S UHU politik menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 8 Juli 2009 kian memanas.
Petinggi TNI dan Polri mulai ditarik-tarik ke ranah politik praktis untuk mendukung calon presiden tertentu.
Adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membeberkan informasi keterlibatan pejabat TNI dan Polri dalam politik praktis. "Saya mendengar informasi ada seorang petinggi TNI-AD yang mengatakan ABS (asal bukan calon presiden berinisial S)," kata Panglima Tertinggi TNI itu.
Informasi itu diungkapkan Presiden saat memberi pengarahan dalam Rapat Pimpinan TNI dan Rapat Koordinasi Polri di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Presiden tidak menyebut identitas calon presiden berinisial S itu. Sejauh ini, figur berinisial S yang beredar di bursa calon presiden antara lain Susilo Bambang Yudhoyono, Sutiyoso, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Selain menyangkut keterlibatan petinggi TNI, Presiden mendengar informasi ada petinggi Polri yang membentuk tim sukses untuk calon presiden tertentu. Meski demikian, Kepala Negara mengatakan tidak memercayai informasi itu dan menganggap isu yang didengarnya tidak benar. "Saya yakin informasi itu tidak benar," katanya.
Presiden pun membeberkan keberpihakan anggota TNI dan Polri yang terjadi pada Pemilu 2004. "Saya sendiri pernah merasakan betapa sakitnya ketika ada oknum pejabat TNI dan Polri, ada semacam kebijakan dan instruksi yang mengganggu netralitas TNI dan Polri. Itu terjadi pada Pemilu 2004," tutur Presiden.
Ungkapkan Identitas Isu yang diungkapkan Presiden itu dikhawatirkan bisa memicu keresahan di kalangan TNI dan Polri. Karena itulah, pemerhati politik Kastorius Sinaga mengharapkan agar Presiden tidak menyampaikan pesan yang multitafsir. Ia berharap Presiden mengungkapkan identitas petinggi TNIAD dan petinggi Polri yang bermain politik praktis. "Buka saja agar tidak memunculkan keresahan," pintanya.
Meski demikian, Kastorius yakin pesan yang ingin disampaikan Presiden adalah agar TNI dan Polri tetap bersikap netral dalam pemilu.
Pakar politik Arbi Sanit juga sependapat bahwa pesan yang disampaikan Presiden itu meminta TNI dan Polri untuk tetap bersikap netral. Karena itulah, Presiden mengingatkan petinggi TNI dan Polri untuk tidak mendukung calon presiden tertentu.
Anggota Komisi I DPR yang membidangi antara lain masalah militer, Andreas Pareira, khawatir pernyataan Presiden itu memicu sikap saling curiga di antara petinggi TNI dan Polri. Pernyataan itu, kata dia, justru menjadi faktor yang menimbulkan keresahan baru.
Sebagai Panglima Tertinggi TNI, kata Pareira, Presiden mestinya langsung menindak petinggi TNI dan Polri yang tidak netral.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso yang ditemui seusai acara di Istana Negara mengaku belum mendengar informasi yang dilontarkan Presiden tersebut.
"Sampai saat ini saya belum mendengar hal itu. Presiden sendiri juga tidak yakin," ujarnya.
Meski demikian, menurut Djoko, hal itu akan menjadi catatan baginya untuk menjaga netralitas TNI selama pelaksanaan Pemilu 2009.
"Itu akan jadi catatan buat saya," pungkas Djoko yang sehari sebelumnya menolak menjadi calon wakil presiden pendamping Megawati Soekarnoputri yang diusung PDIP.
Mabes TNI-AD enggan mengomentari pernyataan Presiden. "Tidak ada tanggapan dari tentara untuk pertanyaan politis. Kami ini prajurit, tentara profesional. Kami berkomitmen menjaga netralitas," kata Kepala Dinas Penerangan TNIAD Brigjen Christian Zebua.
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/01/30/ArticleHtmls/30_01_2009_001_009.shtml?Mode=1
Home »
» Presiden Ungkap Isu Asal bukan Capres 'S' di TNI-AD
Presiden Ungkap Isu Asal bukan Capres 'S' di TNI-AD
Written By gusdurian on Sabtu, 31 Januari 2009 | 11.19
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar