Makhluk Allah paling mungkin mencapai derajat kemalaikatan ialah orang yang mampu mengendalikan nafsu dan hasratnya bagi kepentingan publik. Ritual paling lama yang melibatkan peran jasad jasmaniah dan rohaniah sekaligus ialah puasa Ramadan.Puasa di bulan saat kitab suci Alquran diwahyukan itu bagai jalan malaikat yang hadir menyertai sepanjang waktu. Mereka yang berpuasa secara benar mestinya menjadi lebih peduli derita fakir-miskin dan yang diperlakukan tidak adil.Para pemimpin, elite negeri ini harus lebih peduli pada upaya penyejahteraan rakyat papa bukan sibuk membangun gedung mewah, citra diri dan kelompoknya (baca: gengnya). Di hari-hari akhir puasa,jutaan orang mengular di jalan-jalan sesak, terseok dalam prosesi mudik Lebaran, mencari jejak malaikat yang bertandang ke bumi memenuhi amar (ajaran) lailatul qadar. Andai orang yang berpuasa menyadari dan menangkap hikmah ibadah itu, tidak ada lagi orang yang mati kelaparan, tewas akibat gagal beli obat,tidak sekolah garagara kemiskinan di negeri sejuta masjid ini.Kata orang bijak,tanda sukses puasa ialah saat tidak ada lagi koruptor yang bebas,tidak ada lagi mafia hukum dan peradilan yang merekayasa hukum, tidak ada lagi kesenjangan hidup yang tajam ketika si miskin bekerja keras dengan nafas hampir putus hanya meraup Rp300.000 tiap bulan, sementara si kaya yang duduk manis berpenghasilan Rp10 juta tiap hari, enggan membayar zakat,suka menilap pajak. Anehnya,ritual puasa selalu disambut meriah, semua orang yang beriman berharap memperoleh lailatul qadar,kembali suci seperti saat awal hadir di alam dunia. Ritual sebulan penuh itu diakhiri salat id dan mudik Lebaran menelusuri kembali asal-muasal diri dan jalan hidup ke kampung setelah lama dilupakan. Orang miskin kadang harus tewas berdesak berebut harta orang berpunya yang membayar zakat dan fitrah, mestinya mereka dimuliakan sebagai tamu Allah. Kehadiran malaikat saat Alquran pertama diwahyukan itu mengandung pelajaran pentingnya sekali waktu manusia bertindak bagai malaikat,seolah tidak butuh harta dan kekuasaan diberikan pada orang lain yang lebih membutuhkan. Sayang belum dikembangkan cara bagi zakat dan fitrah lebih manusiawi yang lebih memuliakan fakir-miskin sembari membebaskan mereka dari derita struktural kemiskinan. Sehari atau sejenak orangorang miskin itu bisa menghirup bau wangi nasi putih yang segar untuk kembali terjerat kemiskinan yang memilukan. Orang miskin memang memperoleh ruang khusus di mata Tuhan, tapi hidup dalam serbakurang dalam belitan derita, bisa membuatnya semakin menyadari kehadiran Tuhan atau sebaliknya, lupa jika Tuhan memang ada, alias kafir.Orang jalanan pun bertanya, ”Jika demikian, siapa yang harus bertanggung jawab sehingga si miskin dan fakir itu menjadi kafir?” Komitmen Diri Puasa adalah ritual menahan segala kehendak dan hasrat yang sejatinya bernilai mubah dan baik seperti makan-minum, menggauli istri atau suami di siang hari.Barang sesuatu yang halal bisa menjadi penyebab batalnya ibadah puasa. Esensi ritual ini ialah pengendalian diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.Selama 12 jam siang hari dilarang sama sekali makan-minum, saat letih malam hari diperintah salat tarawih 11 atau 23 rakaat. Dini hari, di masa orang lelap tidur, harus bangun makan sahur sebelum waktu imsak hingga menunggu subuh tiba guna mengerjakan salat tepat waktu. Dari ritual itu diharapkan lahir produk ideal puasa, yaitu empati kemanusiaan terutama pada mereka yang menderita karena kemiskinan dan ketertindasan. Tidak melakukan sesuatu karena hal itu diharamkan adalah wajar dan biasa, tapi di bulan suci Ramadan orang dilarang makanminum makanan dan minuman yang halal. Orang yang berpuasa dilarang menggauli istri dan suami yang halal baginya. Itu semua adalah terapi diri agar mampu mengelola gejolak seksual, hasrat kuasa, dan syahwat kapitalis. Bagai Bima yang tinggi besar, gagah perkasa,masuk ke tubuh Dewa Ruci yang mungil dalam tapa pencarian air suci memenuhi perintah gurunya,Durna. Hasilnya ialah kemampuan mengelola nafsu hingga bisa menghargai dan memuliakan fakir-miskin, wong cilik dan proletar bagai Dewa Ruci. Setiap tahun dikoreksi dan diuji kembali komitmen kemanusiaan kita melalui puasa. Dalam tradisi Jawa dikenal ritual yang disebut topo brotoatas sembilan aspek ragawi dan jiwa seperti lakon dunia pewayangan Dewa Ruci atau Bima (ya Wrekudara) mencari air suci,hingga hidupnya lebih bermakna. Intinya ialah menyelami diri dan kehidupan agar diperoleh kearifan hidup sehingga praktik hidup seseorang lebih bermanfaat bagi orang lain, bagi orang banyak. Puasa merangkum semua jenis tradisi pertapaan agar yang menjalaninya menemukan hakikat hidup dan kiblat diri, lalu berlaku lebih arif terhadap hidup orang lain dan hidup itu sendiri. Melalui koreksi tahunan mestinya bangsa dengan jumlah muslim terbesar di dunia ini menjadi semakin arif, bijak, cerdas,manusiawi, bukan semakin korup, tidak peduli derita orang lain, akibat sibuk ”ber-onani-diri”. Karena itu penting dilihat dan dikaji kembali niat puasa di sisa akhir ini agar semakin lurus dan benar, bukan sekadar pamer tidak makan-minum dan tidak melampiaskan hubungan seks di siang hari. Koreksi itu lebih penting lagi bagi para pemimpin negeri ini dari presiden, menteri, hingga lurah; pemimpin gerakan Islam hingga kiai kampung karena di tangan merekalah dinamika kehidupan warga bangsa ini dipercayakan. Karena itu perlulah setiap orang menemukan kembali hakikat puasa lebih dari arti harfiah semata. Bersediakah para penguasa dan orang kaya untuk sesaat melepas semua atribut kekayaan dan kekuasaannya agar bisa merasakan derita fakir dan miskin saat berjuang bertaruh nyawa hanya untuk bertahan hidup? Mungkin menarik di akhir puasa ini tiap diri membayangkan ”jika aku menjadi si fakir atau si miskin,””jika aku diperlukan tidak adil dan semena-mena,” ”jika keluargaku gagal bertahan hidup karena tidak mampu menebus obat bernilai puluhan ribu,”dan banyak lagi pengandai-an kefakiran dan penderitaan lain di negeri ini.(*) Abdul Munir Mulkhan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Komnas HAM |
http://www.seputar-indonesia.


0 komentar:
Posting Komentar