BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Wader Goreng Sambal Terasi

Wader Goreng Sambal Terasi

Written By gusdurian on Sabtu, 21 Maret 2009 | 14.09

Wader Goreng Sambal Terasi
Kenikmatan Bersantap Terasa Kian Serasi.
Hari mulai siang. Puluhan kendaraan bermotor berangsur-agsur datang. Tidak hanya kendaraan roda dua. Mobil berbagai merek dan tak sedikit yang kinclong tampak parkir berjajar tepat di depan sebuah warung di kawasan Ketintang Permai Selatan, Surabaya: Warung Wader Kincir Angin milik Wardi.

Pengunjung siang itu--yang merupakan pelanggan warung--terdiri atas beragam kalangan. Ada rombongan pegawai negeri sipil dari berbagai instansi. Ada karyawan swasta berbagai perusahaan, mahasiswa, juga masyarakat biasa.

Bersamaan dengan arah jarum jam menunjuk pada pukul 11.00 hingga pukul 14.00 WIB, bertepatan dengan jam santap siang, warung semakin padat.

Di dalam warung, ada yang memilih duduk lesehan, ada pula yang menempati kursi yang ditata rapi di antara meja-meja panjang. Sambil ngobrol ringan, mereka tampak lahap menyantap menu andalan warung ini: wader goreng. "Yang membuat sensasi kenikmatan karena wader disajikan di atas piring tanah," kata Sholihin, salah seorang pegawai swasta yang mengaku selalu menyempatkan diri mampir ke warung ini dua kali sepekan.

Di warung tersebut, penyuka makanan memang disuguhi wader goreng disertai sambal terasi khas Surabaya. Hidangan dilengkapi dengan beragam pilihan nasi, dari nasi putih biasa, nasi jagung, sampai nasi gurih. Banyaknya porsi nasi disediakan secara bebas. Pembeli bisa sesuka hati mengambil sesuai keinginan.

Menu pun masih dilengkapi kacang panjang, daun kemangi, daun papaya rebus, serta mentimun sebagai bahan lalapan. Maka, yang tampak saat itu adalah tangan yang cekatan menyuapkan sajian ke mulut, disertai dengan keringat bercucuran membasahi wajah yang dipicu rasa pedas sambal. Suara tawa riang di antara penikmat sembari bercanda karena kawannya tampak wajahnya memerah menahan pedas.

Ikan wader tak sebesar ikan air tawar lainnya, seperti lele, mujair, bandeng, atau gurame. Bahkan, bagi penghobi memancing, kerap muncul olok-olok bahwa mendapatkan wader adalah musibah. Namun, meski ukurannya sangat kecil, atau paling banter hanya sebesar jempol, ikan yang biasanya hidup bergerombol di sungai ini ternyata memiliki rasa yang tak kalah "maknyus" dibanding ikan air tawar lainnya.

Kelezatan ikan ini setidaknya bisa terlihat dari menjamurnya warung bahkan restoran-restoran yang tersebar di Kota Surabaya, juga di daerah lainnya yang juga menyediakan menu khusus wader goreng. Namun, Anda boleh membandingkannya. Wader di warung Mardi terasa lebih lezat. Harganya pun tergolong enteng di kantong, yakni Rp 6.000 setiap porsi.

Menurut Mardi, menu wader goreng telah membuat warung miliknya menjadi terkenal. Setiap hari, tak kurang dari 200 orang memadati warungnya. Dia menghabiskan sekitar 20 kilogram wader kali yang rutin diperolehnya dari seorang langganan yang setiap pagi mengirimkan wader segar kepadanya.

Jika Anda tidak suka wader, jangan urungkan niat Anda untuk mendatangi warung ini. Di Warung Wader Kincir Angin juga disediakan berbagai menu lainnya, seperti nasi goreng, mi pangsit, gurame bakar, ikan patin bakar, ayam panggang, ayam goreng, serta ayam penyet. Harganya juga Rp 6.000 per porsi.

Berbagai bothok juga disediakan. Ada bothok ikan patin, bothok ikan teri, bhotok telur asin, serta bhotok rempelo ati. Harganya dibanderol Rp 2.500 per bungkus, kecuali bothok ikan patin yang agak mahal, Rp 5.000 per bungkus.

Menu minuman pun menyegarkan, bahkan menyehatkan tubuh. Ada sinom, beras kencur, dan teh manis. Minuman sehat ini juga tidak mahal. Setiap gelas hanya Rp 3.000. ROHMAN TAUFIQ

Wader Goreng Goyang Kereta

Letaknya nyelempit di antara permukiman padat serta di tepi jalan sempit berpaving. Namun, tidak sulit menemukan Warung Wader Kincir Angin milik Mardi. Siapa pun yang ditanya akan segera menunjuk warung yang berdekatan dengan perlintasan rel kereta api itu. Getaran gerbong kereta terasa bersamaan lahapnya menyantap wader goreng.

Warung wader, seperti diakui Mardi, bermula dari ketidaksengajaan. "Semula di tempat ini saya hanya nyambi jualan es degan (kelapa muda) sambil membuka tempat cuci mobil dan motor," ujarnya.

Merasa jualan es degan lebih laris dibanding cuci kendaraan, Mardi lantas menambah menu jualannya dengan nasi dicampur bothok telur asin. Rupanya, bakat masak istrinya membawa hoki. Nasi bothok telur asin laris manis.

Mardi terus melengkapi menunya. "Saya teringat di Jember dan Lumajang banyak warung wader yang laris, ya, saya iseng coba menu wader. Ternyata malah bawa rezeki berlimpah," dia mengisahkan tentang awal mula menu utamanya yang mulai digelutinya pada 2001 itu. Usaha pencucian kendaraan pun dihentikan.

Sejak adanya menu wader, warung miliknya semakin diserbu pelanggan. Mardi pun membuka satu warung lagi di kawasan Ketintang Barat, tak jauh dari Rolak Gunungsari. Warung didesain secara nyaman dan alami karena pengunjung warungnya merasa sejuk oleh embusan angin dari Kali Jagir.

Agar bisa melayani seluruh pelanggannya, Mardi membagi jadwal buka dua warungnya. Warung lamanya dibuka mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. Sedangkan warung di Rolak Gunungsari dibuka mulai pukul 12.00 siang hingga pukul 22.00 malam. ROHMAN TAUFIQ



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/20/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090320.160028.id.html
Share this article :

0 komentar: