BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ke Parpol Apa Mataraman dan Tapal Kuda Memberikan Suara?

Ke Parpol Apa Mataraman dan Tapal Kuda Memberikan Suara?

Written By gusdurian on Kamis, 26 Maret 2009 | 12.06

Ke Parpol Apa Mataraman dan Tapal Kuda Memberikan Suara?

Perubahan Perilaku Pemilih di Jatim

Oleh : Subchan *

Pemilihan gubernur Jawa Timur yang berlangsung hingga tiga putaran mengindikasikan bahwa persaingan partai-partai politik di Jawa Timur dalam pemilu legislatif akan sangat seru.

Dalam dua kali pemilu pascareformasi, Jawa Timur dikuasai partai-partai yang mengandalkan pemilih Islam tradisional dan kalangan nasionalis. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDI Perjuangan (PDIP).

Wilayah Jawa Timur bagian barat yang merupakan daerah Mataraman adalah basis kaum nasionalis. Di sini PDIP unggul. Sedangkan wilayah timur merupakan basis kaum santri yang cenderung memilih PKB.

Meski unggul dalam dua pemilu terakhir, PKB harus berhati-hati dalam pemilu tahun ini. Data menunjukkan perolehan suara PKB menurun pada Pemilu 2004 dibandingkan Pemilu 1999. Partai ini meraih 35,48% suara pada Pemilu 1999, sedangkan pada Pemilu 2004 suaranya turun menjadi 30,63% (Kompas edisi 11 Maret 2009).

PKB saat ini, setidaknya, menghadapi dua persoalan serius. Pertama, penurunan suara. Kedua, perpecahan internal. Bisa dipahami bila jago PKB dalam pemilihan gubernur Jawa Timur sudah tersingkir di putaran pertama.

Persoalan yang dihadapi PDIP, partai terbesar kedua di Jawa Timur itu, tidak kalah serius. Bahkan, penurunan suara partai ini lebih besar daripada PKB. Di tingkat provinsi, suara PDIP turun 12,77%. Pada Pemilu 1999, PDIP memperoleh 33,81% suara, sementara lima tahun kemudian hanya meraup suara 21,04% (Kompas edisi 11 Maret 2009).

Nasib Partai Golkar setali tiga uang dengan PKB dan PDIP. Pada Pemilu 1999 Golkar meraup 12,66%, sedangkan untuk 2004 hanya memperoleh 7,63% (Kompas edisi 11 Maret 2009).

Prediksi Pemilu 2009

Data tersebut bisa menjadi salah satu jawaban mengapa calon gubernur yang diusung PDIP dan PKB pada pilgub Jawa Timur berguguran di putaran pertama. Pilkada akhirnya dimenangkan Soekarwo dan Saifullah Yusuf (Karsa) yang diusung Partai Demokrat (PD), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Meski kemenangan duet Karsa sangat tipis dibanding calon yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Khofifah Indar Parawansa dan Mujiono (duet Kaji), itu merupakan sejarah baru di Jawa Timur karena Karsa tidak diusung PKB atau PDIP, dua partai papan atas di provinsi ini.

Apakah hasil pemilihan gubernur akan tecermin dalam Pemilu 2009? Apakah PKB dan PDIP kembali mengalami penurunan suara? Sulit menjawab secara pasti, namun ada kemungkinan dua partai itu semakin kesulitan mempertahankan keunggulan.

PKB yang dikenal sebagai partai kaum santri akan menghadapi tantangan yang sangat berat. Deklarator PKB Abdurrahman Wahid (Gus Dur) secara terbuka meminta pendukungnya untuk tidak memilih PKB. Ini akan membuat PKB makin sulit mendulang suara.

Yang jadi pertanyaan, ke mana kaum santri mengalihkan suara? Ke partai-partai Islam atau ke partai-partai nasionalis? Bila ke partai-partai Islam, maka suara mereka akan bermuara ke PPP atau PKS. PPP yang mengusung Kaji dalam pemilihan gubernur berhasil meraup hampir 50% di putaran kedua. Selain itu, hubungan emosional kaum santri di masa Orba dengan PPP akan menjadikan kaum santri mudah beralih ke PPP.

Sementara itu, PKS yang terkenal dengan slogan partai yang bersih, peduli, dan profesional bisa saja menerima limpahan suara kaum santri tersebut karena PKS adalah salah satu pengusung Karsa.

Bila mereka memilih partai-partai nasionalis, partai-partai yang bisa dicontreng ialah PDIP, Partai Demokrat, Golkar, dan Gerindra, meski untuk partai yang terakhir ini peluangnya sangat kecil.

Demokrat dengan maskot Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat populer. Partai ini akan dengan mudah mengambil hati kaum santri. Perpindahan suara kaum santri itu akan sangat tergantung kepada kelincahan partai-partai tersebut mendekati kiai-kiai di Jawa Timur.

Wilayah barat yang merupakan basis kaum Mataraman akan menjadi arena partarungan hebat antara PDIP dan Demokrat. Pilkada di Pacitan jadi bukti bahwa kaum Mataraman itu telah berpaling dari PDIP ke PD.

Pemilih Terdidik

Sejak Pemilu 1955, Jawa Timur selalu dimenangkan partai dengan dua basis yang berbeda, yaitu basis Islam tradisional yang diwakili pengikut NU dan kaum Mataraman yang nasionalis. Pada Pemilu 1955, Partai NU berhasil meraup lebih dari sepertiga suara di Jawa Timur. Partai ini unggul di bagian wilayah timur dan pesisir utara.

Sementara PNI waktu itu memperoleh suara di bawah 25%. Kemenangan PNI diperoleh di wilayah barat dan sebagian wilayah selatan.

Di zaman Orba terjadi perubahan signifikan. Peran besar penguasa membuat Golkar selalu tampil sebagai pemenang. Ketika era Orba berakhir pada 1998, kalangan Islam tradisional dan nasionalis kembali mendapatkan kebebasan memilih. Hasilnya, pada Pemilu 1999 dan 2004, partai-partai Islam tradisional dan nasionalis kembali meraih suara besar.

Pada Pemilu 1999 dan 2004, PKB selalu menjadi pemenang diikuti PDIP dan Golkar. Walaupun ketiga partai tersebut bertengger di tiga besar, perolehan suara mereka menurun. Suara PKB menurun 4,85% antara Pemilu 1999 dan 2004, sedangkan PDIP menurun 12,77%. Golkar mengalami nasib sama, yaitu menurun 5,03%.

Penurunan tersebut dapat dipahami karena sebagian besar kalangan Islam tradisional dan juga kaum Mataraman sekarang semakin terdidik. Faktor emosional dan kultural tidak lagi menjadi faktor dominan ketika memilih partai. Para pemilih terdidik cenderung memilih partai yang mempunyai program yang bagus. Ketokohan individu tidak lagi menjadi penentu.

Dengan melihat kondisi tersebut, seharusnya partai-partai yang masih menggunakan tokoh untuk menjual partai segera beralih strategi. Cepat atau lambat, partai-partai itu akan digeser partai-partai yang memiliki program yang jelas. Tidak sekadar memiliki program, tetapi juga mampu mewujudkan program tersebut secara nyata di tengah masyarakat.

Dr Subchan, dosen ITS, saat ini research fellow, Cranfield Defence and Security, Defence Academy of the United Kingdom, juga director of Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Europe-UK

http://jawapos.com/
Share this article :

0 komentar: