BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Minat Baca, Oprah, dan Kick Andy

Minat Baca, Oprah, dan Kick Andy

Written By gusdurian on Sabtu, 07 Maret 2009 | 09.03

Minat Baca, Oprah, dan Kick Andy
Kelik M. Nugroho

Wartawan Tempo
Oprah Winfrey, pemandu acara talk show Amerika yang mendunia, Oprah, pernah menampilkan narasumber seorang penulis buku bernama Gary Zukav. Penulis buku The Dancing Wu Li Masters ini populer di dunia, khususnya di kalangan peminat masalah sains populer dan spiritualitas. Namun, dalam acara itu Gary Zukav diundang untuk wawancara dalam kaitan dengan bukunya yang lain: The Seat of the Soul.

Mengapa Gary Zukav diberi panggung oleh Oprah? Zukav adalah penulis yang memiliki kelebihan mampu menyampaikan materi sains dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Dalam komentar yang dimuat di sampul buku, Zukav dipuji begini: "Gary Zukav telah menulis Kitab bagi mereka yang penasaran pada perkembangan temuan mutakhir fisika--namun tak punya latar pendidikan sains." Karena tren Amerika--juga sebagian masyarakat internasional--sedang tertarik kepada spiritualitas, seorang Gary Zukav tepat untuk ditampilkan dalam acara Oprah. Harus diakui bahwa acara Oprah mewakili dan mengindikasikan kondisi kontemporer selera kebutuhan dan gaya hidup masyarakat menengah ke atas.

Ilustrasi Oprah-Zukav itu perlu ditampilkan dalam tulisan ini untuk membahas masalah upaya peningkatan minat baca di kalangan masyarakat kita. Sudah banyak diketahui bahwa minat baca sebagian masyarakat Indonesia masih relatif rendah dibanding masyarakat di negara-negara lain. Untuk mendapatkan informasi, masyarakat kita lebih suka menonton televisi daripada membaca koran. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006 menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Mereka lebih memilih menonton TV (85,9 persen) dan/atau mendengarkan radio (40,3 persen) daripada membaca koran (23,5 persen).

Namun, data ini sebenarnya tak bisa serta-merta dibaca sebagai fakta bahwa minat baca sebagian masyarakat kita rendah, yang dalam konteks data BPS, membaca koran. Dan bila toh, untuk mendapatkan informasi, sebagian masyarakat kita lebih suka menonton televisi daripada membaca koran, itu juga wajar. Harus diakui bahwa media televisi, yang bersifat audio-visual, lebih menarik, lebih atraktif, dan lebih efisien daripada media cetak. Poinnya, fakta data ini mesti dielaborasi bagian per bagian untuk bisa diambil pelajarannya.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan minat baca masyarakat, ilustrasi Oprah-Zukav penting untuk dipelajari. Pertama, bahwa resensi buku bisa ditampilkan secara menarik dan "mencerahkan" melalui acara informasi-hiburan di televisi. Namun, mungkin resensi buku tak menarik untuk dijadikan acara sendiri di antara program televisi. Contohnya, stasiun televisi swasta Metro TV dulu pernah mencoba menghadirkan acara khusus resensi buku. Walaupun sudah dikemas agar menghadirkan suasana rileks di kafe, toh acara itu tak berlanjut lama. Jadi, acara buku tetaplah harus "menumpang" popularitas bidang lain.

Kedua, harus dibuat semacam jembatan-jembatan kreatif untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Minat baca tentu hanya salah faktor pendorong masyarakat untuk membaca buku. Faktor lain menyangkut mutu buku, keterbacaan buku dari sisi harga, daya tarik, dan aspek-aspek kreatif lainnya. Di Indonesia, keterbacaan buku ini masih menjadi persoalan karena banyak penulis kita belum mampu menyampaikan materi dengan bahasa yang populer. Buku-buku Gary Zukav bisa dijadikan contoh buku yang berhasil dalam hal ini.

Jembatan-jembatan kreatif itu terletak di pundak para penulis buku, tim kreatif di semua media, termasuk media televisi, radio, dan media cetak. Di media televisi, acara talk show Kick Andy di Metro TV telah menjadi jembatan kreatif yang baik. Dalam setiap episode, Kick Andy selalu membagi-bagikan buku secara gratis dan sering juga mewawancarai para penulis buku. Efeknya? Menurut situs Kick Andy, banyak buku yang kemudian laris manis (best seller) di pasar. Contoh buku yang pernah ditayangkan di acara Kick Andy, antara lain, Laskar Pelangi (Andrea Hirata) dan buku komik Benny and Mice. Seperti Oprah yang membikin klub buku, Kick Andy juga membikin Kick Andy Book Club (KABC).

Di kalangan media cetak, Koran Tempo membuat suplemen khusus untuk perbukuan yang diberi nama Ruang Baca. Muncul perdana pada 13 Februari 2005, suplemen ini pada masa-masa awal hanya terbit sesekali. Namun, sejak 3 januari 2007, Ruang Baca hadir rutin setiap bulan setebal 20 halaman. Mengandalkan rubrik Sampul Utama yang mengupas tema aktual setiap bulannya, rubrik ini dilengkapi sejumlah rubrik lain: Ulasan, Pengarang, Arsip, Sudut Lipatan.

Suplemen yang ditangani oleh tim inti yang terdiri atas tiga orang ini diracik sedemikian rupa sehingga tak hanya berisi resensi buku, tapi juga menulis hal-ihwal perbukuan dan kepengarangan. Semua tulisan disesuaikan dengan standar Tempo: enak dibaca dan perlu. Beberapa judul sampul yang pernah diturunkan antara lain Jakarta Punye Cerite (Juni 2008), Hidup Bersama Maut (Agustus, 2008), dan Menuju Buku 2.0. (Maret, 2008).

Suplemen yang bermisi "memberikan suplemen gizi" ini pernah memperoleh apresiasi dari beberapa lembaga. Bahkan perusahaan emas Newmont pernah memberikan "block grant" untuk kontrak penerbitan setahun. Sebuah apresiasi dan dorongan dari dunia usaha. Pada 5 sampai 9 Maret ini, Lokakarya Pengembangan Budaya Baca yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional di Makassar juga menampilkan Ruang Baca Koran Tempo sebagai salah satu materi bahasan.

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/06/Opini/krn.20090306.158817.id.html
Share this article :

0 komentar: