BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Bank Dunia Memancing Utang (Lagi)?

Bank Dunia Memancing Utang (Lagi)?

Written By gusdurian on Selasa, 14 April 2009 | 11.35

Bank Dunia Memancing Utang (Lagi)?
Ahmad Munjin

INILAH.COM, Jakarta – Bank Dunia melaporkan, negara-negara berkembang terancam pelebaran defisit fiskal akibat anjloknya penerimaan pajak. Sebuah strategi memancing utang dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia?
Harry Azhar Azis, Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR-RI, menilai tidak ada gunanya pelebaran defisit fiskal jika pertumbuhan ekonomi tetap saja turun. Dengan menghitung defisit anggaran pada 2010, ia menyarankan mengabaikan laporan itu selama tidak ada hubungannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Anggota Komisi XI DPR itu, menilai penyataan World Bank hanya terkait dengan perekonomian Indonesia dan belum menyangkut persoalan APBN. “Namun, jika terkait dengan APBN, laporan itu menjadi persoalan pemerintah dengan DPR,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (13/4).
Apakah ini merupakan sinyal dari lembaga keuangan internasional itu untuk mengucurkan utang ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia? Harry mengaku tidak tahu motif di balik laporan itu.
Menurutnya, bisa saja Bank Dunia meminta agar subsidi tidak lagi diberlakukan. “Sekarang tinggal bagaimana kita membacanya,” tukasnya. Namun, Harry kembali menegaskan pelebaran defisit anggaran tidak bermanfaat jika pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan indikator ekonomi lainnya tetap memburuk.
Dana yang ada lebih baik disimpan saja sampai ada rasionalisasi dari pelebaran defisit terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. “Itu yang harus dijelaskan,” tukasnya.
Laporan Bank Dunia bertajuk Global Economic Prospects 2009 yang diluncurkan akhir triwulan I 2009 menyebutkan ancaman pelebaran defisit fiskal terjadi akibat terbukanya peluang pelemahan dalam keseimbangan fiskal. Kondisi ini terlihat dari kejatuhan dua sumber utama penerimaan pajak yakni kinerja perdagangan international dan sektor manufaktur.
Di sisi lain, pemerintah harus mengucurkan paket stimulus berupa instrumen jaring pengaman sosial maupun stimulus untuk mencegah penurunan kinerja lebih dalam di sektor swasta akibat tekanan krisis global. “Stimulus dan paket-paket lain itu telah mendorong pelemahan posisi fiskal yang cukup dalam tahun depan," catat laporan itu.
Untuk mengantisipasi kondisi lebih buruk, Bank Dunia memperkirakan kebutuhan pembiayaan eksternal bagi negara-negara ini adalah mencapai US$ 1,3 triliun sepanjang 2009.
Kebutuhan ini mencakup US$ 330 miliar untuk menutup kebutuhan pendanaan defisit neraca berjalan dan US$ 970 miliar untuk melakukan pembayaran kembali utang jatuh tempo negara-negara berkembang pada prinsipal masing-masing.
Namun, mengingat kondisi perekonomian yang berpengaruh pada pergerakan modal ke negara-negara berkembang yang masih suram, Bank Dunia mengestimasikan bakal terciptanya kesenjangan kebutuhan dan kapasitas pendanaan yang tersedia mencapai US$ 270-700 miliar. "Bergantung ukuran roll-over risk dan magnitude aliran modalnya," tambahnya.
Syahrial Loetan, Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama Bappenas mengatakan, pemerintah belum mengetahui pasti prospek besaran defisit pada tahun mendatang. Menurutnya, potensi besaran defisit tahun depan akan sangat bergantung pada exercise realisasi defisit 2009 yang sudah dipatok sebesar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) atau Rp 132 triliun.
Selain itu, besaran defisit tahun depan juga sangat bergantung pada kebijakan ekonomi-politik pemerintahan yang akan datang. Tapi secara normatif, pelebaran defisit APBN dibatasi hingga 3% PDB.
“Jadi kita lihat saja nanti, apakah pemerintahan baru mau sampai angka itu atau tidak, lalu legislatifnya setuju apa tidak. UU-nya kan nanti ditetapkan pada Oktober nanti," ujarnya.
Terkait itu, baseline rencana kerja pemerintah (RKP) 2010 baik secara keseluruhan maupun Daftar Isian Program Anggaran per Kementerian/Lembaga diproyeksikan bertambah. Pertimbangannya, karena prospek perekonomian mulai pulih sehingga membutuhkan dukungan pendanaan cukup besar.
"Tapi dalam merencanakan RKP 2010, kita start dengan baseline apa yang sudah ada di APBN 2009. Itu yang akan kita pakai. More or less, Menteri (Menteri PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta) sedang mengkonsolidasikan dengan Presiden," katanya.
Bambang Prijambodo, Direktur Perencanaan Makro Bappenas berpendapat, tekanan defisit fiskal domestik tahun depan tidak akan se-pesemistis proyeksi Bank Dunia. Menurutnya, besaran pelebaran defisit tahun depan yang dirasakan negara-negara berkembang bakal sangat bergantung pada volume tekanan dampak krisis perekonomian global.
"Indonesia masih memiliki perekonomian dengan fundamental yang cukup kuat, sehingga kalau ada kebutuhan tambahan defisit juga tidak akan sebesar negara-negara lain,” tukasnya. Karena itu, Indonesia akan lebih baik untuk mengisi pembiayaan defisit. [E1]

http://inilah.com/berita/ekonomi/2009/04/14/98553/bank-dunia-memancing-utang-(lagi)/
Share this article :

0 komentar: