BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Mengapa Kita Menjadi Pecandu Rokok

Mengapa Kita Menjadi Pecandu Rokok

Written By gusdurian on Jumat, 21 Januari 2011 | 11.09

Beberapa hari ini dikabarkan bahwa Menkes kita, ibu dr Endang Rahayu
Sedyaningsih MPH Dr PH mengalami kanker paru-paru.Penyakit yang
sebenarnya bukan baru ini sudah lama diketahui dihubungkan dengan
kebiasaan merokok pada individu. Walaupun bukan satu-satunya penyebab
kanker paru-paru, merokok mempunyai kontribusi yang besar terhadap
penyakit ini.Terkadang orang kesulitan jika sudah terjebak dalam
kecanduan rokok. Segala cara sudah dilakukan, namun tetap juga tidak
bisa menghentikan kebiasaan ini. Dalam artikel ini akan dibahas lebih
jauh mengapa orang bisa mencandu rokok.

“Nikmat” Nikotin bagi Perokok Nikotin yang terkandung dalam rokok
adalah zat yang sangat berbahaya karena mempunyai efek
ketergantungan,setara seperti efek ketergantungan alkohol dan
kokain.Hal ini disebabkan di otak, nikotin menempati pusat sistem
“reward” yang sama dengan amfetamin dan kokain, yaitu di ventral
tegmentalsistem dopamin. Nikotin dalam rokok memberikan efek stimulasi
otak seperti memperbaiki perhatian, belajar, waktu reaksi seseorang,
dan kemampuan menyelesaikan masalah. Perokok juga sering mengatakan
bahwa merokok memperbaiki suasana perasaan mereka, mengurangi
tekanan,dan mengurangi perasaan depresif. Beberapa wanita menyukai
rokok di antaranya karena dapat menekan nafsu makan dan mengurangi
berat badan. Hal ini yang membuat ketika seseorang sudah mulai
mengisap rokok, maka kemungkinan besar dia akan sulit lepas dari
ketergantungannya itu.Apalagi bila ditambah dengan lingkungan sosial
yang mendukung perilaku merokok, seperti teman, orang tua yang
merokok, dan iklan rokok yang sangat kuat mendukung perilaku ini.

Bahaya Nikotin bagi Perokok Semua orang yang merokok pasti tahu bahaya
merokok.Dalam setiap kemasan dan iklan rokok,bahaya rokok selalu
dicantumkan. Rokok meningkatkan risiko kanker, terutama kanker paru-
paru pada seseorang.Rokok juga memiliki kontribusi terhadap gangguan
jantung dan pembuluh darah pengisapnya. Rokok meningkatkan terjadinya
angka kesakitan pasien di usia lanjut berhubungan dengan kesehatan
paru-parunya. Bagi wanita hamil, rokok berbahaya bagi janin yang
terkandung di dalam perutnya. Bayi lahir dengan berat badan kurang
merupakan salah satu hal yang sering dikaitkan dengan ibu yang merokok
selama kehamilan. Salah satu yang menarik walau di berbagai kesempatan
iklan rokok selalu menampilkan kejantanan seorang pria, namun rokok
sendiri berperan terhadap menurunnya kejantanan itu. Impotensi
merupakan bahaya merokok yang sering dituliskan, bahkan pada
peringatan pemerintah terhadap bahaya merokok.Kenyataannya masih
banyak laki-laki yang tidak segan- segan merokok sampai beberapa puluh
batang sehari.

Rokok dan Gangguan Kesehatan Jiwa Pasien-pasien gangguan kesehatan
jiwa merupakan salah satu populasi tertinggi berhubungan dengan
ketergantungan pada nikotin. Sekitar 50% pasien rawat jalan di klinik
psikiatri diketahui merokok sehari-harinya. Sekitar 90% pasien
skizofrenia juga merokok dan 70% pasien dengan gangguan bipolar juga
merokok dalam kehidupan sehariharinya. Rokok juga erat dengan
penggunaan zat adiktif lainnya. Dikatakan hampir 70% pengguna zat
adiktif (alkohol, amfetamin, kokain dll) juga merokok. Data mengatakan
bahwa pasien dengan gangguan depresi dan gangguan cemas lebih sulit
berhasil untuk berhenti merokok daripada yang tidak.Pasien skizofrenia
banyak yang merokok karena nikotin dalam rokok membantu pasien untuk
mengurangi kepekaan mereka yang terlalu terhadap stimulus dari luar.
Rokok bagi pasien skizofrenia juga meningkatkan konsentrasinya
sehingga membuat mereka sulit lepas dari rokok.

Mari Berhenti Merokok Tidak ada yang menyangkal bahwa berhenti merokok
mempunyai manfaat terhadap peningkatan kesehatan seseorang.Banyak cara
dilakukan untuk berhenti merokok, namun sering kali kegagalan
menghampiri orang yang sedang berusaha berhenti merokok itu. Banyak
pendapat ahli dan jurnal menyatakan bahwa berhenti merokok secara tiba-
tiba sama baiknya dengan berhenti secara perlahan- lahan. Hanya saja,
efek putus zat nikotin di dalam tubuh yang tidak nyaman membuat
perokok lebih memilih cara-cara yang lebih nyaman, seperti dengan
terapi pengganti seperti nicotine patch (koyo nikotin) atau permen
karet nikotin. Konseling dan intervensi sosial sangat diperlukan.
Kondisi lingkungan sosial sering kali memicu orang untuk kembali
merokok.

Untuk itu, perokok perlu membebaskan dirinya dari lingkungan perokok
saat awal-awal berhenti merokok Konseling membantu perokok untuk tetap
bertahan pada kebiasaan sehatnya yang baru. Pada beberapa kasus
pengobatan dengan antidepresan bupropion atau dengan clonidine juga
dapat dilakukan. Penggunaan obat ini biasanya dilakukan bila terapi
tanpa obat dianggap gagal. Obat-obat ini biasanya digunakan untuk
mengurangi gejala putus zat nikotin yang dialami oleh perokok yang
berhenti. Terakhir, pembaca perlu ingat bahwa tidak ada satu pun
keuntungan dari merokok. Untuk itu, mari kita katakan tidak pada rokok
dan lindungi anak serta cucu kita dari bahaya rokok dengan tidak
merokok di tempat umum dan di lingkungan keluarga kita.(*) OLEH :
DR.ANDRI,SPKJ

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/376819/
Share this article :

0 komentar: