BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Bush dan Obama Sama-Sama Bungkam

Bush dan Obama Sama-Sama Bungkam

Written By gusdurian on Kamis, 01 Januari 2009 | 12.24

Bush dan Obama Sama-Sama Bungkam
Kekejian Zionis Israel di Gaza Oleh Djoko Susilo *Hari Natal dan Tahun Baru Miladiyah (Masehi) maupun Hijriyah kali ini menjadi hari kelabu bagi warga Palestina di Gaza. Jet-jet tempur Israel dengan garang dan membabi buta mengebom sasaran-sasaran sipil yang mengakibatkan -sampai tadi malam- lebih dari 300 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Anehnya, Presiden Amerika Serikat George Bush tetap saja bungkam. Tak bersuara. Ironisnya, presiden terpilih Barack Obama juga bungkam seribu bahasa. Jadi, perubahan apa yang akan dibawa Obama dalam masalah Palestina?Sebenarnya, tidak ada yang aneh dengan sikap AS tersebut. Sebab, sebagaimana ditulis John Mersheimeimer dan Stephen J. Walt dalam bukunya yang terkenal, the Israel Lobby, politik luar negeri Amerika sudah dibajak oleh lobi Yahudi. Mereka sudah menguasai kongres dan senat serta posisi strategis negara. Deplu Amerika di bawah Condoleza Rice maupun calon penggantinya, Hillary Clinton, tetap akan melaksanakan kebijakan pro-Israel. Gedung Putih yang nanti akan dikendalikan Rahm Emmanuel sebagai kepala staf itu akan tetap menjadi pusat perumus kebijakan politik pro-Israel. Jadi, jangan banyak berharap kepada Obama dalam soal Israel. Keduanya sama saja; membela mati-matian Israel.Menurut Bush, pemerintahan Hamas di Gaza adalah pemeritahan teroris. Bush tidak peduli kepada fakta bahwa Hamas dipilih mayoritas rakyat dalam pemilihan yang demokratis. Hamas adalah organisasi politik yang mengakar luas di Palestina, tetapi dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh George Bush.Jika makin banyak orang membenci Bush, itu sangat bisa dipahami. Sebab, sebagai pemimpin negara yang mengampanyekan demokrasi dan HAM, Bush sama sekali diam. Tidak ada niat mengutuk, apalagi menghukum, Israel. Padahal, sepantasnyalah jika pemimpin Israel seperti PM Tipvi Lipni dan juga para pendahulunya, Ehud Olmert dan Ehud Barak, diseret ke pengadilan internasional atas kejahatan kemanusiannya di Gaza. Sangat sulit diterima akal sehat, kekejian Israel itu dibiarkan saja tanpa hukuman apa pun. Dilindungi Sayang, masyarakat dunia tidak bisa menghukum Israel karena dilindungi Amerika. Padahal, Amerika leluasa berbuat demikian karena tidak mendapat tekanan dari negara Arab dan negara-negara Islam. Jangankan mengecam Amerika, para penguasa Arab malah berlomba-lomba memberikan hadiah kepada pejabat Amerika. Menlu Rice dikabarlan menerima hadiah mahal dari penguasa Arab. Konon, Raja Abdullah dari Arab Saudi menghadiahkan perhiasan emas berlian senilai sekitar Rp 1, 9 miliar, sedangkan Raja Abdullah II dari Jordania menghadiahi perhiasan senilai Rp 1, 7 miliar. Padahal, kalau uang pembelian hadiah kedua raja Arab itu dibelikan makanan dan obat-obatan untuk rakyat Palestina di Gaza, tentu akan sangat menolong nasib mereka. Sayang, kedua raja tersebut lebih suka memberikan hadiah kepada pejabat Amerika daripada membantu rakyat Palestina. Memang, sesungguhnya, kekejian Israel di tanah Palestina itu bisa terus berlangsung karena kelemahan persatuan bangsa Arab sendiri. Sekarang, di antara 21 negara anggota Liga Arab, hanya Sudan dan Syria yang hubungannya dengan Amerika tidak mesra. Lebih tragis lagi, bahkan banyak yang sudah membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Misalnya, Mesir dan Jordania. Jadi, sesungguhnya kuatnya Israel juga disebabkan lemahnya persatuan Arab sendiri. Amerika berani semena-mena mendukung kezaliman Israel juga berkat uang dari negara-negara Arab. Kuwait diperkirakan menanamkan tidak kurang dari 100 miliar dolar di bank-bank Amerika. Demikian juga UAE, Bahrain, Qatar, dan Araba Saudi. Berkat uang Arab itulah, ekonomi Amerika yang sekarang resesi belum runtuh. Dengan uang Arab itu pula, Amerika memberikan dana hibah dan pinjaman lunak ke Israel yang digunakan untuk ongkos menjajah bangsa Palestina. Dengan kata lain, penguasa Arab yang kaya sebenarnya ikut membantu kejahatan negara Yahudi itu di Palestina.Seruan solidaritas Arab dan solidaritas dunia Islam sekarang ini menjadi tidak relevan karena perasaan semacam itu memang tidak ada. Ibadah haji yang mestinya menjadi ajang dan wahana memupuk perasaan persaudaraan semacam itu ternyata tidak terwujud. Sebab, pada akhirnya, semua negara, baik Arab maupun Islam, mementingkan diri sendiri. Non sense dengan gagasan persaudaraan Islam selama penguasa Arab dan Islam lebih menghamba kepada kepentingan Barat. Tidak berorientasi untuk kepentingan umat.Di pihak lain, kekejian Israel dimungkinkan terus berlangsung tanpa hambatan berarti karena mereka didukung negara adikuasa yang telah ditundukkan jaringan lobi yang canggih. Israel sesungguhnya negara kecil yang jumlah sumber dayanya jauh di bawah bangsa Arab, apalagi umat Islam. Hanya, karena terorganisasi rapi secara ekonomi, politik, dan militer, negara Yahudi itu menjadi kekuatan yang tak tertandingi.* Djoko Susilo, anggota Komisi I DPR
Share this article :

0 komentar: