BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Harap Cemas di 2009

Harap Cemas di 2009

Written By gusdurian on Kamis, 01 Januari 2009 | 12.28

Harap Cemas di 2009
HARI ini kita menapaki langkah pertama pada 2009. Berbeda saat kita memasuki 2008 yang diwarnai segudang optimisme pada berbagai bidang, pada 2009 ini yang dominan justru kekhawatiran. Selain khawatir apakah pemilu legislatif dan pilpres berjalan mulus dan aman, kekhawatiran memburuknya situasi ekonomi menjadi wacana dominan memasuki tahun baru ini. Karena itu, perlu dilihat faktor-faktor strategis apa yang kemungkinan memengaruhi situasi ekonomi 2009 dan langkah apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya situasi yang sangat buruk pada tahun ini.Marilah kita analisis situasi ekonomi ini dari beberapa sektor; dengan melihat apa yang terjadi pada 2008, kebijakan strategis di sektor tersebut, dan kemungkinan situasi 2009. Dalam bidang perdagangan, kinerja ekspor nasional tahun ini dipastikan merosot. Itu terjadi karena anjloknya permintaan dari pasar-pasar utama seperti AS, Eropa, dan Jepang. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk menyiasati lesunya pasar konvensional itu. Pertama, mencari pasar-pasar ekspor baru seperti kawasan Timur Tengah. Kedua, memperkuat pasar domestik. Sayang, kita belum melihat ada upaya yang serius dari pemerintah untuk melaksanakan secara efektif salah satu atau kedua strategi tersebut. Mencari pasar ekspor baru juga tidak semudah membalik telapak tangan, sedangkan pasar dalam negeri sendiri mengalami kelesuan.Karena itu, pada 2009 ini kita akan melihat defisit neraca perdagangan yang semakin besar. Itu terjadi karena kebergantungan impor bahan baku industri juga semakin tinggi. Sementara industri substitusi impor juga bisa diharapkan berperan optimal. Kita berharap, melemahnya kurs rupiah bisa dimanfaatkan eksporter untuk meningkatkan kinerja ekspor mereka. Sebab, dengan kurs yang melemah, daya saing ekspor meningkat karena harga barang di pasar internasional menjadi lebih murah.Selain dari sisi perdagangan yang melemah, ekonomi pada 2009 bakal diwarnai lesunya laju investasi langsung, baik penanaman modal domestik (PMDN) maupun asing (PMA). Padahal, pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja diharapkan bisa didorong oleh meningkatnya investasi langsung itu. Iklim investasi pada tahun ini akan jauh lebih berat. Sebab, ketika investasi langsung melemah, kondisi investasi di pasar finansial juga sedang memburuk. Jadi, jika pada 2000 hingga 2007 kita masih bisa mengharapkan lesunya realisasi investasi langsung bisa ditutup atau setidaknya diimbangi dengan investasi di pasar keuangan, tahun ini dua sektor tersebut sama-sama lesu. Jadi, aliran uang jangka panjang maupun hot money ke Indonesia bakal menurun tajam. Dampaknya, tanpa investasi langsung akan menyeret angka pengangguran. Dan, tanpa aliran hot money, transaksi di pasar keuangan juga akan sepi.Selain pengangguran, masalah merosotnya daya beli masyarakat akibat inflasi tinggi masih menjadi ancaman. Penurunan harga BBM (bahan bakar minyak) pada 2008 diperkirakan tidak akan terulang pada 2009. Penyebabnya, menurut analisis para ahli perminyakan, harga minyak dunia sudah menyentuh level terendah. Padahal, ketika harga BBM turun dua kali dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500, dan terakhir Rp 5.000 per liter, harga-harga barang dan jasa -terutama transportasi- tidak serta merta turun.Kondisi tahun ini diprediksikan masih berat, terutama pada semester pertama. Sektor finansial juga belum cukup berani menopang kinerja sektor riil, mengingat likuiditas perbankan juga akan ketat. Dari fakta tersebut, sektor riil mungkin stagnan karena tidak ada pasar baru. Atau, kalaupun ada peluang, pasar tidak bisa menggarap secara optimal karena masih minimnya pembiayaan dari bank.(*)
http://jawapos.com/
Share this article :

0 komentar: