BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Konsumerisme Mulai Jangkiti Perdesaan

Konsumerisme Mulai Jangkiti Perdesaan

Written By gusdurian on Rabu, 02 Maret 2011 | 13.26

Kalangan menengah yaitu para penduduk yang berpendapatan sedikitnya US$2 per hari akan menjadi penggerak konsumsi 2011.
LAJU perekonomian Indonesia, suka atau tidak suka, harus diakui masih digerakkan oleh sektor konsumsi. Belanja konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga, terus naik, bahkan dengan angka yang melebihi inflasi dan tingkat kenaikan harga produk.

Hebatnya lagi, lonjakan konsumerisme ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tapi juga sudah menjangkau wilayah perdesaan.
Data survei Nielsen menunjukkan belanja konsumen di perkotaan pada 2010 naik 19,3% dan di perdesaan tumbuh 18,6% dari belanja 2009.

"Tren ini masih akan berlanjut di 2011 ini. Dua bulan pertama tahun 2011 menunjukkan tingkat pertumbuhan serupa," kata Direktur Consumer Panel Services Nielsen, Soon Lee Lim, di Jakarta, kemarin.

Keyakinan yang sama juga diutarakan pakar pemasaran Yuswohady. Menurutnya, pendapatan per kapita Indonesia yang telah mencapai US$3.000 per tahun pada akhir 2010 akan semakin mendorong peningkatan belanja konsumsi tahun ini.

"Saya istilahkan sebagai Consumer 3000. Itu angka keramat karena belum banyak negara yang pendapatan per kapitanya US$3,000 (per tahun). Saya ya kin konsumsi akan naik pada 2011," papar dia.

Selain itu, sikap para konsumen yang lebih konsumtif mau tidak mau akan berperan menaikkan konsumsi. Yuswohady memaparkan, saat ini ada pergeseran sikap para konsumen atau yang dia istilahkan dengan new wave of demand (gelombang baru permintaan).
Intinya, semakin banyak permintaan, harga semakin turun.

"Dulu harga ponsel mahal, sekarang murah. Dulu tiket pesawat mahal, sekarang semakin banyak yang naik pesawat.
Dulu BMW dan Mercedes-Benz dianggap sebagai mobil mewah, sekarang banyak yang pakai."

Perusahaan-perusahaan juga semakin pintar menarik para konsumen. Akibatnya terjadi demokratisasi konsumsi, sesuatu yang dulu mewah kini bisa dikonsumsi lebih banyak konsumen.

Apalagi, selain daya belinya yang memang meningkat, sekarang ini konsumen juga lebih terinformasi dan lebih paham teknologi. "Dengan teknologi mereka terkoneksi satu sama lain. Bahkan sebelum membeli, mereka bisa bertanya dulu via situs-situs jejaring sosial."

Kalangan menengah Di sisi lain, dengan mengutip hasil surveinya, Soon Lee Lim mengatakan frekuensi belanja konsumen sejak 2007 justru menurun. Di perkotaan turun 9% dan di perdesaan anjlok 5%.

Tetapi, kata dia, itu dikompensasi dengan jumlah pembelanjaan per kunjungan yang naik. Di perkotaan melonjak 46% menjadi Rp15.800 dari Rp10.800 pada 2007 dan di perdesaan naik 41% menjadi Rp8.900 dari Rp6.300.

"Artinya, pertumbuhan be lanja didorong oleh kenaikan harga produk. Selain itu, ada pertumbuhan organik yakni volume belanja juga bertambah.
Ini didukung kemampuan pendapatan konsumen," jelas Lim.

Dalam hal ini, menurut Yuswohady, konsumen kalangan menengah yaitu para penduduk yang berpendapatan sedikitnya US$2 per hari akan menjadi lokomotif peningkatan konsumsi pada 2011. Seperti di China, kaum menengah ini diyakini akan menjadi penggerak belanja konsumsi di Indonesia.

Data 2009 lalu menunjukkan, dari 229,9 juta penduduk Indonesia, 93,7 juta di antaranya me rupakan kalangan menengah. Ini, menurut Yuswohady, merupakan kekuatan yang cukup besar untuk menggerakkan ekonomi. (*/E-2)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/03/02/ArticleHtmls/02_03_2011_018_003.shtml?Mode=0
Share this article :

0 komentar: