PKS, Pilih SBY atau Mega?
Herdi Sahrasad
INILAH.COM, Jakarta – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dianggap bisa menjadi duri dalam daging di tubuh koalisi SBY-JK. Jika saja PKS konsisten mengancam mundur, parpol itu bisa berjalan sendiri lima tahun ke depan. Bergabung dengan PDIP? Sulit!
Anis Matta, Sekjen PKS menyatakan partainya akan mundur dari koalisi besar Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla jika kedua sosok itu berduet kembali. Kasat mata, itu bisa dilihat sebagai bentuk kekecewaan PKS karena kadernya tak disertakan sebagai pendamping SBY untuk menduduki kursi RI-2.
Di mata para pengamat, PKS dianggap jual mahal dan terlalu pede. Sementara dalam penilaian pakar politik Arbi Sanit, justru kehadiran PKS menjadi problem tersendiri.
Koalisi yang dibangun pemerintahan, sejatinya bersifat strategis jangka panjang dan memiliki kesamaan ideologi dasar. Atas dasar itulah, bila PKS menjadi bagian dari koalisi SBY, maka dinilai hanya akan menjadi duri dalam daging.
Bagaimanapun, syarat membangun koalisi yang kuat di kabinet maupun di parlemen, harus didasari kesamaan ideologi antara peserta koalisi. Kalau PKS gabung dengan Demokrat, akan ada perang internal dalam koalisi itu. Misalnya saja soal Palestina, Demokrat pasti akan membantu rakyat Palestina yang jadi korban. “Tapi PKS malah membantu Hamas-nya. Kan berbeda,” kata Arbi Sanit.
Ada baiknya, bila SBY ingin membentuk pemerintahan yang kuat, Partai Demokrat menyatukan ideologi terlebih dahulu dengan parpol-parpol lainnya. Arbi malah menyarankan SBY untuk membangun koalisi dengan parpol yang berprinsip dasar ideologi sama dengan Demokrat. Kalau tidak sama, koalisi tak dapat dilakukan jangka panjang.
Bagaimanapun, SBY bakal menghadapi lawan politik yang sebanding jika pertemuan 10 tokoh politik dan nasional di kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta, mampu menyatukan gerak langkah bersama.
Kubu koalisi Mega itu dianggap bisa melawan kekuatan SBY. Di antara 10 tokoh yang dijadwalkan hadir, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai mumpuni untuk bersaing dengan capres SBY. Asal semua kekuatan di kubu Mega itu bisa bersatu, Prabowo masih punya kans.
“Prabowo bisa menang asal semua kekuatan dalam kubu Mega itu sepakat siapa capres dan cawapresnya,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina, Bima Arya Sugiarto.
PDIP sedang berupaya untuk mengkonsolidasikan kekuatan yang berada di luar SBY. Dengan mengangkat soal karut-marutnya Pemilu dan isu perubahan. Partai Hanura, Partai Gerindra, dan Blok Perubahan merupakan kekuatan yang digalang.
Dari segi gagasan yakni perubahan, Prabowo bisa menyaingi SBY. Syaratnya, penetapan format koalisi kubu Mega ini tidak terbentur berbagai kepentingan. Jadi, hanya satu capres-cawapres yang diajukan.
“Megawati pasti kalah. Wiranto juga. Maka, bisa saja Prabowo sebagai capres lalu Rizal Ramli atau Sultan HB X sebagai cawapres. Kombinasi kubu ini mungkin bisa jadi alternatif mengadang SBY,” kata pengamat politik, Al Chaidar.
Lantas di mana tempat PKS dalam kubu Mega? Mungkin PKS tak mendapat tempat pula. Kecil kemungkinan PKS meninggalkan SBY. Pasalnya, PKS nantinya tak punya mitra politik besar lagi. Namun jika PKS ngotot balik ke SBY-JK lagi, maka justru dinilai plin-plan pula. PKS harus merenung diri dan instrospeksi. [I4]
http://inilah.com/berita/politik/2009/04/14/98727/pks-pilih-sby-atau-mega/
PKS, Pilih SBY atau Mega?
Written By gusdurian on Selasa, 14 April 2009 | 11.34
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar