PURBAYA YUDHI:
Ketidakpastian perekonomian dunia telah membuat bursa saham dunia bergejolak.Bursa saham kita pun turut terkoreksi tajam.
Apakah terpuruknya bursa saham memang menunjukkan perekonomian kita juga akan terpuruk seperti Eropa atau akan melambat dengan signifikan seperti perekonomian AS? Bagaimana peluang IHSG untuk naik lagi ke level yang lebih tinggi dari saat ini?
Ekonomi Dunia Melambat
Krisis utang di Eropa tampaknya sudah memasuki babak baru. Saat ini kekhawatiran terhadap gagal bayar (default) utang Yunani semakin nyata. Krisis utang bahkan sudah merebak ke negara-negara lain di Eropa. Surat utang Portugal, Italia, Spanyol juga sudah mengalami tekanan yang cukup signifikan, dan Eropa dipandang belum memiliki cara untuk mengendalikan krisis utang di sana. Lebih parah lagi, perekonomian di sana sudah mulai melambat.
Berdasarkan Indikator Perekonomian Dininya, perekonomian Eropa hampir pasti akan memasuki resesi dalam beberapa bulan mendatang. Sementara di AS juga perekonomiannya sedang menghadapi masalah yang cukup serius.Pertumbuhan ekonomi ASmasihrendahdancenderung melambat.Angka pengangguran di sana masih di atas 9%,dan tampak sulit untuk turun. Rasio utang AS terhadap PDB berada di kisaran 100%. Barubaru ini bank sentral AS,The Fed,menyatakan prospek perekonomian AS terancam.
Sementara pasar menilai The Fed tampak sudah kehabisan amunisi untuk memperbaiki ekonomi AS. Perkembangan ekonomi yang kurang menggembirakan tersebut telah memicu IMF untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2011 dari semula 4,5% menjadi 4,0%. IMF juga memperkirakan perekonomian dunia hanya akan tumbuh 4,0% pada 2012. Perkembangan ini tentu saja membuat investor menjadi khawatir dan mengurangi investasinya di saham.Akibatnya, bursa saham dunia pun mengalami koreksi yang dalam.
IHSG pun turut terkoreksi tajam.Pada 22 September lalu IHSG bahkan terkoreksi sebesar 8,9%. Ini adalah koreksi harian yang terdalam yang pernah terjadi selama ini. Walaupun sempat rebound pada Senin 26 September lalu, IHSG kembali mengalami koreksi sebesar 3,2%. Nilai tukar rupiah juga turut terkoreksi.Dalam waktu yang tidak terlalu lama, rupiah terkoreksi dari kisaran Rp8.500 per USD menjadi sekitar Rp9.100 per USD. Padahal sebelumnya banyak analis memperkirakan rupiah akan terus menguat, bahkan hingga di bawah Rp8.000 per USD.
Fundamen Ekonomi Kuat
Hal yang harus disadari adalah saat ini keadaan ekonomi kita tidak selemah pada 1997, dan lebih kuat dari keadaan pada 2008/2009. Kondisi ekonomi yang kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang cenderung semakin cepat.Pada semester pertama 2011, perekonomian Indonesia tumbuh 6,5% dan untuk 2011 diperkirakan akan tumbuh 6,4%. Ini adalah laju pertumbuhan tercepat setelah krisis 97/98.
Sementara itu, daya beli masyarakat kita pun cukup baik.Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Danareksa Research Institute berada di sekitar level tertinggi dalam 24 bulan terakhir.Artinya,masyarakat kita masih akan berbelanja dan mendukung pertumbuhan ekonomi kita.Ingat, sekitar 55-60% dari ekonomi kita disumbang oleh belanja rumah tangga. Keadaan ini amat berbeda dengan di Eropa maupun di AS,di mana IKK-nya berada pada level yang amat rendah. Sementara itu, tekanan inflasi di dalam negeri juga sudah semakin terkendali.
Pada Agustus 2011 laju inflasi tahunan sudah turun ke 4,79%, dan inflasi diperkirakan akan bertahan di bawah 5% hingga akhir tahun.Artinya, daya beli masyarakat kita akan tetap terpelihara. Inflasi yang rendah juga memberi ruang kepada Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada level yang rendah. Suku bunga yang rendah memberikan ruang kepada perekonomian kita untuk tumbuh lebih cepat. Indikator pendeteksian dini yang dimiliki Danareksa Research Institute juga menunjukkan perekonomian kita masih terus berekspansi.
Bahkan belum terlihat indikasi perlambatan hingga pertengahan tahun depan.Dengan kata lain, terdapat peluang yang amat besar perekonomian kita masih akan terus tumbuh dengan cukup baik hingga 2012. Memang, kalau ekonomi global memasuki masa resesi, kita pasti terkena dampak negatifnya. Akan tetapi,rasio ekspor terhadap PDB kita pada 2011 ini sudah turun menjadi sekitar 26,4%,dari sekitar 29% pada 2008. Artinya, ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap perekonomian global lebih kecil dari sebelumnya.
Dengan keadaan yang demikian, dampak dari resesi perekonomian global terhadap kita akan lebih kecil dibandingkan dengan pada 2009. Indonesia berpeluang untuk tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan pada 2009, di mana perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 4,6%. Sebagai catatan, IMF juga menurunkan prediksi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 menjadi 6,3%. Di tengah perlambatan ekonomi global yang masif,angka pertumbuhan tersebut tidaklah terlalu buruk.
Dengan latar belakang yang demikian,koreksi yang terjadi di bursa saham kita beberapa hari yang lalu rasanya terlalu dalam dibandingkan dengan keadaan fundamental perekonomian yang kita miliki. Biasanya pergerakan bursa saham suatu negara merefleksikan kondisi ekonomi negara tersebut. Bursa saham yang terlalu rendah dibandingkan dengan keadaan fundamental perekonomiannya akan segera menguat.Reboundyang terjadi pada perdagangan hari Selasa adalah hal yang wajar.
Ke depan,peluang bagi IHSG naik secara signifikan ke level yang jauh lebih tinggi lagi, terbuka amat lebar.●
PURBAYA YUDHI SADEWA
Chief Economist Danareksa Research Institute
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/431242/
Menakar Kekuatan Ekonomi Indonesia
Written By gusdurian on Rabu, 28 September 2011 | 18.18
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar