BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Tinggalkan Hobi Kampanye Sesaat

Tinggalkan Hobi Kampanye Sesaat

Written By gusdurian on Jumat, 06 Februari 2009 | 10.33

Baru saja ini tadi rumah saya didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku ikut nyaleg di pemilu 2009 ini. Ya, biasalah. Bahasanya "mohon doa restu dan dukungannya". Yang mbikin saya agak anyel, dalam waktu beberapa menit dengan suara yang agak tertatih-tatih --karena memang tidak terbiasa berbicara di depan umum--dia berusaha mengantongi suara kami sekeluarga. Caleg yang datang kemarin lusa malah omonge diembel-embeli kata, "lillahi ta'ala, estu saya itu niat tulus ikhlas berjuang di jalan Allah, saya tidak mengharapkan apapun". Ngegombalnya boleh juga tuh…

Wah, kok begini ya caranya. Kalau begitu bisa-bisa dalam waktu selapan setelah mereka dilantik, negeri ini ndak karuan darikane. Bagaimana tidak, lha wong dia itu tetangga saya sendiri yang selama ini semua orang tahu kalau dia tidak mau berurusan dengan pengabdian masyarakat kok. Eh, sekarang malah nyaleg, kampanyenya pengen mengemban amanah rakyat.

Membangun nama itu tidak mudah. Kesalahan yang terjadi sudah puluhan tahun saja masih diingat orang. Sementara amal baik sedikit juga susah diingat orang. Makanya kita harus perbanyak ramal baik dulu dan diminimalkan perbuatan jahatnya agar kita punya nama di mata orang-orang sekitar kita, selebihnya urusan Tuhan. Bagi orang yang nyaleg kalau punya riwayat seperti itu kan bisa ndudah tabungan di masa-masa seperti ini, tidak harus klabakan nunjang palang kayak tikus dikejar kucing.

Menurut pengamatan saya, demi memenuhi kuota perempuan, banyak partai yang asal-asalan mencomot caleg perempuan. Lha itu, contohnya tetangga saya, bicara pada kami sekeluarga saja malah kata-katanya ngalor-ngidul serta grothal-grathul tidak karuan darikane. Sudah bisa dipastikan kalau besuk dia beneran jadi caleg kejadiane negeri ini kayak apa. Paling-paling juga kayak lagunya Iwan Fals, "wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur kalau siding soal rakyat . . . ". rakyat lagi yang jadi tumbal, bayar orang nganggur.

Jangan suka bawa-bawa nama Allah kalau sedang kampanye, nanti ndak kuwalat. Lagi pula niat ikhlas kok disiarkan, jadine ya malah riya. Kalau memang tidak mengharapkan apa-apa mbok ya ndak usah nyaleg. Biasa sajalah, bilang apa adanya. Kalau dari awal sudah jujur malah kami agak respek, tapi sedikit.

Bagi siapa saja yang ingin jadi apa saja, mari sejak awal kita membangan nama dan kepercayaan dengan memberikan yang terbaik buat orang lain. Toh kalau sebelum cita-cita kita tercapai sementara Allah berkehendak lain, setidaknya kita masih punya nama baik yang akan dikenang orang, sebagai tabungan akhirat tentunya. Jangan suka kampanya sesaat. Kampanya macam demikian misalkan ada hasil paling-paling juga cuma sesaat.

Sebagai bagian dari masyarakat kita juga harus tahu diri. Kita harus sering-sering "ngaca" biar kita paham diri kita dan seberapa besar kemampuan kita. Kalau memang kita tidak pantas jadi apa-apa ya jangan suruh orang menjadikan kita apa-apa.

Yang terakhir, bagi kita yang memiliki hak pilih, jangan sia-siakan suara kita untuk memilih seseorang yang memang tidak pantas dipilih, meskipun itu saudara ataupun tetangga kita sendiri. Tolong kasihani sedikit negeri ini, jangan sampai di hari esok dia carut-marut gara-gara kesalahan kita. Wallahu a'lam.

Penulis adalah guru SDN Wonorejo 02 , Kec. Pringapus, Kab. Semarang. Mahasiswa program Magister, Pascasarjana IAIN Walisongo.



http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=645&Itemid=1
Share this article :

0 komentar: