BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » PKS Bukan Partai Putih

PKS Bukan Partai Putih

Written By gusdurian on Senin, 21 Maret 2011 | 13.31

Kolom Djoko Suud

Djoko Suud Sukahar - detikNews


Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terbelit masalah. Yusuf Supendi yang dipecat balik menggugat. Membuka aib para tokoh yang berkuasa di partai ini. Dan itu implisit memberi pemahaman pada rakyat, ternyata 'Partai Putih' ini juga tidak bersih.

Kilas balik, ketika PKS dideklarasikan, saya bangga dan berharap banyak terhadap partai ini. Jargon sebagai partai bersih memikat konstituen luas. Ini penyebab PKS menang di beberapa tempat. Dia mampu menggaet massa tak memiliki pilihan untuk memilih.

Sosok Hidayat Nur Wahid sebagai presiden partai mendukung langkah PKS. Sikapnya yang santun dan bersih memperkuat atribut partai ini. Partai yang 'tidak banyak' anggota ini tampil sebagai partai besar. Kebesarannya itu terbangun dari watak pengurus. Dan diapresiasi siapa saja yang mendambakan ditegakkannya hukum dan keadilan.

Tatkala PKS menjalankan partai dengan penuh amanat itu saya teringat tentang tokoh Sariman dalam Hikayat Kadiroen. Tokoh yang ibadahnya kuat (Islam) tetapi jadi pemimpin Partai Komunis itu tak mau kompromi dengan KKN. Haram terima uang haram, apalagi menggerogoti uang partai dan uang rakyat.

Dia rela menjadi pengemis ketika terdesak kebutuhan ekonomi rumahtangga. Dia rela melepas jabatan di pemerintahan ketimbang mengingkari perjuangan rakyat. Penulisnya, Semaun, sadar kemiskinan adalah resiko berbakti. Dan bakti itu yang dibayar kesetiaan rakyat.

Gaya politik PKS juga mengingatkan akan kerapian dan kejeniusan Masyumi pasca tahun 1955. Tak banyak bicara tapi berbuat. Perbuatan yang dilakukan dihitung jeli. Dan setiap person yang berbuat dibekali kejujuran, tawaddu', dan cerdas. Itu yang menghipnotis kalangan muda dan disegani partai lain.

Etalase partai ini bukan gembar-gembor. Bukan diplomasi Sophia. Dan bukan pula perdebatan yang membenar-benarkan kesalahan. Etalase partai ini adalah sikap dan perbuatan. Citra itu dibangun dengan sempurna. Sampai-sampai dalam kolom ini saya pernah menulis, jangan calonkan Hidayat Nur Wahid sebagai presiden. Sebab bagi saya, tokoh ini milik umat. Terlalu kecil kalau dia ditampilkan sebagai umaroh.

Tapi setelah Hidayat Nur Wahid lengser, beberapa problem mulai bermunculan. Ada ta'mir masjid yang terusik dengan kader PKS. Ada ulama yang tersentak dengan isi ceramah. Dan perkara itu berulang terjadi yang mengerucut pada statement dua organisasi keagamaan yang menyebut PKS beraliran Wahabi.

Saya masih permisif terhadap penyebutan ini. Bagi saya, apa pun keyakinan dan motif di balik sebuah organisasi sah untuk diperjuangkan. Tapi ketika kader PKS ada yang tersandung korupsi, terindikasi berjudi, dan sekarang YS membukai borok yang tertutupi, maka rasanya telah hilang sudah simpati itu. Saya tak lagi bisa membayangkan prospek partai ini di tahun 2014 nanti. Partai ini sudah tidak eksklusif lagi. Partai ini memberi pembenaran Lord Acton, bahwa berkuasa itu cenderung korup.

Hampir pasti PKS membantah semua itu. Tapi kelesak-kelesik di berbagai daerah yang 'dibangun' para kader yang belum istiqomah telah meluaskan nila setitik itu demi setitik mengotori kebersihannya. Nila itu berubah amuba, mengalami akselerasi karena PKS dikemas sebagai partai putih. Partai yang tak boleh kotor, apalagi dosa.

Yusuf Supendi, lepas nanti yang ditudingkan itu benar atau tidak, tapi ini penguat, bahwa desas-desus yang menyebut PKS bukan lagi sebagai partai bersih adalah benar. Kebenaran itu tersalahkan jika PKS mampu menunjukkan bukti tudingan Yusuf itu tidak benar. Jika itu tidak mampu dilakukan PKS, maka para pejuang kebenaran, para pencari keadilan, harapan rakyat suaranya diperjuangkan, yang selama ini disandarkan pada partai ini ada kemungkinan kabur colong playu.

Pembersihan noda PKS itu tak hanya menangkis tudingan pendiri partai ini saja. Gerak langkah seluruh kader PKS juga harus ditertibkan. Begitu pula 'bisnis' para petingginya yang diasumsikan jauh menyimpang dari 'putihnya' slogan partai yang mulai banyak terkotori itu.

Jangan berpikir rakyat tidak tahu semua itu. Jangan beranggapan rakyat tidak memberi catatan tentang gerak langkah itu. Termasuk manuver-manuver terkini yang telanjang, gampang dibaca arah dan motivasi gerakannya. Sebab jika tidak, maka ini akan menjadi blunder. Partai ini dijauhi pemilihnya, massa mengambang yang selama ini terbanyak memberinya suara.

Inilah sulitnya partai program. Tidak hanya butuh kejeniusan untuk memprogram, tetapi dibutuhkan satunya sikap dan perbuatan.

*) Djoko Suud adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.

(vit/vit)


http://us.detiknews.com/read/2011/03/21/083540/1597095/103/pks-bukan-partai-putih?9911022
Share this article :

0 komentar: