HASIL pemilu sudah mulai tergambarkan dengan berbagai rilis quick count oleh berbagai lembaga survei. Partai D e m o k r a t menjadi pemenang dan sekarang sedang “duduk” menikmati kemenangannya sambil menunggu beberapa pimpinan partai politik lain yang ingin sowan untuk menunjukkan setakziman.
Mereka semua merapat untuk menghadapi pemilihan presiden (pilpres) yang akan digelar Juli nanti.Pendekatan itu hal yang wajar bagi setiap pemenang, ketika yang kalah berusaha realistis dan ingin dekat-dekat agar tetap “kebagian jatah”. Namun, arah koalisi yang mungkin akan terjadi membuat kita bertanya- tanya. Selama ini pola koalisi partai di Indonesia selalu menambah kerut di dahi demi mempertanyakan keanehannya.Partai-partai saling berkoalisi lintas platform.
Beberapa partai dengan platform agama dapat berkoalisi dengan partai lain yang berbeda dasar agamanya. Partai dengan platform Pancasila dapat bersanding dengan partai sosialis.Pola koalisi antardaerah pun berbeda-beda. Jika di satu pilkada partai dapat berkoalisi, di daerah lainnya partai-partai tersebut dapat saling berjibaku.Tampaknya,hal ini yang akan kembali terjadi. Satu yang kita harapkan dari hasil pemilu ini adalah terjadi penyederhanaan partai.
Satu langkah yang sudah cukup baik adalah menaikkan electoral threshold serta parliamentary threshold. Selanjutnya, kita tunggu political will dari para politisi. Selama ini partai kita terlalu banyak dan merepotkan dalam pengambilan keputusan serta membingungkan masyarakat. Apalagi tingkat pengetahuan politik umumnya bangsa ini masih rendah.Parahnya lagi,mereka nyaris tak ada bedanya.
Mereka bak remaja generasi pop style yang mengatakan diri mereka berbeda dengan mainstream,padahal pada dasarnya seragam. Mereka umumnya hanya ada dalam beberapa platform yang sering kali tumpang tindih satu sama lain. Berbagai paham dan aliran yang ditawarkan partai-partai politik tersebut akhirnya membuat rakyat kebingungan. Hasilnya mudah ditebak, sudah menjadi pakem bahwa di tengah keraguan, masyarakat akan cenderung memilih partai politik yang sudah familier seperti yang tampak pada hasil pemilu kali ini.
Banyaknya partai politik akhirnya jadi kontraproduktif dari tujuan awal para pendiri partai tersebut yang umumnya mulia,yaitu memberikan perubahan bagi Indonesia. Belum ada yang mengabdikan diri sepenuhnya pada kepentingan masyarakat. Koalisi yang tercipta pun sangat cair. Jika kita coba merujuk pada kebiasaan berdemokrasi di luar negeri, kita akan temukan berbagai macam fusi maupun koalisi dilakukan partai.Partai-partai yang memiliki kesamaan platform akan melakukan aliansi dalam satu barisan sehingga menciptakan suatu kekuatan politik yang signifikan.
Koalisi pun tidak dilakukan dengan asalasalan. Ada pertimbangan ideologi di sana.Para pemilih dan kader parpol pun selalu mengawasi agar tak terjadi koalisi yang liar seperti yang terjadi di Indonesia. Semoga dalam Pemilu 2009 ini penyederhanaan jumlah partai politik ini dapat terealisasi.Semoga para elite partai politik sadar bahwa mendirikan partai-partai politik kecil yang sama sekali tidak ideologis hanya membuang tenaga.
Jangan sampai suaradarirakyatterbuangsecarapercuma karena tersebar dalam berbagai partai kecil yang tak mampu merengkuh kursi di DPR.Kalaupun meraih kursi, itu hanya dalam jumlah kecil sehingga tak mampu membuat perubahan yang signifikan dalam konfigurasi politik di DPR dan Indonesia secara umum.(*)
Ratu Hasanah Semarini
Mahasiswi Pendidikan Akuntansi UNJ
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/228546/
Menanti Penyederhanaan Partai
Written By gusdurian on Sabtu, 11 April 2009 | 13.50
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar