BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » "Gerbong" Gemuk Istana untuk Siapa?

"Gerbong" Gemuk Istana untuk Siapa?

Written By gusdurian on Minggu, 22 Agustus 2010 | 09.37

PEMBANTU PRESIDEN



Sejak dilantik pada 20 Oktober 2009 untuk periode kedua, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki ”gerbong” yang bisa dikatakan semakin gemuk.

”Gerbong” pertama adalah Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang dipimpin Kuntoro Mangkusubroto, mantan Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias.

Ia dibantu empat deputi yang menangani pengawasan pembangunan sampai penerapan teknologi. Posisi para deputi itu disetarakan dengan

eselon satu. Empat deputi tersebut dibantu lagi oleh tenaga profesional yang terdiri dari asisten ahli, asisten, asisten muda, dan tenaga terampil. Semuanya berjumlah 80 orang, tetapi hingga saat ini baru terpenuhi 24 orang.

Untuk operasional sehari-hari, UKP4 dipimpin kepala sekretariat yang secara struktural berada di bawah Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Ia dibantu kepala bagian dan kepala subbagian, yang terbagi dalam tiga bagian. Jumlahnya tidak termasuk 38 pegawai yang dipimpin Sekretaris UKP4 Demak Tampubolon.

Kuntoro juga membawahi pengelolaan situation room, yaitu ruang pendukung data kementerian sampai daerah yang bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan Presiden Yudhoyono. Ada 10 operator dari UKP4 dipekerjakan di ruang situasi yang juga dikenal sebagai ”ruang perang” Presiden Yudhoyono.

Pegawai UKP4 kini berjubelan di Gedung Setneg yang berada di sisi Jalan Veteran 3, Jakarta Pusat, atau di sayap timur Kompleks Istana. Selain digunakan staf UKP4, gedung yang pernah dipakai Komisi Pemberantasan Korupsi itu juga digunakan pegawai Setneg Bagian Hubungan Kelembagaan serta tiga staf khusus, yaitu Staf Khusus Presiden Bidang Politik Internasional Dino Patti Djalal (kini Duta Besar RI untuk Amerika Serikat), Staf Khusus Bidang Informasi Heru Lelono, dan Staf Khusus Bidang Komunikasi Sosial Sardan Marbun.

Namun, karena Kuntoro juga merangkap sebagai Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, staf yang membantu Kuntoro merangkap juga mengerjakan tugas Satgas. Mereka inilah yang disebut dengan Tim Asistensi. Jumlah Tim Asistensi 36 orang, yang juga terdiri dari sejumlah tenaga staf dari Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, HAM, dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Denny Indrayana.

Sebagai Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Kuntoro dibantu lima anggota Satgas. Selain dari unsur staf khusus presiden, anggota Satgas adalah Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, advokat senior, perwakilan Kejaksaan Agung, dan Polri. Untungnya, anggota Satgas hanya datang ke kantor UKP4 untuk rapat dan bukan ngantor.

Di bidang ekonomi, ”gerbong” Presiden lainnya adalah Komite Ekonomi Nasional. Dipimpin Chairul Tanjung, Chatib Basri, dan Aviliani, anggota Komite Ekonomi Nasional berjumlah 21 orang.

Wantimpres

”Gerbong” Presiden berikutnya adalah sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang bertugas memberikan masukan dan pertimbangan. Kesembilan anggota Wantimpres itu berkantor di eks gedung Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di sayap timur Kompleks Istana.

Rata-rata anggota Wantimpres membawa dua tenaga staf, yakni sekretaris anggota dan ajudan. Jadi, jumlah total anggota Wantimpres setidaknya 18 orang plus 9 anggota Wantimpres sehingga semuanya berjumlah 27 orang. Itu belum termasuk lebih dari 45 pegawai Setneg yang mendukung administrasi, protokoler, hingga pengamanan, yang dipimpin Sekretaris Wantimpres Garibaldi Sudjatmoko.

Sembilan anggota Wantimpres beserta stafnya kini menempati lantai dua dan tiga eks gedung DPA. Sementara lantai satu hingga kini dibiarkan kosong dan tengah dilakukan pembangunan untuk persiapan kantor baru Wapres Boediono beserta Sekretariat Wapres, yang sudah tiga tahun lalu dirancang untuk berkantor ”satu atap” dengan Presiden Yudhoyono.

”Gerbong” Presiden lainnya adalah staf khusus presiden. Selain Denny Indrayana, tercatat staf khusus lainnya adalah Julian Aldrin Pasha (Juru Bicara Presiden), Dino Patti Djalal (Bidang Hubungan Internasional), Heru Lelono (Bidang Informasi), Daniel Theodore Sparringa (Bidang Komunikasi Politik), dan Mayjen (Purn) Sardan Marbun (Bidang Komunikasi Sosial).

Staf khusus presiden lainnya adalah Prof Dr Jusuf (Bidang Pangan dan Energi), Velix Vernando Wanggai (Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah), Brigjen Ahmad Yani Basuki (Bidang Publikasi dan Dokumentasi), Andi Arief (Bidang Bantuan Sosial dan Bencana), serta Agus Purnomo (Bidang Climate Change). Secara administratif, staf khusus presiden berada dalam tanggung jawab Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Sebagian staf khusus itu kini berkantor di lantai dua Gedung Binagraha, Kompleks Istana, yang menghadap Jalan Juanda. Karena staf khusus presiden harus menempel 24 jam dengan Presiden, ruang kerja mereka pun tak terlalu jauh dari Kantor Presiden yang berada di antara Istana Negara dan Istana Merdeka.

Sesuai ketentuan, staf khusus boleh memiliki 5 asisten dan 10 pembantu asisten. Namun, tak semuanya memanfaatkan ketentuan itu. Hanya Daniel Sparringa yang memiliki dua tenaga staf, yaitu seorang asisten dan seorang pembantu asisten.

Velix Wanggai saat ini punya empat asisten. Sebagai Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny tercatat memiliki 12 tenaga staf, antara lain terdiri dari 4 asisten dan 7 pembantu asisten. Andi Arief

memiliki 15 tenaga staf. ”Tugasnya minta ampun. Berat. Jadi, saya sesuaikan dengan bunyi ketentuannya, yaitu 5 eselon dua dan 10 eselon tiga,” kata Andi.

”Gerbong” Presiden lainnya adalah Sekretaris Pribadi yang dijabat oleh Ediwan Prabowo. Ia dibantu oleh sejumlah tenaga staf. Kantor Ediwan tercatat paling dekat dengan Kantor Presiden dan rumah dinas Presiden (Istana Negara). Demikian juga

Rumah Tangga Kepresidenan dan Protokol Kepresidenan.

Hitungan Kompas, jumlah ”gerbong” Presiden ini lebih dari 100 orang di luar pegawai Setneg. Jumlah ini mungkin saja tak sebanding dengan jumlah staf khusus Presiden AS yang mencapai 800-1.500 orang.

Akan tetapi, yang harus dilihat dari keberadaan mereka yang diangkat secara politik adalah kebutuhan, efektivitas, dan hasil kerja yang optimal di tengah persoalan rumit, bukan sekadar mengangkat orang, apalagi cuma merujuk gaya Presiden AS. (SUHARTONO)

http://cetak.kompas.com/read/2010/08/21/0316450/gerbong.gemuk.istana.untuk.siapa
Share this article :

0 komentar: