BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ujian Susulan Pasca-Kelulusan

Ujian Susulan Pasca-Kelulusan

Written By gusdurian on Kamis, 18 Desember 2008 | 11.02

Ujian Susulan Pasca-Kelulusan''Sangat tidak fair, jamaah haji yang memiliki dana dibiarkan keleleran,'' kata Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni, 69 tahun. ''Sementara orang lain disanjung-sanjung, diberi fasilitas tidak pada tempatnya.'' Ratusan hadirin di Auditorium UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Sabtu 22 November lalu, bertepuk tangan serempak.Maftuh tidak sedang menyinggung nasib 300-an jamaah haji khusus asal Indonesia yang telantar empat hari di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, Senin-Kamis dua pekan lalu. Ia tengah mengupas praktek yang sudah lama berlangsung dan membuatnya terpacu untuk merombak manajemen haji.Selama ini, jamaah banyak menanggung beban biaya di luar kebutuhan mereka. Antara lain, fasilitas haji gratis sejumlah kalangan atas dibebankan pada ongkos jamaah. Ironisnya, jamaah sendiri kerap ditelantarkan. Praktek penelantaran itu bahkan masih berlangsung hingga kini di Kuala Lumpur tadi.Paparan Maftuh pagi itu merupakan pidato penerimaan gelar doctor honoris causa bidang manajemen dakwah di depan Sidang Senat Terbuka UIN Jakarta. Penyerahan ini ditandai pengalungan selempang warna cokelat di leher Maftuh, toga hitam di kepala, dan penyerahan ijazah oleh Rektor UIN Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat.Tampak hadir mantan Presiden B.J. Habibie dan mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno. Yang bertindak sebagai promotor adalah Prof. Dr. Din Syamsuddin dan Prof. Dr. Yunan Yusuf, mantan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Fakultas ini dipilih karena di sini terdapat jurusan manajemen dakwah, yang salah satu konsentrasinya adalah manajemen haji dan umrah.Yunan Yusuf menilai, Maftuh berhasil menghapus stigma Departemen Agama yang dicitrakan ''korup'' dalam penyelenggaraan haji. Terobosan manajerial Maftuh berpangkal pada prinsip efisiensi manajemen. Implementasi awalnya adalah dengan melucuti fasilitas haji gratis buat pejabat, anggota kabinet, pimpinan ormas, ulama, plus kerabat dekat mereka yang menjadi tanggungan jamaah.
Dalam kontrak politik dengan Susilo Bambang Yudhoyono menjelang diangkat sebagai menteri, Maftuh diminta menuntaskan empat hal. Yakni pembersihan aparat, kerukanan umat beragama, penyelenggaraan haji, dan pendidikan Islam. Bahwa prioritas awal Maftuh pada pembenahan haji, karena layanan ini dinilai paling memperpuruk citra.''Dalam evaluasi saya, ternyata tidak ada alternatif lain kecuali saya harus bertindak keras. Siapa nakal saya gebuk,'' katanya. Aksi aparat hukum membongkar korupsi haji ia beri akses luas.Ongkos haji yang dibayarkan jamaah dialokasikan penuh untuk layanan yang langsung dinikmati jamaah. Biaya akomodasi petugas, yang sebelumnya ditanggung jamaah, sejak 2006 dibebankan pada APBN. Kelebihan sewa pondokan dikembalikan langsung secara tunai kepada jamaah.Eksperimen Maftuh merombak manajemen haji itu tak selalu lancar. Pada musim haji 2006 (1427 H), pasokan katering jamaah di Arafah-Mina berantakan. Tuntutan agar Maftuh melepas jabatan bermunculan.Itulah kali pertama katering dialihkan dari pemain lama (muasasah) ke pelaku baru (PT Anna). Dengan hitungan, ongkos bisa lebih efisien dan layanan lebih baik. Ketegangan persaingan bisnis antara pelaku lama dan baru itu menjadi bom waktu pemicu utama kisruh katering.Kesalahan pihak Indonesia pada saat itu adalah tidak cekatan menyiapkan langkah cadangan yang memadai. Padahal, gejala bakal muncul tragedi sudah terendus jauh-jauh hari. Dalam pidatonya, Maftuh mengaku salah. Musim haji 2007 berlangsung lebih baik. Sisa masalah katering Arafah-Mina telah diatasi. Muncul sanjungan, itulah penyelenggaraan haji terbaik sepanjang dua dekade terakhir.Jatuh bangun upaya Maftuh membenahi manajemen haji, menurut Yunan Yusuf, ''Menjadi pelajaran penting dan menambah khazanah keilmuan bidang manajemen dakwah, yang salah satu konsentrasinya manajemen haji.'' Apalagi, ilmu manajemen dakwah selama ini belum banyak menemukan terobosan.Gelar doktor bukan pertanda bahwa garapan Maftuh usai. Pada 2008 ini muncul tantangan baru. Seiring dengan proyek renovasi besar-besaran di sekitar Masjidil Haram, sebagian besar jamaah kebagian pemondokan yang makin jauh. Bila transportasi dari pondokan ke Masjidil Haram dikelola secara serampangan, emosi jamaah bisa meledak.
Seorang doktor muda yang baru diwisuda di UIN Jakarta membisiki Gatra setengah berkelakar. ''Kalau kami diuji dulu, baru dapat gelar doktor,'' katanya. ''Pak Maftuh, diberi gelar dulu, habis ini mengerjakan ujian susulan.'' Ujian itu memastikan bahwa musim haji tahun ini lancar seperti tahun lalu.Asrori S. Karni[Nasional, Gatra Nomor 4 Beredar Kamis, 4 Desember 2008]

http://gatra.com/artikel.php?id=121005
Share this article :

0 komentar: