G EMPA bumi 8,9 pada skala Richter (SR) pada kedalaman 24,4 kilometer di sebelah timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia. Lokasi gempa merupakan daerah subduksi, pertemuan antara lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara. Lempeng Pasifik menekan lempeng Pasifik berada di bawah dari lempeng Amerika Utara yang bergerak rata-rata 9 cm per tahun. Gempa terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, yang berarti banyak energi yang dirilis pada dasar laut. Secara keseluruhan Jepang terletak pada empat lempeng aktif, yaitu lempeng Pasifik, Amerika Utara, Eurasia, dan Filipina.
Sejarah mencatat gempa bumi terbesar adalah 9,5 SR di Cile pada 1960. Berturut-turut Alaska 9,2 SR (1964), Aceh 9,1 SR (2004), Kamchaka 9 SR (1952), Peru 9 SR (1866), Kaskadia 9 SR (1970), dan Jepang 9,0 SR (2011). Bagi Jepang, gempa bumi kemarin merupakan terbesar sepanjang sejarah. Tercatat gempa di Jepang terjadi di Sanriku 8,5 SR (1896) dan 8,4 SR (1933), serta Hokkaido 8,3 SR (2003).
Sepanjang sejarah pencatatan gempa secara intensif, gempa tersebut merupakan yang paling kuat. Gempa dengan kekuatan yang hampir setara terakhir terjadi lebih dari 1.000 tahun lalu, yakni gempa pada tahun 869, yang diperkirakan berkekuatan 8,4 pada skala Richter.
Catatan gempa bumi lain antara lain pada tahun 1923, ketika gempa berkekuatan 7,9 SR menghancurkan Tokyo dan Yokohama dan membunuh seki tar 142.800 orang. Gempa bumi Kobe pada 1995 berkekuatan 6,9 SR dan menyebabkan lebih dari 5.000 kematian dan melukai 36.000 lainnya.
Gempa yang diberi nama resmi gempa Tohoku-Chiho Taiheiyo-Oki terjadi akibat pergerakan di beberapa area sekitar sumber energi gempa (focal point) secara bersama-sama. Gempa tersebut terjadi di zona subduksi atau pertemuan lempeng akibat dipicu pergerakan lempeng Pasifik yang mendesak lempeng Amerika Utara. Lempeng Pasifik yang tak kuat menahan desakan tersebut akhirnya roboh.
Sepanjang 500 km dan selebar 100 km jatuh hingga setinggi 8 meter. Gempa Cile yang terjadi pada 1960 dan gempa Sumatra yang terjadi pada 26 Desember 2004 juga disebabkan mekanisme serupa.
Para ahli sendiri sebenarnya telah memperkirakan gempa dahsyat akan terjadi di wilayah sekitar zona tersebut, tapi hanya berkekuatan 7,5-8 SR. Namun, gempa yang terjadi Jumat kemarin ternyata lebih besar dengan energi seismik 90 kali lebih besar dari perkiraan. Energi seismik yang dilepaskan dalam gempa tersebut 180 kali lebih besar daripada gempa besar Hanshim yang menghancurkan Kobe pada 1995 dan menimbulkan korban jiwa 6.000 orang.
Gempa bumi kemarin memicu tsunami dengan ketinggian mencapai 10 meter.
Peta getaran gempa yang dikeluarkan US Geological Survey (USGS) menunjukkan bahwa dataran pantai timur Jepang terkena gempa hingga skala VII-VIII MMI (modified mercalli intensity), yaitu sangat kuat hingga parah. Skala MMI berkaitan dengan akselerasi tanah yang terjadi akibat gempa. Dampak yang ditimbulkan sangat dahsyat. Ribuan orang diperkirakan meninggal dunia dan hilang. Jumlah penduduk di kota-kota di Jepang yang terpengaruh oleh getaran gempa dengan skala VII-VIII, seperti Tokyo, Chiba, Sendai, Takahagi, Ofunato, Itako, Hasaki, Oarai, dan Tomigawa, mencapai 10,5 juta jiwa.
Setelah terjadi gempa bumi, Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) mengeluarkan peringatan dini tsunami bagi Jepang, Rusia, Kepulauan Markus, dan Marianas Utara.
Selain itu diperingatkan, negara-negara yang akan terkena dampak tsunami adalah Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia, dan Hawai. Wilayah Indonesia yang terkena imbas tsunami yaitu pantai utara Papua, Papua Barat, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara. Diperkirakan, daerah-daerah tersebut akan terkena tsunami sekitar 6 jam setelah tsunami di Jepang.
Pantai Utara Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara diperkirakan terkena tsunami pada pukul 20.35 WIT, sedangkan Sulawesi Utara pada 19.35 wita.
Beberapa kota di Indonesia Timur seperti Berebere, Maluku Utara, akan terkena tsunami pada pukul 19.58 WIT; Manokwari, Papua Barat, pukul 20.18 WIT; Jayapura, Papua, pukul 20.35 WIT; dan Sorong, Papua, pukul 20.35 WIT.
Daerah-daerah yang berdekatan dengan pantai Pasifik akan menerima gelombang tsunami.
Ketinggian tsunami yang menghantam perairan di timur Indonesia diperkirakan di atas 0,5 meter. Sesuai hasil pemodelan ketinggian tsunami yang dirilis NOAA, N di daerah pantai utara Papua P dan Papua Barat diperkirakan tinggi tsunami sekitar 0,3-0,5 meter. Maluku Utara 0,10,3 meter. Sementara di perairan Sulawesi Utara sekitar di atas 0,1 meter.
BNPB setelah menerima peringatan tsunami tersebut, baik dari BMKG maupun dari USGS, NOAA, PTWC, dan lainnya, segera melakukan langkahlangkah antisipasi. Pusdalpop khusus tsunami diaktifkan dan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/ kota maupun TNI/Polri.
Sebanyak 20 kabupaten/ kota yang berbatasan dengan Samudra Pasifik di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara segera diinformasikan agar menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai adanya potensi tsunami. Selanjutnya, pemda, TNI, dan Polri menyampaikan informasi ancaman tsunami melalui jalurjalur komunikasi, seperti radio, televisi lokal, sirene, masjid, dan gereja. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dan menjauhi pantai.
Kemudian masyarakat segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Adanya tenggat sekitar 5 jam dari peringatan dini tsunami hingga perkiraan terjadi tsunami menyebabkan masyarakat dapat melakukan persiapan evakuasi. Di beberapa tempat terjadi kemacetan dan kepanikan meskipun jalur evakuasi tsunami telah dibangun di beberapa tempat.
Kenyataan terjadi kemacetan karena masyarakat berbondongbondong membawa kendaraan sehingga terjadi penumpukan di beberapa tempat.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BMKG dan BPBD, ketinggian tsunami memang terjadi di beberapa tempat. Di Samudra Pasifik, yaitu Saipan (Guam), ketinggian tsunami terdeteksi oleh buoy 0,8 meter pada 18.17 wita. Di Kepulauan Yap, di Pasifik, 0,2 meter pukul 19.18 Wita. Di Bitung, Sulawesi Utara 0,1 meter pada pukul 19.50 Wita, dan Halmahera Utara 0,1 meter pada pukul 20.05 Wita.
Di Kampung Youtefa, Kota Jayapura, Papua, dilaporkan 13 rumah, 1 puskesmas, 1 jembatan, 1 speedboat, dan beberapa perahu rusak akibat tsunami.
Kampung ini berlokasi di satu pulau terpisah di tengah lautan Teluk Youtefa, Kota Jayapura.
Di Kampung Tobati, Kabupaten Jayapura, Papua, 6 rumah rusak ringan, 1 tempat ibadah rusak ringan, dan 1 rumah adat rusak ringan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dampak tsunami di Indonesia tidak besar.
Ketinggian tsunami memang terjadi hingga di Indonesia.
Namun, tidak menimbulkan kerugian dan dampak secara signifikan. Adanya ancaman tsunami tersebut semakin membuktikan bahwa ancaman tsunami di Indonesia sangat tinggi.
Bukan hanya dari tsunami lokal yang berasal dari gempa di Indonesia, tetapi juga berasal dari negara-negara lain di Pasifik. Untuk itulah diperlukan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tsunami. Berbagai cara edukasi masyarakat, melalui geladi, pendidikan, sistem peringatan dini, kebudayaan, perangkat kebijakan, dan sebagainya perlu terus ditingkatkan agar masyarakat makin tangguh dalam menghadapi tsunami.
http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/03/17/ArticleHtmls/17_03_2011_015_003.shtml?Mode=0
Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Written By gusdurian on Kamis, 17 Maret 2011 | 11.04
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar