Jenderal (Purn) AM Hendropriyono:
Soal Berita The Age & Sydney Morning Herald
RMOL. Berita di koran Australia, The Age dan harian Sydney Morning Herald, bikin geger Istana, kemarin. Karena kedua koran di Negeri Kanguru tersebut benar-benar telah memojokkan orang-orang Istana Republik Indonesia. The Age dengan terang membuat headline di halaman muka dengan judul ‘Yudhoyono Abused Power’, lalau Sydney Morning Herald menampilkan judul “Bambang Thank You Ma’am’.
Berita-berita di kedua koran tersebut dirilis dari bocoran Wikileaks soal kawat diplomatik Kedubes Amerika Serikat di Jakarta. Isinya memang menohok Istana. Di koran itu disebutkan, antara lain, SBY telah mengintervensi dan mempengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi tokoh politik yang melakukan korupsi, SBY menggunakan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memantau saingan politiknya, lalu ada juga yang menyebut dominasi Ibu Ani Yudhoyono, dan kedekatan Ibu Ani dengan pengusaha Tommy Winata.
Adakah motif tersembunyi di balik pemberitaan ‘sampah’ itu? Apakah ada operasi intelijen yang bermain di balik keluarnya berita tersebut? Bekas Kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono tak yakin ada setting intelijen di balik pemberitaan tersebut. Bahkan, Hendro menyarankan, agar semua pihak di Tanah Air tak kalang kabut merespons info-info tersebut.
Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah? Berikut kutipan wawancara Rakyat Merdeka dengan Hendro di Jakarta, kemarin.
Apa tanggapan Anda terkait berita The Age dan Sydney Morning Herald yang dinilai telah memojokkan SBY, Ibu Ani dan koleganya?
Yang dimuat The Age itu bukan strategi intelijen, itu info yang belum terkonfirmasi kebenarannya.
Apa ada agenda lain dari kedua koran itu, misalnya untuk menghancurkan citra pemerintah Indonesia di mata internasional?
Harus diakui, sekarang ini popularitas pemerintah berada dalam posisi menurun seperti telah dilansir berbagai lembaga survei Tanah Air, maka dalam kondisi seperti ini, gosip dan info yang tak terkonfirmasi kebenarannya seperti yang dimuat The Age, akan mempengaruhi situasi.
Bagaimana strategi menghadapinya?
Yang paling penting, berpegang kepada kebenaran. Tidak perlu pemerintah yang tanggapi info yang nggak terkonfirmasi kebenarannya, karena saat ini sedang ada krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Sehingga dikhawatirkan bisa jadi kontraproduktif, apalagi saat ini semua respons yang disampaikan pemerintah tak terkoordinir dengan baik. Masing-masing pejabat memberikan respons yang berbeda-beda.
Kebenaran apa yang Anda maksud?
Tunjukkan kebenaran yang telah dicapai pemerintah. Biar mereka malu dan menjadi kerdil.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Menurut saya, harus media nasional yang memberikan berita sebenarnya, sehingga info yang tak terkonfirmasi kebenaran itu, bisa dikerdilkan.
Bagaimana dengan langkah menyampaikan hak jawab?
Kita memang punya hak jawab, tapi mukul balik dengan cara ini nggak akan maksimal.
Terus bagaimana langkah mengcounter info tersebut?
Disinilah peran intelijen bermain. Lakukan penggalangan dengan pendekatan yang cerdas, smart, dengan cara menggalang media nasional untuk menampilkan berita dan keterangan yang sebenarnya. Nggak perlu dicounter, karena mereka juga sudah yakin info-info tersebut pasti dibantah. Cari materi lain yang lebih baik dan bisa mengkerdilkan mereka. Bikin kita yang populer mereka yang kerdil. Jangan sebaliknya, kita dikerdilkan mereka. Cara ini yang mestinya juga dilakukan CIA dalam menghadapi pendiri Wikileaks, Julian Assange.
Maksud Anda?
Menurut saya ketika Julian Assange pertama kali melansir semua bocoran kawat diplomatik di internet, pemerintah Amerika dan sekutunya tak perlu sibuk-sibuk menangkap dan memenjarakan Julian Assange. Dia itu bocah, tak perlu diurusi pemerintah. Mestinya CIA cukup membuat situs-situs baru yang menyampaikan kebenaran sesungguhnya. Pasti, orang akan berpikir ulang untuk menampilkan info-info dari situs Wikileaks.
Sejauh ini, menyikapi berita The Age, pemerintah telah memanggil Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia dan melayangkan nota protes, menurut Anda apa langkah ini produktif?
Untuk apa panggil Kedubes? Emang dulu zaman Orde Baru bisa tekan-tekan pers. Jangan sampai terkesan yang muncul David melawan Goliath. The Age itu kan koran kecil yang hanya ada di Melbourne.
Anda yakin tidak ada rekayasa lain dari pemberitaan tersebut?
Kecil kemungkinan ada rekayasa, justru besar kemungkinan hal ini dijadikan pemanfaatan untuk upaya gonjang-ganjing. Hal ini terjadi apabila gosip dan info yang tak terkonfirmasi itu ditanggapi dengan kalang kabut, supaya pemerintah goyah, dan dimanfaatkan lawan-lawan politiknya. [RM]
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=20789
Bukan Bagian Strategi Intelijen jadi Nggak Perlu Kalang Kabut
Written By gusdurian on Sabtu, 12 Maret 2011 | 15.45
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar