangtua kita.
Banyak keajaiban hidup dan cerita sukses yang sulit dicerna oleh nalar,
namun mereka yakin sekali semua itu merupakan buah dari doa yang selalu
dipanjatkan kepada Tuhan.

Doa yang paling sering dipanjatkan orang tua adalah memohon pada Tuhan
untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Saya yakin, banyak cerita
sukses anak muda yang sebagian besar kesuksesannya adalah berkat doa
orang tuanya. Bahkan ada orang tua yang tidak saja rutin bangun salat
malam, khusus berdoa untuk anak-anaknya, bahkan ada yang disertai puasa
Senin-Kamis.Mereka berpandangan,ibadah itu semata untuk Tuhan. Tak ada
konsep kirim pahala.

Namun mereka juga yakin, doa orang berpuasa dan bangun tengah malam akan
lebih diperhatikan Tuhan, mengingat Tuhan malu dan maha pemurah,
sehingga pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doa hamba- Nya yang
disampaikan dengan sungguh-sungguh. Dalam sabda yang lain Rasulullah
memberitahukan, doa yang dikabulkan Tuhan adalah yang senantiasa
dipanjatkan, baik waktu senang maupun waktu susah.

Artinya, seseorang itu memang sungguhsungguh mengingat Tuhan tidak saja
waktu mendapat musibah, tetapi juga ketika menerima kemudahan dan
kesenangan. ”Kalau engkau tidak memiliki rasa malu, berbuatlah apa saja
layaknya hewan, karena yang membedakan manusia dan hewan adalah adanya
rasa malu,” Rasulullah mengingatkan.(*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/242519/38/
Share this article :

0 komentar: