SOAL PLTN MURIA
Jepara Persilakan Badan Atom Internasional Meneliti
"Mosok meneliti saja tidak boleh."
JEPARA - Pemerintah Kabupaten Jepara mempersilakan Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) meneliti tapak rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria, Kabupaten Jepara. "Sebagai negara yang terikat keanggotaan IAEA, penelitian itu dianggap penting. Karena itu kami berikan kesempatan mereka untuk meneliti," kata Hadi Priyanto, juru bicara pemerintah Jepara, saat dihubungi Tempo di kantornya kemarin.
Penegasan Hadi itu disampaikan menyusul polemik yang terjadi di kalangan warga Jepara atas merebaknya rencana dipercepatnya rencana pembangunan PLTN di kawasan mereka. Isu itu muncul menyusul kabar rencana penelitian yang dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Internasional terhadap tiga lokasi tapak PLTN, yaitu Lemah Abang dan Ujung Grenggengan di Kecamatan Bangsri, serta Ujung Watu di Kecamatan Donorojo.
Rencana penelitian itu juga pernah disampaikan oleh Kepala Badan Tenaga Atom Nasional Hudi Prastowo di Jepara beberapa waktu lalu. Menurut Hudi, penelitian yang akan dilangsungkan pada 2010 itu sekaligus untuk meneliti kelayakan calon tapak Muria. Tapak itu dianggap lebih tepat untuk lokasi pembangunan proyek PLTN.
Hadi menjelaskan, Indonesia adalah satu dari 137 negara yang terikat keanggotaan di Badan Tenaga Atom Internasional. Proyek PLTN sendiri membutuhkan penelitian akurat. Karena itu, sebagai anggotanya, Indonesia perlu menggelar penelitian akurat.
Meski begitu, menurut Hadi, hasil penelitian IAEA sendiri belum tentu mendukung dibangunnya PLTN. Sebab, semuanya bergantung pada kelayakan tapak dan kondisi lingkungan yang ada. Sebagai lembaga independen, Badan Tenaga Atom Internasional tentunya memiliki standar kelayakan internasional, apakah suatu tempat bisa dibangun PLTN atau tidak. "Lha ini penelitian saja belum. Makanya, biarkan dia melakukan penelitian. Mosok, meneliti saja tidak boleh," kata Hadi.
Sejak isu penelitian itu marak, sejumlah kelompok dan lembaga swadaya masyarakat di sekitar Muria menggelar aksi penolakan. Di antaranya, Masyarakat Rekso Bumi (Marem) dan Jaringan Lestari Alam (Jala Muria) menuding Batan terlalu ambisius terhadap proyeknya. "Ini kan ujung-ujungnya hanya duit. Batan ingin mencari fee dari proyek itu," tutur Lilo Sunarjo, Ketua Marem.
Menurut Lilo, Batan pernah meminta kepada IAEA melalui seorang konsultan untuk melakukan counter check penelitian tapak Muria. "Saya curiga Batan tidak punya niat baik dengan krisis listrik, apalagi krisis energi," ujarnya. Apalagi, kata Lilo, Batan tidak memiliki kompetensi untuk krisis listrik. "Ini adalah wewenang PLN. Padahal lembaga itu tidak sedikit pun punya niat tentang PLTN. Selain itu, Batan juga tak punya ahli di bidangnya," ujarnya.
Dalam diskusi yang digelar di Hotel Segoro, Jepara, dua hari sebelumnya, Lilo menyatakan warga tetap menolak kehadiran PLTN di Semenanjung Muria. Seandainya IAEA akhirnya melakukan penelitian dan berkesimpulan bahwa tapak Muria aman untuk dibangun PLTN, menurut Lilo, bukan jaminan bahwa proyek itu akan mudah lolos. "Karena tetap harus ada persetujuan dari masyarakat lokal. Padahal mereka tetap menolaknya," tutur Lilo.
Lilo juga menyatakan, secara teknis, hasil penelitian ahli geologi Bandung pada 2007 di Muria menyebutkan bahwa di kawasan itu tak bisa dibangun PLTN. Sebab, ada patahan mulai dari perbukitan Rahtawu hingga pesisir Kecamatan Keling dan Donorojo, Jepara. "Ini berpotensi terhadap aktivitas vulkanik," ujar Lilo sambil mengingatkan bencana Chernobyl. BANDELAN AMARUDDIN
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/03/Berita_Utama-Jateng/krn.20090403.161342.id.html
Jepara Persilakan Badan Atom Internasional Meneliti
Written By gusdurian on Minggu, 05 April 2009 | 12.40
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar