Moralitas Politik yang Membingungkan
PASCAPEMILU Legislatif 2009,rakyat Indonesia dibuat bingung dengan manuver tokoh-tokoh politik. Faktor moralitas yang menjadi pijakan berpolitik, kini tergadaikan kepentingan-kepentingan pragmatis agar tetap berada dalam pusaran kekuasaan.
Siapa yang menyangka pimpinan partai yang sebelum pemilu begitu bersemangat mengumbar jargon koalisi segitiga emas (golden triangle) kini “balik kucing” dan berada dalam posisi yang absurd. Begitu juga dengan ketua umum partai lainnya yang awalnya bersemangat memproklamirkan diri sebagai calon presiden (capres), kini terjebak dalam praktik bargaining position.
Padahal, moralitas itu sangat terukur. Ketika seseorang menipu, berdusta atau mencuri,itu berarti dia telah melakukan pelanggaran moral. Sanksi sosial yang berlaku adalah dia akan dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Moralitas politisi diukur lewat janji yang diucapkan.Setiap perkataan yang dia ucapkan merupakan sebuah perjanjian dengan publik.
Dengan demikian, ketika tiap patah kata yang dia ucapkan tidak direalisasikan, wajar jika menimbulkan tanda tanya publik. Kita prihatin dengan permainan politik saat ini.Jargon-jargon politik yang diusung menjelang pemilu kini hanya tinggal kenangan. Rakyat kembali berada dalam posisi tidak berdaya seraya menyaksikan tontonan yang tidak mendidik.
Idealnya,para elite partai politik tetap teguh dengan sikap dan targettarget politiknya. Ketika bendera sudah dikibarkan, pantang surut mundur ke belakang.Kegigihan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang justru tidak menikmati alam kemerdekaan yang mereka perjuangkan, seharusnya menjadi sumber inspirasi bagi setiap langkah politik yang ditempuh.
Tak salah jika kita mempertanyakan kualitas dari elite-elite politik saat ini. Flashback Pemilu 2004 lalu, menunjukkan fakta ketua-ketua umum partai tetap teguh dengan pendiriannya untuk maju sebagai calon presiden.Amien Rais,sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) saat itu,tetap percaya diri menjadi calon presiden kendati partainya hanya mendulang lebih kurang 7% suara.
Begitu juga dengan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz. Di tengah cibiran berbagai kalangan yang menyangsikan kemampuannya menghimpun suara dalam pemilihan presiden, Hamzah dengan rasa optimisme yang tinggi tetap memilih maju bertarung melawan capres-capres lain.
Setidaknya, Pemilihan Presiden 2004 mencatat ada tiga ketua umum parpol yang maju sebagai capres, termasuk Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Lantas, bagaimana dengan Pemilihan Presiden 2009 mendatang? Rasa-rasanya, tak akan ada lagi ketua umum partai politik yang maju tak gentar meraih posisi capres.
Kalaupun ada, bisa jadi hanya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang akan muncul menjadi lawan incumbentPresiden Susilo Bambang Yudhoyono.Jika hal ini terjadi, sejarah mencatat hanya satu ketua umum partai politik yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden 2009.
Minimnya simbol partai yang maju sebagai calon presiden menunjukkan rendahnya kualitas ketokohan dari pemimpin-pemimpin partai saat ini.Namun,daripada terjebak dalam debat kusir yang tiada berkesudahan, biarlah hal ini menjadi bahan renungan kita bersama. Yang pasti,kita patut mengingatkan kembali para politisi di Indonesia agar tetap teguh menjunjung tinggi aspek moralitas dalam berpolitik. Cara-cara berpikir pragmatis untuk meraih kekuasaan harus dihindari.
Sudah menjadi common sense bahwa dalam sistem welfare state, hanya tokoh-tokoh berkarakter negarawan yang layak diberi kepercayaan mengelola negara. Itu karena kepentingan rakyat harus didahulukan ketimbang kepentingan kelompok dan golongannya. Sudah saatnya rakyat diberdayakan untuk mengevaluasi secara kritis tokoh-tokoh yang hendak menjadi pemimpin bangsa ke depan.
Semangat menjunjung tokoh-tokoh politik yang bermoral harus menjadi dasar pilihan kita bersama. Salah memilih tokoh, berarti sama saja dengan menciptakan kemunduran bagi bangsa dan negara.(*)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/230791/
Home »
berita
» Moralitas Politik yang Membingungkan Saturday, 18 April 2009 PASCAPEMILU Legislatif 2009,rakyat Indonesia dibuat bingung dengan manuver tokoh-tokoh po
Moralitas Politik yang Membingungkan Saturday, 18 April 2009 PASCAPEMILU Legislatif 2009,rakyat Indonesia dibuat bingung dengan manuver tokoh-tokoh po
Written By gusdurian on Minggu, 19 April 2009 | 13.14
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar