Komitmen dan Konsistensi Kepemimpinan
Dalam pandangan sosiologis, seorang pemimpin adalah seseorang yang patut dan pantas dijadikan model atau contoh dalam masyarakat.
Dari pandangan ini dapat ditangkap sinyal yang kuat dan mengikat bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat dianggap ”sempurna”di mata komunitastertentu, didesa,kotatertentu,di lingkunganmasyarakattertentu,diorganisasi tertentu,termasuk di perusahaan tertentu.
Dalam kaitan dengan kepemimpinan nasional,seorang pemimpin adalah seseorang yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang membuat dirinya dapat ditiru, dicontoh,ataudijadikanmodeldalam setiap aktivitasnya.
Mengenai perlunya pemimpin, dapatlah kita merujuk pada konsepsi Thomas Hobbes tentang sifat dasar manusia (state of nature).Hobbes menyatakan bahwa manusia itu selalu membahayakan manusia lain. Dalam konsepnya itu,Hobbes menyatakan manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus).
Menurut Hobbes,harus ada suatu kekuatan besar yang mengumpulkan manusia di bawah satu aturan yang mengikat. Sebab itulah Hobbes menyarankan bahwa manusia harus berkumpul dalam negara. Baginya, negara itu diibaratkan mempunyai kekuatan seperti Leviathan,tokoh raksasa dalam Injil,untuk menjaga agar manusia yang satu tak menyakiti manusia lain.
Tujuan utamanya adalah menjagakepentinganindividu-individu itu sembari mengamankan kepentingan bersama yang tercermin dalam tujuan negara. Lalu pola itu pun berkembang. Montesquieu dan John Locke menawarkan suatu konsep pembagian kekuasaan serta check and balances antarkekuatan dalam negara agar tak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif (federatif pada Locke) dianggap bisa menyengsarakan jika tak terjadi proses saling mengawasi antarmereka.Konsep yang dikenal dengan trias politica ini diharapkan mampu menampung dan mengeksekusi keinginan setiap bagian dari masyarakat. Konsep inilah yang menjadi fondasi demokrasi saat ini. ***
Dalam sekitar dua pekan ke depan, bangsa ini akan melaksanakan pemilu legislatif ketiga setelah tumbangnya rezim otoriter Soeharto. Tiap partai politik (parpol) beserta caleg-calegnya sudah unjuk kebolehan.Mereka semuanya bergaya bak penjaga demokrasi. Para elite bangsa ini melakukan kampanye atau ”jualan” ide dan gagasan demi menarik simpati dan dukungan dari masyarakat.
Mereka menawarkan berbagai macam jualan kampanye mulai dari yang kecil-kecil hingga yang bombastis, mulai dari yang terlalu mudah hingga yang tidak realistis. Media komunikasinya pun beragam. Ada yang menggunakan panggung terbuka lengkap dengan para penyanyi dan penari yang mempertontonkan kemolekan tubuh sembari mulut para juru kampanyenya (jurkam) berbuih meneriakkan berbagai seruan agama.
Ada pula yang menunjukkan keibaannya pada kaum papa dengan kampanye dari rumah ke rumah,tetapi minus rasa empati yang bisa terlihat jelas di muka mereka yang bertopeng kemunafikan.Tak kurang ada juga yang berteriak mengenai keadilan sosial dan pemerataan pendapatan bagi seluruh rakyat tanpa ingat asal-muasal harta yang membuatnya bisa ikut kampanye.
Mereka juga tak lupa menggunakan media cetak dan elektronik dan masuk hingga ke ruang privat tiap keluarga bangsa ini dengan berbagai janjinya yang jauh dari detail. Sebagai penjual ide, mereka menjual produk yang berupa gagasan itu dengan embel-embel diskon atau pemberian insentif kepada para pembeli,yaitu masyarakat calon pemilih yang memiliki hak pilih.
Mereka semua tentu berharap agar berhasil menjadi orang yang tersenyum puas pada saat hasil pemilihan tanggal 9 April 2009 nanti diumumkan,bukannya menjadi orang tersenyum-senyum sendiri alias gila karena meratapi nasib. Umumnya, setiap calon anggota legislatif itu,kalau ditanya pasti, akan memberikan jawaban yang sangat yakin akan anggota Dewan. Pertanyaannya, apakah semua akan berhasil? Tentu saja tidak karena kursi yang tersedia terbatas. ***
Bangsa Indonesia adalah bang sa yang besar, kaya raya dengan berbagai sumber dayanya. Namun sa ngat kontras realitas yang dipertontonkan dalam arena kehidupan masyarakatnya, yaitu masih sangat banyak masyarakatnya yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan.
Masih begitu banyak warga masyarakatnya yang tidak mampu hidup wajar minimal dalam kehidupan sehariharinya. Masyarakat dengan kategori miskin, berkekurangan, sangat sulit untuk mendapat makanan dan minuman dalam hitungan harian.Itu adalahsuatulingkaranmasalahyang selalu mereka hadapi setiap saat.
Sementara di kelompok yang lain, kelompok yang serbaada, selalu hidup bergelimang kemewahan tanpa pernah memikirkan nasib mereka yang berkekurangan tadi. Mereka selalu mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan bahwa orang lain pun butuh makan dan minum setiap hari. Maka itu, pemimpin adalah amanah yang harus diperankan secara baik demi kepentingan bangsa ini.
Pemimpin itu hendaknya merupakan sosok yang mampu mengantar bangsanya keluar dari berbagai krisis, terutama krisis pangan, papan,dan sandang. Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan komitmen yang kuat dari sang pemimpin.Komitmen moral sangat mutlak diperlukan dari seorang pemimpin.Setidak-tidaknya dapat dipaparkan di sini bahwa komitmen moral dari seorang pemimpin adalah tentu saja pertamatama komit terhadap apa yang dikampanyekan, dijual pada saat menawarkan diri (produknya).
Konkretnya, dia harus bisa memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, perbaikan kesehatan dan gizi,peningkatan subsidi pendidikan, perbaikan jalan- jalan yang rusak,perhatian kepada kaum miskin, kaum lansia, perhatian kepada para pejuang kemerdekaan, veteran, perhatian kepada para guru, buruh, dan sebagainya.
Yang terutama dan terpenting adalah komitmen moral untuk tidak melakukan korupsi pada saat memimpin. Komitmen ini menjadi sa-ngat penting karena kita harus selalu belajar dari kesalahan. Biasanya para calon itu selalu mengampanyekan kebersihan diri,teriakannya selalu membahana pada saat itu,tapi apa pembuktiannya? Lebih banyak hilang dibawa angin,ditelan masa. ***
Pemimpin itu memang adalah pribadi yang unik, penuh tantangan dan sangat didambakan banyak orang. Banyak orang ingin jadi pemimpin. Maka tidak jarang orang tak segan-segan mempertaruhkan apa saja, termasuk kebohongankebohongan politik, demi jabatan itu.Orang sering mengabaikan norma- norma dalam masyarakat demi pencapaian maksud dan harapannya.
Orang rela mengorbankan apa saja, bahkan terkadang bisa saja mengorbankan harga dirinya. Bagi masyarakat, yang paling penting untuk diperhatikan seorang pemimpin adalah komitmen untuk berpihak pada mereka.Komitmen untuk menjalankan dan merealisasi apa yang dijanjikan pada saat berkampanye. Diperlukan konsistensi moralitas yang kuat dari seorang pemimpin. Masyarakat sangat mengharapkan kejujuran, keadilan dari pemimpinnya.
Pemimpin harus bisa menjadi contoh,menjadi panutan,serta empati terhadap penderitaan mereka sekaligus membebaskan mereka dari penderitaan itu.Itu pemimpin sejati bangsa ini bagi masyarakat seluruhnya, bukan hanya memberikan perhatian pada segelintir orang kaya dan berpengaruh.Bangsa ini milik semua warganya, dari yang kaya sampai dengan yang miskin. Pemimpinnya harus pribadi yang memiliki komitmen keberpihakan yang seimbang pada masyarakatnya.
Hendaknya para pemimpin juga menjaga dan menata tata cara berkomunikasi dengan santun serta yang paling penting tunjukkanlah sikap yang baik dalam masyarakat, jadikanlah diri sebagai pribadi yang dapat dicontohi. Jadi pribadi yang berwibawa.Jadilah pemimpin yang konsisten dalam menjalankan tugas pembangunan bangsa dan negara demi kemajuan bersama.
Pemimpin yang terpilih nanti idealnya adalah orang yang mampu menjadi representasi semua bagian dari rakyat.Jangan sampai pemimpin yang terpilih malah menjadi serigala peliharaan suatu kelompok untuk menyerang kelompok yang lain.(*)
Yusmani Soegeng
Inspektur Depkominfo RI, Mahasiswa S-3 MSDM UNJ
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/224088/
Komitmen dan Konsistensi Kepemimpinan
Written By gusdurian on Kamis, 26 Maret 2009 | 12.13
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar