BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » HENDRAWAN SUPRATIKNO : In Harmonia Progresio

HENDRAWAN SUPRATIKNO : In Harmonia Progresio

Written By gusdurian on Rabu, 31 Desember 2008 | 13.20

In Harmonia ProgresioWednesday, 31 December 2008ZAMAN akan terus berubah.Yang penting kita harus selalu mampumenyesuaikan diri karena yang akan bertahan bukan mereka yang palingkuat, melainkan mereka yang paling lentur terhadap perubahan.Majulah bersama semangat zamanmu, in harmonia progresio. Semangattersebut terbaca sebagai kredo Institut Teknologi Bandung (ITB), salahsatu kampus terbaik di Indonesia. Prinsip serupa juga dicatat sebagaisalah satu ciri dari perusahaan yang mampu berkembang selama berabad-abad (Arie de Geus,The Living Company, 1997).Para peneliti kebangkitan dan kebangkrutan negara bangsa (nationstate) juga menyimpulkan hal sama, negara bangsa yang tangguh adalahyang mampu melakukan “adaptasi ke luar, integrasi ke dalam”. Perubahanmerupakan bagian tak terpisah dalam dinamika kehidupan. Kita takpernah mengira, Polaroid, perusahaan yang berpuluhpuluh tahunmenguasai pasar fotografi cepat proses (instant photography), ternyatabisa gulung tikar tak mampu bertahan menghadapi perkembangan teknologidigital.Kita melihat bagaimana bisnis kantor pos di seluruh dunia sangatterpukul oleh perkembangan teknologi seperti layanan pesan singkat(short message service) dan transfer uang melalui ATM (automaticteller machine). Siapa yang menduga Lehman Brothers, salah satuperusahaan yang sering dijadikan contoh perusahaan keuanganlegendaris, tibatiba terempas krisis dan bangkrut?Pada sisi lain, kita terkagumkagum bagaimana Sergei Brin dan LarryPage mampu melahirkan perusahaan Google, mesin pencari informasi yangmendapat predikat “mahatahu”. Kita terpana menyaksikan pesawat ruangangkasa Amerika Serikat yang terus melakukan penelitian canggih.Teknologi kedokteran juga terus melahirkan temuan-temuan baru yangmengejutkan.Begitu dahsyatnya perubahan teknologi sampaisampai DanielBoorstin menyebut kita hidup dalam “Republik Teknologi”.
Ekonomi dunia juga terus berubah.Semua pihak telah meramalkan, krisisekonomi terberat akan terjadi tahun 2009.Ancaman kenaikan angkakemiskinan dan pengangguran semakin serius. Para ekonom meramalkan,indeks kesengsaraan (misery index), perpaduan antara komponenpengangguran (tidak memiliki pekerjaan produktif) dan komponen inflasi(penggerogotan daya beli), akan semakin tinggi.Singkatnya, sejauh yangmasih bisa diduga, kondisi masa depan akan semakin sulit.Dalam setiap transisi antartahun, pakar manajemen selalu memberi saran“berpikir kreatif, bertindak inovatif” (thinking outside the box,doing inside the box).Kita disarankan untuk melakukan hal-hal biasadengan kualitas luar biasa (doing ordinary things extraordinarilywell). Pernyataan Shiv Kera (2002) biasanya sering dikutip bahwa bedaantara pemenang dan pecundang sederhana saja,“winners do not dodifferent things, but do things differently”.Kita harus jujur dan melakukan refleksi tanpa kompromi, atau sepertiyang dikatakan orang Jepang, melakukan “hansei”. Selama kita masihmemelihara ruang untuk berbohong atau menutupi kelemahan sendiri,kitatak pernah mampu menemukan terobosan atau jalan baru.Ketidakjujuranterhadap masa lalu akan terus mengempaskan kita untuk menjadi bagiandari masalah. Bukan bagian dari pemecahan masalah atau solusi. Salahsatu masalah terbesar kita sebagai bangsa adalah masih kuatnyapsikologi ketakutan untuk berpikir bebas.Kita takut berpikir bebas karena banyak alasan seperti ketakutankehilangan jabatan, pendapatan, pengikut,dan sebagainya. Kita takutbila pandangan kita berbeda dengan dogma agama atau kepentingan elitepenguasa. Kita takut bila pikiran bebas kita akan mendatangkan ancamanfisik terhadap keselamatan kita.Psikologi ketakutan ini memaksa kita untuk bergerak pada orbitkeseimbangan rendah (low equilibrium orbit) yang cenderung mengekalkan
status-quo dan involutif. Kebangkitan Eropa terjadi setelah berabad-abad sebelumnya orang meyakini prinsip berani berpikir (sapereaude).Copernicus dan Galileo mampu melahirkan paradigma baru (paradigmshift) karena berani dan berhasil mengatasi psikologi ketakutantersebut meski biaya yang harus dibayar luar biasa besar.Di Indonesia, kita membutuhkan tokoh-tokoh besar lain seperti BungKarno,Tan Malaka, Gus Dur atau Nurcholis Madjid. Perubahan selalumerupakan pedang bermata dua. Krisis selalu berdampingan dengankesempatan. Sikap terbaik menghadapi krisis adalah melihat sisipositifnya. Krisis merangsang kita untuk memikirkan hal-hal yangsemula tak terpikirkan.Krisis membuat kita berpikir kritis, keluar dari medan kompromistisyang steril. Pada pergantian tahun, tepat rasanya kita mengutipwejangan Spencer Johnson, penulis buku laris Who Moved My Cheese(2001): “Jauh lebih aman terus pergi mencari cheese (cita-cita,harapan) di labirin (lorong sempit) dibandingkan bertahan dalamkeadaan tanpa cheese.”Selamat mengarungi tahun baru dengan semangatdan pemikiran baru!(*)PROF HENDRAWAN SUPRATIKNO PH.D*Guru Besar FE UKSW, Salatigahttp://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/200580/38/
Share this article :

0 komentar: