BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sebuah Peradaban yang Didasarkan pada Dialog

Sebuah Peradaban yang Didasarkan pada Dialog

Written By gusdurian on Sabtu, 03 Januari 2009 | 11.54

Akhir-akhir ini berbagai konflik mewarnai dunia. Semua merasa paling benar dan pada akhirnya tercipta kebuntuan yang tentu tak akan mampu meretas konflik.
Banyak yang lupa bahwa ada jalan lain yang terbuka,yaitu dialog. Dialog adalah pertualangan yang dapat diikuti siapa pun. Terkadang dialog menjadi pertualangan yang hasilnya dapat mengubah sejarah. 2.000 tahun lalu,seorang Buddhis di India bernama Nagasena dipanggil menghadap untuk berdialog oleh Raja Milinda, penguasa Yunani dari kerajaan di daerah Barat Laut India.Nagasena menghadap sang raja dan berkata: “Yang Mulia! Ketika berdialog,apakah Anda berbicara sebagai orang arif? Atau Anda berbicara sebagai penguasa?” Kata-kata Nagasena menembus sumber arogansi dogmatis sang raja. Pertanyaannya merupakan cara untuk menuntut agar mereka mengeksplorasi kebenaran pada landasan yang sejajar,sebagai dua manusia yang akan saling belajar dalam dialog yang bijak. Pertemuan ini membuka mata Raja Milinda, mendorongnya untuk mengesampingkan harga diri dan mendedikasikan diri untuk mengembangkan kearifan manusia.Pertukaran pemikiran yang terbuka di antara keduanya menghasilkan pertemuan Timur dan Barat,peleburan poin-poin terbaik daripemikiran Yunaniklasikdanfilosofi India dengan pengaruh abadi pada sejarah spiritual umat manusia. Contoh dramatis dari dialog ini mengandung pelajaran yang harus diindahkan oleh para pemimpin dunia saat ini. Menjadi semakin penting bagi kita untuk saling menginspirasi dengan belajar dari perbedaan kita,atau ketika kita telah memiliki kebutuhan demikian untuk sebuah dialog kreatif dari yang bijak.
*** KTT G-8 Toyako Hokkaido yang diselenggarakan di Jepang Juli tahun lalu mencetak rekor jumlah negara yang berpartisipasi, 22. Mengesampingkan hasil konkret dari pertemuan ini,saya merasa perluasan proses KTT ini memiliki makna besar. Saya telah lama menyerukan keikutsertaan yang lebih luas dalam konferensikonferensi ini karena saya percaya ini adalah salah satu elemen penting dalam menciptakan peradaban berdasarkan dialog. Jalan paling pasti untuk kebaikan seluruh bumi ini adalah dengan memperluas jaringan dialog berdasarkan kesadaran komunitas yang lebih luas, tanggung jawab bersama untuk masa depan. Tanda dari kearifan terletak pada kemampuan untuk mendengar.Terutama saat ini, saat kita dihadapkan pada isu-isu global mendesak yang begitu banyak, sangatlah penting mencurahkan setiap usaha untuk mendengar pendapat dari orangorang yang berbeda posisi dengan kita,terutama semakin rapuhnya apa yang dinamakan “suara-suara tak bersuara”: untuk mengumpulkan kearifan dari semua orang. Pada saat bersamaan, merupakan tanda dari orang bijak untuk melaksanakan kegigihan besar.Ketika kemajuan tidak lancar,kita memerlukan kearifan untuk menemukan pijakan bersama yang realistis dan tekad untuk meneruskan dialog, apa pun yang terjadi. Saya teringat pada Reykjavik Summit antaraMikhailGorbachevdan Ronald Reagan pada 1986. Negosiasi mereka berakhir buntu.Namun dalam konferensi pers setelah pertemuan, Gorbachev menyatakan bahwa mereka telah mencapai langkah pertama menuju negosiasi lebih lanjut. Hal ini memengaruhi pihak Amerika mengadopsi pendirian serupa, mendorong pengharapan menuju pendekatan yang lebih positif dan berpandangan ke depan. Sejarah mencatat bahwa tekad kuat untuk terjun dalam dialog telah memberikan kontribusi. Dari cara yang diam-diam namun mendalam,kepada proses yang menyudahi Perang Dingin. Saat saya bertemu Mikhail Gorbachev, banyak orang meragukan apakah mungkin pertemuan antara seorang Buddhis dan pemimpin negara komunis adidaya bisa menghasilkan hasil yang penuh makna.
Selama pertemuan, kami mendiskusikan kenangan kami mengenai kesengsaraan dan kekejaman perang yang kami alami ketika muda, setuju bahwa generasi kami dapat didefinisikan sebagai “anak-anak hasil perang.” Setelah menemukan titik pijak bersama ini, kami berbicara mengenai tekad bersama untuk mengekstraksi pelajaran-pelajaran berharga untuk masa depan. Apapun etnis dan agama kita, kita semua punya keluarga yang kita cintai; ada masa depan yang ingin kita lindungi.Tidak ada manusia mana pun yang dapat melarikan diri dari irama abadi kehidupan: lahir, tua, sakit,dan mati. Ketika kita berpijak pada pandangan yang paling mendasar mengenai kesamaan kehidupan, kita dapat melampaui perbedaan apa pun dan pasti mencapai empati dan dialog. *** Yang sama dari semua pemikir, pemimpin dari berbagai bidang dan kenegaraan yang mana saya telah berdialog selama bertahun-tahun adalah doa yang sungguh-sungguh dan tekad mendalam untuk melihat abad 21 menjadi abad perdamaian dan dialog, yang bertolak belakang dengan abad peperangan dan kekerasan di abad ke-20. Dialog bukan hanya penekanan sederhana akan posisi kita sendiri, bukan juga berarti membujuk orang lain untuk mengikuti pandangan kita. Dialog akan berhasil bila didasarkan pada penghormatan atas hidup orang lain,dan didorong oleh tekad untuk belajar saat dikonfrontasikan dengan perbedaan kepribadian dan perspektif. Dalam Buddhis terdapat sebuah frase indah: “Ketika kita membungkuk hormat pada cermin,bayangan di cermin pun membungkuk hormat kembali pada kita.” Baik antarindividu ataupun peradaban, jika salah satunya terlalu bangga dan menyesalkan perbuatan berdialog, jika salah satu berhenti belajar, maka tidak ada pertumbuhan, tidak ada kemajuan.Peradaban yang didasarkan pada dialog adalah peradaban yang didasarkan pada pembelajaran pada pertumbuhan. Sebaliknya, kegagalan dialog hanya menjanjikan perpecahan umat manusia melalui egoisme dan ketidakpercayaan, lingkaran kebencian, dan kekerasan yang semakin lama semakin mendalam.
Sejarawan Inggris Arnold Toynbee yakin bahwa dialog adalah kunci untuk menemukan respons manusia terhadap tantangan sejarah. Dia pernah menyatakan,“ Dari semua fenomena manusia, satu yang pada kenyataannya tidak pernah ada pola pasti, yaitu bidang pertemuan dan kontak antara satu kepribadian dengan kepribadian yang lain. Dari perjumpaan dan kontak seperti itulah kreativitas yang benar-benar baru muncul.” Mutlak tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa keluar dari krisis memecah belah yang mengonfrontasikan dunia saat ini. Dialog adalah jalan paling pasti menuju perdamaian. Jalan yang terbuka bagi kita semua,dimulai dari mana pun kita berada; dimulai dari sekarang. Dialog adalah pertualangan, cara untuk menemukan keunikan,misteri dan keakraban umat manusia. Dialog adalah sumber penciptaan nilai yang tidak dapat dirintangi dan tiada henti.(*) Dr Daisaku Ikeda Presiden Soka Gakkai Internasional dan Penerima Medali Perdamaian PBB

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/201182/
Share this article :

0 komentar: