BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Berawal dari Ingin Tahu

Berawal dari Ingin Tahu

Written By gusdurian on Minggu, 01 Februari 2009 | 12.05

Berawal dari Ingin Tahu
KOELN - Pengalaman batin para mualaf Jerman umumnya dimulai dari rentetan pertanyaan seperti dialami Sarah, yang bernama asli Sabine Leinkeit, 48 tahun. "Saya tidak habis pikir, bagaimana orang rela membunuh dirinya demi agama. Ada apa rupanya dengan Islam," katanya mengingat saat-saat dia menyaksikan tayangan berita 11 September 2001, yang menghancurkan menara kembar WTC.

Ibu dua anak itu mencari jawaban di Internet yang justru membuatnya tertarik mempelajari Islam sampai delapan jam sehari. "Kebenaran yang benar-benar saya rasakan di hati," kata Sarah, yang kemudian bertemu dengan Ahmed, seorang pemuda Mesir, yang menjadi guru Islamnya yang pertama.

Keingintahuan Nicola-Zeyneb Trostorss, 42 tahun, berawal dari perkenalannya dengan pemuda Turki di tempat kerjanya. Bekas manajer perusahaan karpet itu terkesan oleh sang pemuda yang, di matanya, amat baik hati. Saat makan siang bareng, ia kerap ditawari roti Turki. "Tapi dia menolak saya tawari sandwich. Padahal isinya ayam. Menurut dia, karena ayamnya disembelih bukan atas nama Allah. Saya melongo," kata Zeyneb sambil tertawa mengingat kejadian itu.

Zeyneb, yang kala itu berusia 25 tahun, mengingat dirinya sebagai wanita bebas, yang sejak berusia 16 tahun sudah jadi perokok serta gemar minum minuman beralkohol dan berkonvoi motor besar bersama teman-temannya.

Ketika sang pemuda pamit untuk berjihad di perang Bosnia, ia mempunyai satu permintaan kepada Zeyneb. "Pergilah ke masjid. Di situlah tempat yang paling baik untuk belajar tentang Islam," katanya. Ditemani sang ibu, ia datang ke sebuah masjid. "Saya terkesan sekali oleh keramahtamahan para muslimah di sana. Terus terang, saya jatuh cinta pada atmosfer masjid. Hati saya terasa nyaman sekali," katanya.

Tak semua orang tua Jerman shocked pada pilihan hidup anaknya, memang. Setidaknya itu yang dibuktikan Max-Bilal Heidelberger, 29 tahun. Sejak 14 tahun Bilal--begitu nama Islamnya--sudah tertarik mempelajari huruf Arab. "Bahasa Arab terkenal di dunia dan saya ingin menguasainya," kata Bilal mengenang. Menguasai bahasa Arab memang tidak berarti meyakini Islam.

Ia tertarik memperdalam Islam setelah Habib--pemuda Maroko yang mengunjunginya di Jerman--mengajaknya ke masjid. Ia ditunjukkan cara berwudu dan bersembahyang di masjid. "Semula saya mengira begitulah perilaku sopan di dalam masjid," kata Bilal. Dan pengalaman pertamanya itu amat berkesan. "Saya terpesona oleh adab masjid: semua orang duduk di lantai dan mendengarkan khotbah. Juga suasana persaudaraan di situ. Saya merasa ketertarikan pada Islam mulai memasuki hati saya. Rasanya seperti masuk ke dunia baru," ujar Bilal. SRI PUDYASTUTI BAUMEISTER (JERMAN)



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/31/Internasional/krn.20090131.155395.id.html
Share this article :

0 komentar: