BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » AMIEN RAIS

AMIEN RAIS

Written By gusdurian on Minggu, 15 Maret 2009 | 14.47

AMIEN RAIS


PADA masa Soeharto masih berkuasa mutlak,tidak banyak yang berani menyatakan Orde Baru sudah terlalu lama berkuasa.


Orang yang paling berani adalah Amien Rais, yang kemudian diberi julukan ”lokomotif reformasi” karena gerak maju tak gentar insan cabe rawit ini memang mirip gerak melaju lokomotif di gugus terdepan laskar reformasi!

Kemampuan Amien Rais menggalang massa konsekuen dan konsisten membentur, lalu meruntuhkan pilar-pilarpenunjangkekuasaanrezim Soeharto yang memang sudah terlalu lama bertahan di jenjang kekuasaan tertinggi Republik Indonesia.Sampai saat naskah ini ditulis,Soeharto masih memegang rekor Muri sebagai Presiden RI yang paling lama berkuasa secara berkesinambungan.

Tentu rekor itu malah pasti akan lebih lama lagi apabila tidak dihentikan oleh Amien Rais! Setelah Pak Harto lengserdan diganti Habibie,langsung bermunculan opini bahwa sebenarnya Amien Rais yang lebih layak menjadi kepala negara RI menggantikan Soeharto.

Namun lantaran Wiranto tegar melindungi kepresidenan Habibie, baik secara konstitusional maupun militer,maka terpaksa keyakinan atas kepresidenan Amien Rais sementara baru merupakan wacana angan-angan harapan masyarakat Indonesia di masa dini Orde Reformasi.

Semua menanti penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) untuk memilih presiden baru secara resmi,bukan sekadar atas prosedur wakil presiden (wapres) menggantikan presiden yang mengundurkan diri sebelum masa jabatan resmi berakhir. Menjelang pemilu, calon presiden (capres) yang paling dielu-elu dan dielus-elus tentu saja Amien Rais.Pesaing terdekatnya Megawati Soekarnoputri yang cukup lama dikuyo-kuyo rezim Orde Baru. Habibie pun berambisi menjadi presiden terpilih— bukan sekadar tertunjuk.

Semula Gus Dur tidak masuk hitungan karena baru saja sembuh dari serangan stroke. Semua syarat untuk menjadi presiden sebenarnya dipenuhi oleh Amien Rais seperti kemauan, kemampuan, kepemimpinan, kenegarawanan, kecerdasan, kecendekiawanan, keberanian,kepeloporan,kefasihan, ditambah legenda ”lokomotif reformasi”pendobrak benteng Orde Baru! Pendek kata,Amien Rais for President!

Namun di luar dugaan, dalam proses pemilu ternyata gerak jalur pemilihan Amien Rais meleset dari sasaran takhta kepresidenan menjadi ”hanya”Ketua MPR.Akibat kecewa salah-sasaran,Amien Rais mati-matian berusaha menjegal Megawati jangan sampai menjadi presiden RI yang semula seolah sudah merupakan hak Amien Rais itu! Ibarat ”Jerry” memanfaatkan ”Tom”, Amien Rais memanfaatkan Gus Dur untuk menghalangi derap langkah Megawati menuju takhta kepresidenan!

Meski daya-lihat Gus Dur terkendala dan kesehatannya baru saja pulih dari serangan stroke, hipertensi cukup parah, ternyata Ketua Umum Muhammadiyah ini berhasil menobatkan Ketua Umum PB NU menjadi presiden Republik Indonesia yang keempat menggantikan Prof Dr BJ Habibie.

Megawati Soekarnoputri, yang dikeroyok berbagai pihak yang alergi perempuan menjadi kepala negara Indonesia, sementara harus puas dengan kedudukan sebagai wakil presiden. Megawati langsung masuk Muri sebagai perempuan pertama yang menjadi wakil presiden RI. Saat itu Amien Rais harus puas berperan sebagai Ketua MPR sambil mempersiapkan diri untuk pemilu selanjutnya.

Pada Pemilu 2004 pun ternyata Amien Rais kembali gagal terpilih menjadi presiden. Kegagalan berturut-turut itu mematahkan hati Amien Rais, maka dia menyatakan berhenti berpolitik untuk kembali mengajar di Yogyakarta. Rupanya,menjelangPemilu 2009 gairah Amien Rais bangkit menggelora kembali untuk menjadi presiden RI.

Sebenarnya tokoh negarawan ini memang berhak dan layak untuk bersemangat tampil kembali sebagai capres, karena memang masih memiliki semua perbekalan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara yang dicintainya. Untuk itu, Amien Rais hanya membutuhkan sesuatu yang di masa lalu belum diperolehnya, yakni anugerah perkenan dan kehendak Yang Mahakuasa! (*)

JAYA SUPRANA


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/220841/38/
Share this article :

0 komentar: