BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Meningkatnya Posisi Tawar Petani

Meningkatnya Posisi Tawar Petani

Written By gusdurian on Rabu, 29 April 2009 | 12.11

Meningkatnya Posisi Tawar Petani

HER SUGANDA
Masalah klasik yang selalu muncul dalam pemberitaan media massa, baik cetak maupun elektronik, pada setiap musim panen raya selalu menyangkut harga gabah merosot di sejumlah daerah. Isu tersebut selama hampir tiga dasawarsa terakhir ini tetap terulang menjadi manifestasi teriakan nasib petani.
Fenomena yang selalu terjadi pada setiap musim panen raya itu sebenarnya sudah bisa diprediksi sebelumnya. Bukankah pemerintah, terutama pemerintah daerah, sudah memiliki jadwal tanam sekaligus jadwal panen berikut dengan luasan tanaman padi yang akan dipanen di daerah masing-masing. Untuk mengetahui kondisi cuaca, bukankah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan setia selalu menyediakan prakiraannya.
Kedua hal itu sangat penting karena salah satu sebab terjadinya harga gabah merosot akibat mengalami panen serempak dengan produksi meningkat. Praktis penawaran akan lebih besar, sementara permintaan tetap atau bahkan berkurang. Hukum ekonomi menyebutkan, harga akan merosot jika penawaran lebih besar dari permintaan. Apalagi akibat kendala cuaca, seperti curah hujan yang masih tinggi, sehingga petani dihadapkan pada dua pilihan yang serba sulit dan keduanya tetap merugikan. Menyimpan hasil panennya yang masih basah akan mengakibatkan kemerosotan mutu gabah. Sebaliknya, jika hasil panennya dijual, harganya rendah.
Terjadinya harga gabah yang merosot di tingkat petani sebenarnya bisa diatasi jika lembaga ekonomi di pedesaan dan Badan Urusan Logistik (Bulog) yang bertugas menjaga stok pangan nasional segera melakukan pembelian. Dengan berfungsinya mekanisme penyerapan gabah produksi petani, posisi tawarnya bisa ditingkatkan. Tetapi, setelah reformasi, lembaga ekonomi pedesaan, seperti Koperasi Unit Desa (KUD), banyak yang gulung tikar karena salah urus. Selama Orde Baru, KUD merupakan mitra Bulog sekaligus ujung tombak pengadaan pangan stok nasional.

Varietas unggul
Namun, lemahnya posisi tawar petani pada setiap musim panen sebenarnya bukan hanya disebabkan jumlah penawaran yang lebih besar. Keberhasilan kita dalam meningkatkan produksi selama ini berhasil dicapai antara lain karena digunakannya benih varietas unggul. Tetapi, karena varietasnya seragam dan ditanam dalam hamparan sawah yang sangat luas, terutama di Pulau Jawa, meningkatnya produksi secara massal tidak berarti meningkatkan pendapatan petani.
Pulau Jawa yang menyumbang sekitar 65 persen produksi padi nasional memiliki kondisi alam yang menguntungkan. Gunung-gunung api muda yang masih aktif dengan sungai-sungainya memberikan sumbangan yang tidak kecil pada kesuburan tanahnya. Akan tetapi, keadaan itu tidak berarti sama untuk semua daerah. Tiap daerah memiliki kondisi tanah yang berbeda dengan daerah lain, baik dalam kandungan hara maupun klimatologinya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, semua itu tentu saja membutuhkan perlakuan yang tidak sama.
Pada zaman penjajahan Belanda, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat terkenal sebagai penghasil beras kualitas ekspor. Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung beras karena jenis berasnya memiliki ciri khas, terutama karena rasa nasinya yang enak. Bahkan, sampai sekarang, sebagian kecil petani di Jawa Tengah dan Jawa Barat masih menikmati keuntungan karena menanam padi rojolele dan pandanwangi dari Cianjur.
Karena tidak mau terpuruk akibat harga merosot, seperti dialami petani lain, selama bertahun-tahun petani di daerah Subang, Jawa Barat, bertahan dengan menanam padi ketan. Dengan demikian, ketika PT Dirgantara Indonesia melakukan imbal beli pesawat helikopter produksinya dengan beras ketan dari Thailand, petani di daerah ini berseloroh akan melakukan hal serupa.
Produksi padi varietas tersebut memang tidak setinggi produksi padi varietas unggul. Namun, karena jenis padi yang ditanam di satu daerah tidak sama dengan daerah lain, terjadinya perbedaan varietas dengan segala kelebihannya dalam rasa nasi dan aromanya akan menjadi ciri khas sebuah daerah. Karena itu, produksi yang lebih rendah belum tentu mengurangi keuntungan petani. Bahkan sebaliknya, di pasaran umum, harga beras tersebut akan lebih tinggi sehingga bisa mengangkat posisi tawar dan pendapatan petani. Syukur kalau jenis padi tersebut merupakan varietas unggul.
HER SUGANDA Pengurus Forum Wartawan dan Penulis Jawa Barat

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/28/05025279/meningkatnya.posisi.tawar.petani
Share this article :

0 komentar: