BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Teman di Lingkaran Ki Lurah

Teman di Lingkaran Ki Lurah

Written By gusdurian on Senin, 25 Oktober 2010 | 14.22

DUA lapangan golf kini menjadi favorit Presiden -Susilo Bambang
Yudhoyono. Yang pertama Royale Golf Club, padang golf 27 hole di
kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Satu lagi Eme-ralda Golf Club,
yang memiliki 18 hole di Cimanggis, Jawa Barat. Di dua tempat itulah
Presiden sering menghabiskan akhir pekannya.

Ia biasa bermain bersama teman-teman seangkatannya di Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Marsekal Djoko
Suyanto, Marsekal Herman Prayitno, Laksamana Madya Imam Zaki, juga
Jenderal Sutanto paling sering mengayun stick bersama Ki Lurah,
sebutan para alumni 1973 itu buat Yudhoyono. Meski bukan seangkatan,
Menteri Sekret-aris Negara Sudi Silalahi juga acap menemani bosnya di
padang golf.

"Merekalah orang yang cukup dekat dengan SBY," kata sumber
Tempo. Dalam beberapa kesempatan, mereka diajak bicara. Sutanto,
misalnya, dimintai pendapat sebelum Presiden menunjuk Komisaris
Jenderal Timur Pradopo sebagai calon Kepala Kepolisian RI. Padahal
posisi resmi Sutanto adalah Kepala Badan Intelijen Negara.

Di luar "teman seperjuangan" itu, lingkaran di sekitar Yudhoyono
sangat cair. Menurut Yahya Ombara, penulis buku SBY Presiden Flamboyan
yang Saya Kenal, SBY membentuk lingkaran yang seperti medan magnet:
banyak lingkaran dan kelompok tapi tak saling berhubungan. "Itu
membuat SBY mandiri, sementara orang-orang patah tumbuh di
sekitarnya," katanya.

Menurut sumber di Istana, hingga kini tak ada orang yang bisa
mempe-ngaruhi SBY. Dua orang yang bisa melakukannya: Ibu Mertua dan
istrinya, Nyonya Ani Yudhoyono. "'Ibu Suri dan Permaisuri' bisa
mempengaruhi tapi juga tak mutlak," kata sumber itu.

Dalam wawancara dengan Tempo, kakak tertua Ani, Wijiasih
Cahyasasi, mengatakan ibunya sama sekali tak pernah berhubungan dengan
politik. "Kami sekeluarga sepakat melindungi beliau dari politik,"
katanya, Sabtu dua pekan lalu. Adapun Yudhoyono, dalam buku istrinya,
Kepak Sayap Putri Prajurit, menyatakan, "Dalam agenda politik yang
saya jalankan, ada teritori yang hanya menjadi wilayah saya, bukan
wilayah Ibu Negara."

l l l

PADA saat awal Yudhoyono melangkah menuju ke kursi presiden pada
2004, tak banyak orang mendekat. Ta-pi, begitu hitungan cepat
mempredik-si SBY menang, "Lalat-lalat mulai berdatangan- mendekat,"
kata Heroe Syswanto Ns., yang akrab disapa Sys Ns. Sys berada di garda
depan kampanye presiden pada 2004.

Menurut Sys, ada sejumlah nama yang tetap setia hingga kini. Di
antaranya Sudi Silalahi, Siti Hartati Murdaya, Ventje Rumangkang, Budi
Santoso, Ahmad Mubarok, Yon Hotman, T.B. Silalahi, dan Robiq Mukav.
"Hanya Pak Sudi yang tak ke Partai Demokrat," kata Sys. "Yang lainnya
masuk."

Ada pula Kurdi Mustofa dan Setya Purwaka (kepala rumah tangga
istana kepresidenan). Sys, Hartati, dan Mubarok sama-sama menjadi
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat ketika digandeng SBY. "Ketika
partai menang, Bu Ani menitipkan nama Pak Suratto dan Hadi Utomo,"
kata Sys. "Saya kemudian meneruskan ke Pak SBY." Dalam rapat pertama
tim sukses 2003-2004 di Cikeas yang dipimpin SBY dan T.B. Silalahi,
nama Suratto belum -masuk.

Kesetiaan Suratto -Siswodihardjo kini tak pernah hilang. Ia
tetap menyokong Yudhoyono pada Pemilihan Presiden 2009. Dia bergerak
dengan bendera Gerakan Pro SBY. Sejumlah politikus dan para jenderal
purnawira-wan ikut barisannya. Alumni Akabri 1969 yang pensiun dengan
pangkat marsekal muda ini tetangga depan rumah Yudhoyono di Cikeas.
Kini ia menjadi Komisaris PT Angkasa Pura.

Sys mengatakan, dialah yang membentuk Gerakan Pro SBY.
"Belakangan Pak Suratto minta izin saya untuk meneruskan. Saya tak
keberatan," kata Sys. Suratto tak bisa dimintai konfirmasi soal hal
ini. Telepon dan pesan pendek yang dikirim ke telepon selulernya tak
dijawab.

Hartati juga orang lama yang masih bertahan di sekitar Ista-na.
Pandai mencari dan mengelola uang, ia kini menjadi anggota Dewan Pembi-
na- Partai Demokrat, tempat Yudhoyo-no- menjadi ketuanya. "Dialah yang
meng--galang para pengusaha untuk me---nyokong SBY," kata sumber
Tempo.- Wanita kelahiran 1946 ini berada di -urut-an ke-13 daftar
orang terkaya Indo-nesia versi majalah Forbes 2008. Dia bos Central
Cipta Murdaya dan Grup Berca.

Menurut Yahya Ombara, SBY tahu betul kapan memanfaatkan
seseorang dan kapan waktu yang tepat buat meninggalkan orang itu. Ada
tiga kriteria orang agar bisa terus di dekat SBY: punya jiwa
pengabdian, kemampuan, dan pengorbanan. "Pak Sudi contoh yang ber-
tahan," kata Yahya. Figur seperti Hatta Rajasa dan Muhaimin Iskandar
masih dipakai karena pentolan partai. "Jika turun dari posisi pimpinan
partai, ceritanya akan berubah," kata Yahya.

Daniel Sparringa, staf khusus bidang komunikasi politik, melihat
semua langkah Presiden Yudhoyono sebagai bentuk kehati-hatian. "Beliau
tak ingin menyakiti siapa pun. Semua diletakkan secara proporsional,"
kata Daniel.

Hubungan yang unik tampak pada Ventje Rumangkang. Dalam
kepengurusan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat, ia diminta menjadi
anggota Dewan Pembina. Padahal ia sempat keluar dari Partai Demokrat
untuk mendirikan Partai Barisan Nasional pada Pemilu 2009. Ditanya
kedekatan dan pengaruhnya pada Yudhoyono, Ventje hanya tertawa, "Ah,
siapa bilang saya berpengaruh?"

Urusan kedekatan spiritual dibangun melalui kelompok Dzikir
Nurussalam yang diasuh Hatta Rajasa, Sudi Silalahi, Maftuh Basyuni,
dan Brigadir Jenderal Kurdi Mustofa. Tiap malam Jumat, jemaah ini
berkumpul di Masjid Baitul Rahman di kompleks Istana Kepresidenan.
"Masjid yang dibangun pada zaman Presiden Sukarno itu kini diluaskan
dengan biaya Rp 2 miliar," kata salah seorang staf kepresidenan. "Pak
SBY sangat memperhatikan jemaah ini."

Nama yang masuk belakangan, Kuntoro Mangkusubroto, yang kemudian
ditarik menjadi Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4). Akhir-akhir ini pengusaha Peter F.
Gontha kabarnya juga mendekat melalui jalur musik. Sebagai Ketua Kadin
Komite Amerika Serikat, bos PT Java Festival Production itu pun banyak
membantu SBY berurusan dengan Amerika.

Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan,
Presiden Yudhoyono tak bisa dipengaruhi siapa pun. "Kecuali staf
khusus, yang memang beliau percayai." Semua hubungan, kata Julian,
bersifat formal. Presiden hanya mendengarkan masukan staf khusus,
kabinet, Dewan Pertimbangan Presiden, dan UKP4. "Namun keputusan tetap
berpulang pada beliau."

Banyak menghabiskan waktu bersama Presiden, Julian menyatakan
Yudhoyono tak punya waktu menjalin hubungan dengan orang-orang
tertentu. Pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, atau orang
berpengaruh di komunitas tertentu dilakukan hanya untuk kepentingan
negara. Tak ada unsur bisnis atau pribadi. "Saya pastikan tak ada
tokoh informal atau pembisik di dekat beliau," kata Julian.

Dwidjo U. Maksum


http://majalah.tempointeraktif.com//id/arsip/2010/10/25/LU/mbm.20101025.LU134945.id.html
Share this article :

0 komentar: