BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Intelektual Metroseksual & (Calon) Pemimpin Kita

Intelektual Metroseksual & (Calon) Pemimpin Kita

Written By gusdurian on Sabtu, 03 Januari 2009 | 12.03

Modernisasi dan industrialisasi telah menimbulkan pergeseran sosial, gaya hidup dan perubahan sikap mental dalam rangka penyesuaiandengan lingkungan baru. Ini tercermin dari kehidupan desa-kota yang sama tercerabutdari nilai-nilai tradisional dan kearifan lokalnya. Social capital bangsa timur yang kaya akan norma (norm), kegotong-royongan (networking) dan saling percaya (trust) telah digantikan oleh nilai baratyang individualis, materialis, elitis dan sekuler. Demikianhalnya dengan interaksi pria-wanita serta aspek-aspek privasinya yangmemunculkan fenomena baru yakni Metroseksual. Fenomena ini tumbuh danberkembang pesat di kota-kota besar di Indonesia. Mark Simpson (1994)_penulisdan pengamat lifestyle Inggris_pertamakali mengedepankan hadirnya para pria metroseksual ditengah masyarakat.Menurutnya, metroseksual adalah sosok pria muda berpenampilan dendi yang sangatpeduli dengan penampilan (performance) , tertarik pada fashion dan berani menonjolkan sisifemininnya, senang memanjakan diri dan menjadi pusat perhatian. Umumnya merekasosok yang narsistik, mencintai dirisendiri secara berlebihan dan tergila-gila dengan gaya hidup urban berkualitasmetropolitan. Yangmenarik dari kategori pria "flamboyan" ini, kendati berpenampilan"manis",� mereka ini tidak serta merta seorang gay atau homoseksual. Pengertian metroseksual disini adalah pria muda (antara 20 - 40 tahun) yangpunya uang (untuk dihamburkan) hidup di tengah atau dalam jangkauanmetropolis_di mana terdapat mal, klub, butik, pusat kebugaran, salonkecantikan dan lain-lain (dari berbagai sumber). Mereka ini bisa saja gay, biseksual ataupunheteroseksual. Jadi sama sekali bukan urusan preferensi seksual. Yang menonjoldari pria metroseksual ini adalah mereka menempatkan dirinya sebagai obyekcintanya sendiri. Dalam kehidupan sosial, disampingsebagai pria yang mencintai keluarga, para pria metroseksual ini memang senangmemelihara dan meluaskan pergaulan. Mereka senang berbelanja dan menikmatiliburan bersama istri dan anak-anaknya, bercengkerama dengan teman-teman dikafe, resto ataupun coffee shop.Interaksi pergaulan dilakukan sebagai komunitas dalam bermacam bentuk; mulaidari olahraga, penyuka musik jazz atau rock, motor besar, gadget, kelompokbisnis, kelompok penggemar hewan jinak atau liar dan lain-lain. Tujuan membentukkomunitaspun beragam, di antaranya membangun jaringan dan relasi, membagipengalaman bisnis, berbagi perasaan dan emosi keseharian sampai menyalurkanhobi. Fenomena ini direspon sangat jelioleh kalangan industrialis. Agar hasil produksi laku di pasar, para kapitalisdan organ-organ sistemnya sengaja membuat budaya yang berhubungan dengan hasilproduksinya, di antaranya perlengkapan untuk budaya metroseksual. Perlengkapanyang sebelumnya sebatas kebutuhan sekunder (make-up, menicure, pedicure dsb) dapat menjadi primer. Dari aspek hukumekonomi, pola penyebaran semacam ini sah-sah saja. Dalam sejarah Romawi kita mengenaltokoh seperti Caligula yang senang berpenampilanmetroseksual dan hidup serba "pesta dunia". Penampilanmetroseksual ala Romawi-nya telah dipakai sebagai kedok hatinya yang berciri vampire,-haus darah dan haus kepuasan nafsurendahnya. Rakyat yang sudah menderita tidak jarang dikorbankan demi pestaporanya di istana. Gaya metroseksualnya telah mencerminkan "basic instinct" yang sebenarnyasedang menguasai dirinya. Kalau seorang pemimpin metroseksual bersekutu dengan kaumintelektual metroseksual, tentu tidak aneh. Bahkan memangsudah menjadi kecenderungan kodratnya. Yangperlu dicermati adalah bahwa kecenderungan kultur metroseksual yang hanya menutupi keburukan dan kejahatan sebenarnya sedang menguat dalam "basic instinct" mereka, apalagidikenakan oleh pemimpin yang telah dinyatakan populis karenakebanyakan rakyat telah mengidolakannya. Sangat memprihatinkan pula, bilahal ini menjadi kultur advertisement yang dianggap sebagai simbol profesionalismeintelektual. Semangat menipu (deseptif) dipakai untuk menjamin semangat meng-ilmu.Tak heran saat ini banyak orang ingin menjadi intelektualmetroseksual lewat membeli ijazah dan gelar-gelar akademik. Presidenkita dikenal sebagai orang yang berpenampilan necis. Persis gaya priametroseksual. Media juga turut berhasil mengangkat kepopulerannyadari sekedar penampilan lahiriahnya. Rakyat pemilih terutama ibu-ibu terpikat oleh penampilannya. Seandainya kita mau menempatkan deretan Presiden RI dari ukuran metroseksual, mungkin hanya presiden kita sekaranglahyang memenuhi persyaratan. Untuk menunjang penampilannya, beliau senang mengenakan jas lengkap atau batik nomor wahid. Selain tinggi kekar (macho) dan ganteng, beliau juga seorang jenderal dan bergelar doktor.Bagaimanadengan anda-anda yang akan maju di Pemilu 2009? Apakah anda sudah memenuhisyarat intelektual metroseksual dan mengiklankannya di media massa? Ataukah andatetap sosok rural seksual yangsederhana dan berempati pada kesederhanaan_ seperti harapan kami orang-orang termarjinalkan!
Salam,HerwinBogor
Share this article :

0 komentar: