BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Margaret Chan : Kanker dan Kemiskinan di Negara Berkembang

Margaret Chan : Kanker dan Kemiskinan di Negara Berkembang

Written By gusdurian on Minggu, 13 Maret 2011 | 03.24

Kanker harus diakui sebagai bagian dari agenda utama kesehatan global. Para pemimpin dunia harus disadarkan akan skala krisis kanker yang sedang dihadapi negara-negara berkembang. Margaret Chan dan Yukiya Amano *)
Kanker merupakan persoalan kesehatan masyarakat sedunia yang serius—dan terus meningkat. Dari 7,6 juta kematian akibat kanker setiap tahun, 4,8 juta terjadi di negara-negara berkembang. Penyakit yang dulu dianggap banyak terjadi di negara maju ini sekarang lebih banyak menimpa rakyat miskin di bagian dunia lainnya.

Di beberapa negara Afrika, tidak lebih dari 15 persen penderita kanker mampu bertahan selama lima tahun setelah didiagnosis menderita kanker rahim dan kanker payudara, penyakit yang umumnya di negara-negara lain bisa disembuhkan.

Angka ini menunjukkan statistik yang mengejutkan dengan implikasi yang menyangkut penderitaan manusia, sistem (dan anggaran) layanan kesehatan masyarakat, serta upaya internasional untuk mengentaskan angka kemiskinan. Maka, ia harus menjadi cambuk bagi kita semua untuk mengambil tindakan.

Meningkatnya dampak kanker terhadap rakyat miskin ini mencerminkan banyak faktor, termasuk pertumbuhan demografis, penyebaran gaya hidup yang tidak sehat (termasuk merokok), dan kurangnya kontrol terhadap infeksi-infeksi yang berkaitan dengan kanker. Walaupun kanker umumnya berkembang dengan lambat, perubahan gaya hidup telah berkembang dengan cepat dan menjangkau jauh. Kecenderungan ini tidak mudah dihentikan.

Jika tidak diambil tindakan, jumlah kematian akibat kanker di negara-negara berkembang diramalkan bakal mencapai 5,9 juta orang pada 2015 dan 9,1 juta pada 2030. Sementara kematian karena kanker di negaranegara kaya meningkat tidak begitu dramatis, namun ia diramalkan meningkat tajam sebesar 40 persen pada 20 tahun ke depan.

Di semua negara berkembang, kebanyakan sistem layanan kesehatan dirancang untuk mengatasi kasus-kasus penyakit menular. Sebagian besar di antara negara berkembang ini kekurangan dana, perlengkapan, dan tenaga terlatih yang dibutuhkan untuk memberi layanan dasar bagi para penderita kanker. Tiga puluh negara—separuhnya di Afrika—tidak satu pun yang memiliki peralatan radioterapi.

Dan negara-negara itu pasti juga tidak punya sumber daya keuangan, fasilitas, perlengkapan, teknologi, infrastruktur, tenaga, atau program pelatihan untuk menangani perawatan kanker jangka panjang.

Negara-negara itu juga praktis tidak punya kemampuan pencegahan, pendidikan masyarakat, atau diagnosis awal dan perawatan, baik itu berupa deteksi awal, perawatan primer, bedah, radioterapi, maupun kemoterapi. Di banyak bagian Afrika, layanan dan perawatan semacam itu biasanya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang kaya dan mampu mendapatkan perawatan spesialis di luar negeri.

Beban untuk perawatan penyakit semacam kanker jelas luar biasa. Negara dan keluarga yang bersangkutan juga membayar ongkos ekonomi yang mahal, sementara jutaan orang yang dengan kata lain bisa memberikan sumbangan yang produktif kepada keluarga dan masyarakat selama beberapa dekade ke depan tidak terselamatkan.

Sudah tentu tragedi sebenarnya adalah bahwa banyak di antara penderita kanker ini sebenarnya bisa diselamatkan. Kita tahu bahwa sekitar sepertiga dari kanker yang menyebar di dunia ini bisa dicegah.

Angka ini bisa ditingkatkan lagi jika lebih banyak tekanan diberikan pada identifikasi faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup yang meningkatkan risiko terjangkit kanker. Di samping itu, diagnosis tidak lagi harus berarti kematian bagi penderita kanker, karena sepertiga dari kanker bisa disembuhkan bila dideteksi lebih awal dan
dirawat dengan baik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) bekerja sama erat untuk mengendalikan kanker di negara-negara berkembang.
Upaya yang dilakukan IAEA termasuk membangun kemampuan negara-negara berkembang menyediakan pengobatan dengan teknologi radiasi. Tapi teknologi tidak berarti apa-apa tanpa tenaga yang terlatih baik dan termotivasi untuk menggunakannya. Itulah sebabnya kedua organisasi ini telah mengembangkan jaringan pendidikan dan pelatihan serta kemitraan yang inovatif antara pemerintah dan swasta. Dengan pendekatan semacam ini, penting pula memperkuat sistem layanan kesehatan dan layanan primer guna meningkatkan deteksi awal, diagnosis tepat waktu, dan layanan yang meringankan penderitaan.

Langkah-langkah pencegahan, seperti inisiatif kesehatan masyarakat unjuk mengurangi jumlah perokok, bisa sangat efektif.Vaksin melawan hepatitis B dan virus papilloma manusia, jika disediakan dengan harga yang terjangkau, bisa memberikan sumbangan yang signifikan bagi upaya pencegahan kanker hati dan kanker rahim. Di Badan Internasional Penelitian Kanker, suatu badan khusus yang menangani kanker di WHO, penelitian lanjutan mengenai penyebab kanker sudah dilakukan, yang bakal memberi basis bukti yang diperlukan untuk meringankan lagi beban kanker di seluruh dunia. Kita sudah menyaksikan hasilnya di beberapa negara, tapi upaya yang kita lakukan ini tidak lebih daripada setitik air di sebuah lautan kebutuhan yang besar. Untuk merespons meningkatnya epidemi kanker, kita perlu melakukan aksi global bersama seperti mobilisasi yang kita lakukan terhadap HIV/AIDS.

Kanker harus diakui sebagai bagian dari agenda utama kesehatan global. Para pemimpin dunia harus disadarkan akan skala krisis kanker yang sedang dihadapi negara-negara berkembang. Kita memerlukan tindakan sistematis pada tingkat tinggi untuk mengakhiri kesenjangan yang ada antara negara kaya dan negara miskin dalam penanganan kanker ini dan, dengan demikian, membantu menyelamatkan jutaan nyawa. Tujuan yang hendak dicapai harus berupa peningkatan kontrol terhadap kanker yang efektif dan terpadu ke dalam sistem layanan kesehatan nasional di negara-negara berkembang.

Konferensi Tingkat Tinggi Mengenai Penyakit Menular, yang akan diselenggarakan Sidang Umum Perserikatan BangsaBangsa pada September nanti, memberi peluang bagi kita memusatkan perhatian dunia pada penyebaran kanker di negaranegara berkembang. Marilah kita jadikan pengendalian kanker salah satu berita baik pada 2011. *)

MARGARET CHAN, DIREKTUR JENDERAL ORGANISASI KESEHATAN SEDUNIA.

YUKIYA AMANO, DIREKTUR JENDERAL BADAN TENAGA ATOM INTERNASIONAL.

HAK CIPTA: PROJECT SYNDICATE, 2011.

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2011/03/10/ArticleHtmls/10_03_2011_011_013.shtml?Mode=1
Share this article :

0 komentar: