BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sintong: Banyak Kebohongan Orde Baru

Sintong: Banyak Kebohongan Orde Baru

Written By gusdurian on Kamis, 12 Maret 2009 | 13.17

Sintong: Banyak Kebohongan Orde Baru
"Buku ini berisi pengalaman tugas dan berbagai peristiwa penting dalam sejarah ABRI."
JAKARTA - Mantan Panglima Daerah Militer Udayana Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sintong Panjaitan menyatakan banyak kebohongan yang disampaikan kepada publik oleh para pejabat Orde Baru terkait dengan peristiwa bersejarah di negeri ini. "Ada yang bisa mengatakan dan menguraikan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Padahal saya terlibat secara fisik dan masih hidup," katanya.

Sintong mengungkapkan hal itu saat peluncuran bukunya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, di Balai Sudirman, Jakarta, semalam. Buku setebal 520 halaman itu ditulis oleh Hendro Subroto. Selain berisi pengalaman hidup, kata Sintong, "Buku ini berisi pengalaman tugas dan berbagai peristiwa penting dalam sejarah ABRI."

Menurut Sintong, buku ini diterbitkan atas desakan keluarga, terutama istrinya, teman, dan para senior tentara. Tujuannya, mengungkap kebenaran sesungguhnya di balik peristiwa-peristiwa bersejarah di negeri ini. "(Karena) banyak pengalaman yang perlu diungkap, banyak peristiwa yang disamarkan," ujar mantan staf khusus Presiden Habibie ini.

Dalam bukunya, Sintong bertutur soal kiprahnya di militer, terutama saat peralihan pemerintahan dari Soeharto ke B.J. Habibie. Di Korps Baret Merah, Sintong mendidik angkatan muda, antara lain Hendropriyono, Agum Gumelar, Luhut Pandjaitan, dan Prabowo Subianto. Sintong juga pernah memimpin sejumlah operas militer khusus, seperti Operasi Woyla.

Di buku itu Sintong juga mengungkap soal insiden Dili pada 12 November 1991 yang, menurut dia, terdapat unsur sabotase karena, "penembakan itu tidak seujung rambut pun sesuai dengan kebiasaan ABRI," kata Sintong. Dia merasa disabot oleh kawan dan lawan. "Alangkah bodohnya saya kalau saya sampai memerintahkan petugas keamanan melakukan penembakan."

Sintong mengaku pernah menyampaikan aspirasi warga Timor Timur, yang menuntut wilayahnya dijadikan daerah istimewa seperti Aceh dan Yogyakarta, kepada Presiden Soeharto. Tapi Soeharto menjawab dengan keras, "Kamu jangan berpikir mundur. Nanti daerah istimewa itu tidak ada lagi." Reaksi Soeharto itu membuat Sintong ketakutan. TITO SIANIPAR | DWI WIYANA



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/12/headline/krn.20090312.159342.id.html
Share this article :

0 komentar: