Masjid Bergaya Ottoman di Koeln
Pembangunan sebuah masjid baru mengundang kontroversi warga. Namun, DPRD setempat menyetujuinya.
KOELN - Setelah menunggu empat tahun, hajat Ikatan Islam Turki di Jerman (DITIB) mendirikan masjid besar di Koeln akhirnya tercapai setelah DPRD kota itu memberikan restu. "Masjid lama sudah tak layak huni. Jika musim panas tiba, kami kegerahan. Di musim dingin, kami menggigil kedinginan. Belum lagi lingkungannya amat bising, sehingga kami tak bisa khusyuk," kata Sardi Arslan, Ketua DITIB, tentang masjid di bekas pabrik tua di kawasan Erhenfeld yang sudah 20 tahun digunakan itu.
Namun, politikus lokal sayap kiri anggota Neo Nazi, Markus Wiener, mengecam keputusan itu. "Munculnya masjid baru di Koeln malah bikin populasi Islam semakin besar. Itu yang tidak kami inginkan." Kardinal terkemuka Koeln, Joachim Meisner, juga berkomentar senada. "Keberadaan masjid membuat perasaan saya tidak nyaman," katanya.
Wali Kota Koeln Fritz Schramma sebetulnya mafhum jika warga Turki membutuhkan rumah ibadah yang layak, "Yang bikin saya jengkel adalah mereka sudah tinggal 35 tahun di sini, tapi tak sepatah kata pun mengerti bahasa kami," katanya menuding generasi tua Turki yang dikenal sulit meleburkan diri dibanding imigran dari Rusia atau Italia.
Masjid agung yang kelak bernama Sentral Masjid Koeln (Koeln Merkez Camii, dalam bahasa Turki) itu bakal dibangun supermodern dan mewah, dengan tinggi kubah 36,5 meter dan menara ramping setinggi 55 meter di empat sudut bangunan. Paul Boehm, sang arsitek, dikenal sebagai spesialis bangunan gereja.
Menurut juru bicara DITIB, Bekir Alboga, arsitektur masjid seluas 4.500 meter persegi itu meniru arsitektur Istana Ottoman di Turki, yang memadukan batu konkret dan kaca. Masjid berkapasitas 2.000 orang senilai 20 juta mark yang kelak didominasi dinding berkaca itu dimaksudkan, "Agar tercipta atmosfer keterbukaan. Tidak merasa seperti terkurung di dalam ruangan."
Ia juga menegaskan suara azan tak bakal terdengar sampai ke luar masjid. Ia paham undang-undang Jerman melarang penggunaan pengeras suara. Alboga pun menegaskan bahwa tinggi menara masjid yang jaraknya cuma 3 kilometer dari katedral tak bakal melebihi tinggi menara katedral, yang menjadi simbol kota itu. Eloknya, Gereja Katolik St Theodore memutuskan ikut mendanai pembangunan masjid tersebut. Ini membuat kubu antipembangunan masjid menjadi mati kutu.
DITIB sudah berpengalaman membangun masjid di pelbagai kota: Bonn, Goettingen, Bielefeld, hingga Duisburg. Namun, baru kali ini terjadi kontroversi. Menurut laporan majalah Focus, sejak 2004 jumlah masjid di Jerman terus bertambah. Hingga kini tercatat ada 159 masjid. Itu belum termasuk 184 masjid yang tengah dibangun dan 2.600 ruangan yang disewa untuk kepentingan ibadah umat Islam.
Dalam laporan berjudul "Lebih Banyak Masjid daripada Gereja" itu, Focus mengutip laporan koran Bild, bahwa berdasarkan studi Zentralinstituts Islam-Archivs Jerman, jumlah umat muslim Jerman pun terus naik dari tahun ke tahun. "Dari 56 ribu pada 1980-an menjadi jutaan orang belakangan ini," kata Ketua Zentalsinstitituts Islam-Archivs Jerman Salim Said. Konkretnya, menurut catatan kantor penduduk (Bundesamt), jumlah umat muslim 3,7 persen dari sekitar 82 juta populasi Jerman atau sekitar 3,3 juta orang. SRI PUDYASTUTI BAUMEISTER (JERMAN)
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/31/Internasional/krn.20090131.155394.id.html
Masjid Bergaya Ottoman di Koeln
Written By gusdurian on Sabtu, 31 Januari 2009 | 10.27
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar