Terobosan Melawan Kelaparan
Jeffrey D. Sachs
Guru Besar Ekonomi dan Direktur Earth Institute pada Columbia University, Penasihat Khusus Sekjen PBB mengenai Millennium Development Goals.
Krisis kelaparan di dunia saat ini sangat memprihatinkan dan memerlukan langkah mendesak untuk mengatasinya. Hampir 1 miliar orang terjebak dalam kelaparan kronis--boleh jadi 100 juta lebih banyak daripada dua tahun yang lalu. Spanyol telah maju ke depan dalam perang melawan kelaparan ini dengan mengundang para pemimpin dunia untuk datang ke Madrid akhir Januari 2009, guna mengambil langkah yang konkret, bukan sekadar dalam kata-kata. Di bawah kepemimpinan Spanyol dan kemitraan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, beberapa negara donor sudah mengusulkan di-pooling-nya dana agar para petani miskin di dunia bisa menanam pangan yang lebih banyak dan lepas dari perangkap kemiskinan.
Manfaat bantuan dana ini bisa luar biasa. Petani-petani di Afrika, Haiti, dan kawasan miskin lainnya saat ini menanam pangan tanpa menggunakan varietas unggul dan pupuk. Akibatnya, padi-padian (misalnya jagung) yang dihasilkan cuma sepertiga daripada yang bisa diperoleh dengan input pertanian yang lebih baik. Para petani di Afrika menghasilkan kira-kira 1 ton padi-padian per hektare, dibanding lebih dari 4 ton per hektare di Cina ketika petani banyak menggunakan pupuk.
Petani Afrika tahu mereka butuh pupuk, mereka cuma tidak mampu membelinya. Dengan bantuan negara-negara donor, mereka bisa. Para petani ini tidak hanya dapat memberi makan keluarganya, tapi juga bisa mulai memperoleh penghasilan dari hasil yang mereka jual di pasar dan menabung untuk masa depan. Dengan menabung selama beberapa tahun, para petani itu akhirnya bisa menjadi layak-kredit guna menerima pinjaman dari bank atau punya cukup uang untuk membeli sendiri input pertanian yang sangat mereka butuhkan tanpa bantuan dari luar.
Sekarang ada kesepakatan yang luas mengenai perlu ditingkatkannya pembiayaan oleh negara-negara donor bagi petani kecil (mereka yang memiliki dua atau kurang dari dua hektare atau rakyat pedesaan yang jatuh miskin), yang terutama mendesak di Afrika. Sekretaris Jenderal PBB tahun lalu memimpin suatu kelompok pengarah yang menetapkan bahwa pertanian di Afrika membutuhkan pembiayaan dana donor sekitar US$ 8 miliar per tahun--lebih-kurang empat kali dari jumlah yang sekarang--dengan tekanan pada peningkatan mutu bibit, pupuk, sistem irigasi, dan pelatihan penyuluhan pertanian.
Di samping bantuan langsung kepada petani kecil, negara-negara donor harus menyediakan bantuan yang lebih besar di bidang penelitian dan pengembangan guna mengidentifikasi bibit unggul baru, terutama untuk tanaman yang mampu bertahan terhadap banjir sementara, ekses nitrogen, lahan bergaram, hama tanaman, dan tantangan lainnya terhadap produksi pangan yang berkesinambungan. Membantu masyarakat miskin dengan teknologi baru, sementara melakukan investasi di bidang teknologi masa depan merupakan pembagian tugas minimum.
Investasi ini membuahkan hasil yang sangat besar manfaatnya, sementara pusat-pusat penelitian, seperti International Rice Research Institute dan International Maize and Wheat Improvement Centre, menyediakan bibit unggul dan strategi pertanian yang inovatif yang bersama-sama telah mencetuskan Revolusi Hijau Asia. Pusat-pusat penelitian ini tidak banyak dikenal, tapi sekarang sudah waktunya diakui sumbangan yang diberikan mereka. Terobosan ilmiah yang mereka lakukan telah membantu memberikan makanan kepada dunia, dan kita bakal butuh lebih banyak terobosan serupa.
Puluhan negara berpenghasilan rendah dan defisit pangan, mungkin sebanyak 40-50 negara, punya program yang mendesak untuk meningkatkan produksi pangan oleh petani-petani kecil, tapi terhalang oleh kurangnya dana bantuan. Negara-negara ini telah meminta bantuan dana kepada Bank Dunia, dan untuk itu Bank Dunia telah melakukan upaya yang kuat untuk membantu melalui Global Food Crisis Response Program. Tapi Bank Dunia belum memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak ini, dan terpaksa menjatah bantuan seadanya yang bisa dimanfaatkan dengan efektif dan dapat diandalkan. Sementara itu, ratusan juta orang tetap terjebak dalam kelaparan.
Banyak negara donor telah menyatakan mereka sekarang bersedia meningkatkan bantuan keuangan bagi petani kecil, tapi tengah mencari mekanisme yang tepat untuk itu. Struktur bantuan saat ini tidak memadai. Lebih dari 20 badan donor pertanian bilateral dan multilateral yang ada sekarang sangat terfragmentasi dan bekerja dalam skala yang tidak mencukupi baik secara sendiri maupun secara bersama. Walaupun dengan segala upaya oleh banyak pihak, respons terhadap krisis kelaparan ini masih sangat tidak mencukupi. Musim tanam 2008 datang dan pergi tanpa bantuan yang memadai untuk para petani miskin. Negara-negara Afrika mencari tanpa henti-hentinya, dan umumnya tanpa hasil, bantuan dana yang tidak banyak untuk membeli pupuk dan bibit unggul.
Saya dan rekan saya yang menjadi anggota penasihat prakarsa Spanyol itu telah merekomendasikan agar negara-negara donor mem-pooling dana mereka ke dalam satu rekening internasional, yang kami sebut Financial Coordination Mechanism (FCM). Dana yang terkumpul ini bakal memungkinkan para petani di negara-negara miskin memperoleh pupuk, varietas unggul, dan perlengkapan irigasi skala kecil yang sangat mendesak dan sangat mereka butuhkan.
Negara-negara miskin bakal menerima bantuan pembiayaan dana yang segera dan dapat diprediksi untuk membeli input pertanian dari satu rekening, bukan dari puluhan donor yang terfragmentasi. Dengan mem-pooling sumber dana ke dalam satu rekening FCM, biaya administrasi program dapat ditekan, ketersediaan arus bantuan lebih terjamin, dan negara-negara miskin tidak perlu bernegosiasi 25 kali untuk mendapatkan bantuan.
Waktunya business as usual sudah usai. Negara-negara donor sudah berjanji akan meningkatkan bantuan kepada Afrika dua kali lipat menjelang 2010, tapi realisasinya masih jauh dari jangkauan. Selama 20 tahun terakhir, negara-negara ini sebenarnya mengurangi bantuan bagi program pertaniannya, dan baru sekarang balik meningkatkan bantuan.
Sementara itu, 1 miliar orang kelaparan setiap hari. Kita perlu terobosan yang nyata, terbuka, jelas dan meyakinkan, yang mampu menggugah hati dan pikiran publik, dan yang mampu membuktikan keberhasilan. Sejarah bisa tercatat di Madrid pada akhir Januari 2009, saat negara-negara paling kaya dan paling miskin bertemu mencari solusi mengatasi krisis kelaparan global. Kehidupan 1 miliar orang di negara-negara miskin bergantung pada upaya ini.
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/02/Opini/krn.20090202.155523.id.html
Terobosan Melawan Kelaparan
Written By gusdurian on Senin, 02 Februari 2009 | 10.09
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar