BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » »

Written By gusdurian on Minggu, 10 Mei 2009 | 14.26

TAJUK, Hatta Rajasa di Antara Dominasi SBY dan Mega


KUNJUNGANHatta Rajasa ke rumah Megawati,Rabu (6/5),bisa dimaknai sebagai kunjungan politis.Kendati tema besar yang diusung membicarakan status rumah Megawati,representasi Hatta sebagai orang kepercayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengisyaratkan adanya upaya “pendekatan”kepada Megawati.


Sudah menjadi rahasia publik,kedekatan Hatta dengan SBY tidak lagi semata urusan formal Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) dengan Presiden. Selama ini, Hatta juga menjalankan ”tugas politik” menghubungkan SBY dengan para tokoh partai politik. Setidaknya dalam dua bulan terakhir, Hatta berhasil menjadi mediator pertemuan SBY dengan MS Kaban (PBB), Muhaimin Iskandar (PKB), Hilmi Aminuddin (PKS), Amien Rais (PAN), dan Suryadharma Ali (PPP).

Goal dari pertemuan tersebut adalah menjalin koalisi bersama. Hatta piawai dalam melobi.Dia memiliki jejaring pertemanan sangat luas.Hampir semua tokoh kunci yang menjadi patron politik di Indonesia bisa didekati Hatta. Dengan Megawati, Hatta punya hubungan historikal. Sebagai Ketua Fraksi Reformasi di DPR tahun 2001, Hatta terlibat langsung dalam keputusan strategis terkait suksesi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kepada Megawati. Bukti besarnya jasa Hatta ”dibalas” Mega dengan menunjuknya sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek).

Tidak hanya dengan Megawati. Hatta juga memiliki hubungan pertemanan yang kental dengan suami Megawati,Taufik Kiemas.Sebagai sesama ”wong kito”, Hatta sering terlibat dialog dan komunikasi politik dengan Kiemas. Dulu menjelang suksesi Gus Dur kepada Megawati, Kiemas selalu mengajak Hatta bersama petinggi fraksi di DPR berkunjung ke daerah. Hubungan mereka semakin lekat saat Hatta menjadi bagian kabinet pemerintahan Megawati.Tentunya,sentuhan pertemanan di masa lalu,menjadi entry pointbagi Hatta untuk bisa diterima Megawati. Upaya mendekati Megawati saat ini merupakan momentum terbaik.

Perolehan suara PDI Perjuangan yang tidak signifikan dalam Pemilu Legislatif 2009 membuat partai moncong putih itu sulit mengusung Megawati bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Beberapa pekan sebelumnya, Megawati masih berpeluang maju sebagai capres kalau saja Jusuf Kalla dan Golkar tidak menggandeng Wiranto dengan Hanura berkoalisi dalam Pilpres 2009. Minimal, jika Hanura dan Gerindra masih bersama PDI Perjuangan, syarat pencalonan capres bisa dilampaui Megawati.

Saat ini memang masih ada Gerindra yang bisa diajak berkoalisi dengan PDI Perjuangan.Namun, arah ke sana semakin jauh dari kenyataan karena Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto tetap high calldan tak mau mengalah menjadi cawapres. Situasi gamang di PDI Perjuangan ternyata juga dialami SBY dan Partai Demokrat.Hanya, kegamangan SBY dan Partai Demokrat bukan pada masalah syarat pengajuan capres pada Pilpres 2009, tetapi pada pendukung koalisi yang didominasi parpol berasas Islam.

Sebagai figur nasionalis, tentunya SBY tidak happy dengan situasi koalisi saat ini. Dia pasti menginginkan kehadiran partai berbasis nasionalis agar koalisi yang dibangun bercorak pelangi.Faktanya, hanya ada satu partai nasionalis dengan basis massa terbesar saat ini yang belum masuk dalam koalisi pilpres yakni PDI Perjuangan.Mau tak mau,Megawati dan PDI Perjuangan menyimpan daya tarik tersendiri bagi SBY.

Di lain sisi, tak ada lagi alasan Megawati dan PDI Perjuangan menolak pinangan SBY.Justru inilah momentum terbaik PDI Perjuangan menyiapkan kader di eksekutif, setelah lima tahun memilih beroposisi di luar pemerintahan. Toh,kalaupun menang dalam pilpres mendatang SBY tidak lagi memiliki target politik yang mengancam masa depan kader PDI Perjuangan. Politik memang tak bisa dikalkulasi secara hitam putih. Namun, adagium yang pasti dan tetap berlaku dalam politik adalah bahwa tidak ada kawan dan lawan abadi,hanya ada kepentingan abadi.

Merujuk pada kenyataannya tersebut, bisa dipastikan koalisi Demokrat dengan PDI Perjuangan adalah sebuah keniscayaan.Ketika keniscayaan itu menjelma dalam realitas,figur Hatta Rajasa tak boleh dilupakan. Sekecil apa pun sumbangsih yang diberikan, Hatta telah memberi bukti mampu mencairkan kebuntuan politik antara SBY dengan Megawati.(*)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/236937/
Share this article :

0 komentar: