BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Menyigi Istana Presiden

Menyigi Istana Presiden

Written By gusdurian on Minggu, 22 Agustus 2010 | 09.42

Asvi Warman Adam, SEJARAWAN LIPI

Foto adalah bukti sejarah. Coba baF yangkan seandainya tidak ada Frans Mendur, yang memotret proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56. Susan Tagg (1988) mengatakan, foto adalah "rekaman mekanis dari realitas" yang menghapus jurang antara peristiwa dan representasi fotografisnya. Lewat jepretannya, Wisnu Nugroho, yang menulis buku Pak Beye dan Istananya, menyibak tirai Istana Kepresidenan.

Foto-foto Wisnu menampilkan penghuni Istana Presiden berikut tetamunya, baik yang menunggang kendaraan mahal maupun angkutan umum. Tidak lupa disajikan benda-benda (seperti koleksi lukisan para maestro) serta fauna (anjing pelacak) dan flora (pohon trembesi yang berusia 140 tahun, dan beringin yang hampir menutup lambang Garuda Pancasila di tembok Istana) yang ada di kediaman resmi Kepala Negara tahun 2004-2009.

Sejarawan Prancis, Lucien Febvre, mengkritik pendekatan Arnold Toynbee yang terkesan menyederhanakan sejarah seorang raja dalam rumusan "lahir-kawinmati". Padahal orang membutuhkan makanan dan pakaian dalam menyambung kehidupan. Sejarah total pada hakikatnya sejarah multidisiplin yang menggarap banyak aspek. Walaupun mungkin tidak dimaksudkan demikian, informasi yang dikumpulkan dan disajikan wartawan Kompas yang menulis di blog sosial ini dapat menjadi bahan untuk penulisan sejarah yang menyeluruh mengenai seorang Presiden Indonesia dan lingkungannya semasa ia berkuasa.

Apakah sarapan pagi dan menu makan siang seorang Presiden dapat dibaca dalam buku ini. Sangat sederhana.Yang tidak sederhana tentu mobil mewah yang sempat diparkir di sekitar Istana. Dari merek Rolls-Royce (dengan pelat mobil bernomor 234) hingga Bentley yang diparkir di bawah tenda biru program "Indonesia Pintar"yang digagas Ibu Ani Yudhoyono.
Mungkin saja pemilik mobil itu ikut menyumbang proyek mencerdaskan bangsa tersebut. Ada Lexus, yang dinaiki oleh Aburizal Bakrie, dan beberapa mobil (di antaranya Audi dan Toyota Alphard) yang sempat digunakan Edhie Baskoro Yudhoyono. Juga pada hari kerja, ada Lexus bernomor B-1-FOX yang dipakai Choel Mal larangeng, CEO Fox Indonesia. Apakah ini berkaitan dengan urusan konsultasi politik bagi Presiden atau partainya? Tetapi, jangan kaget, mikrolet dan metromini pernah memasuki Istana setiap malam Jumat menjelang pemilihan umum mengangkut jemaah majelis zikir.

Bukan hanya mobil luks, ada pula anggota kabinet yang memakai tas mewah Louis Vuitton (berharga puluhan juta rupiah, kalau asli) atau sepatu mahal. Masa selanjutnya, pada tempat penitipan, sepatu ini dibungkus plastik sehingga tidak lagi kelihatan mereknya.

Bukan hanya pengunjung Istana yang ditampilkan, tetapi juga orang-orang yang sehari-hari bertugas di sana. Misalnya Sudi Silalahi, yang konon orang terdekat Presiden setelah Ibu Ani Yudhoyono. Karena sudah serasa keluarga, Pak Sudi juga mencium tangan SBY pada saat Idul Fitri. Salah seorang bawahan Sudi adalah Kolonel Azis Achmadi. Ia pernah diperiksa (saja) oleh polisi dalam hubungan dengan dua surat Sekretariat Kabinet tahun 2005 tentang renovasi gedung KBRI Seoul, Korea Selatan, yang dinilai palsu. Heru Lelono adalah staf khusus yang sempat menghebohkan karena kasus blue energy (mengubah air jadi energi) dan bibit unggul Super Toy HL-2. Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman pernah bercanda tentang proyek energi yang canggih itu, "Orang meminum air, berkat air itu orang bisa mendorong mobil."

Petugas non-eselon di antaranya Ibu Budi, juru masak Istana yang pada rubrik "Penjaga Selera Pak Beye"kebetulan berpose bersama artis idola Desy Ratnasari.
Selain Pak Apiaw, tukang pijat yang sering diundang ke Istana (dan ke Cikeas), tak kalah penting peran Iwan, yang bertanggung jawab membawa podium berlambang Garuda untuk latar SBY berpidato ke seluruh Nusantara. Ia beruntung bisa berkeliling Indonesia, datang lebih awal dan pulang lebih belakangan dari Presiden. Ada kepala daerah di Sulawesi yang mencontoh podium Presiden secara persis warna, bentuk, dan ukurannya, minus burung garuda.

Perubahan yang terjadi di Istana diamati secara jeli oleh Wisnu Nugroho dalam kemasan "Old n New"di Istana. Pertama, mobil Mercedes lama yang tampaknya dibeli pada era Gus Dur (dengan pelat B-1) diganti dengan Mercedes baru (dengan pelat RI-1). Mobil yang lama itu pernah mogok tatkala banjir di Jalan Thamrin. Kedua, sementara kenaikan harga bahan bakar minyak diumumkan oleh orang lain, berita baik tentang penurunan harga BBM disampaikan sendiri oleh Presiden SBY pada Desember 2008. Ketiga, ini hal kecil tetapi penting bagi penampilan: tahi lalat di dahi kanan SBY, yang ada pada 2006, sudah hilang pada 2008.

Keempat, Presiden SBY hanya satu setengah tahun mendiami Istana Merdeka, yang harus direnovasi. Kemudian SBY pindah ke Istana Negara. Kalau tengah malam terdengar seperti orang berpesta di Istana Merdeka, tentulah hanya omong kosong. Kelima, di masa SBY, Museum Istana di lantai dasar gedung Bina Graha yang menyimpan dan memamerkan koleksi lukisan Bung Karno dan presiden lainnya dibongkar. Sepanjang 2008, koleksi museum Istana tersebut dibungkus dan dikirim ke empat istana kepresidenan di luar Jakarta: Bogor, Cipanas,Yogyakarta, Bali. Apakah lukisan karya maestro lukis Indonesia yang sangat tinggi nilai dan mahal harganya itu akan aman dari pencurian?
Apa pun perubahan yang terjadi di Istana Presiden, rakyat akan tetap merayakan hari kemerdekaan Indonesia, bagaimana pun perubahan maknanya.

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/08/19/ArticleHtmls/19_08_2010_011_007.shtml?Mode=1
Share this article :

0 komentar: