Internet dan Kebebasan Berekspresi
Peter Singer, GURU BESAR BIOETIKA PADA PRINCETON UNIVERSITY
Google telah menarik diri dari Cina karena tidak bersedia merancang search engine yang memblokir informasi yang menurut pemerintah Cina tidak boleh diketahui rakyatnya. Di negara-negara demokrasi liberal di dunia, keputusan ini umumnya disambut gembira.
Tapi, di salah satu negara demokrasi liberal, Australia, pemerintahnya baru-baru ini mengatakan akan mengeluarkan undang-undang untuk memblokir akses ke situs-situs Internet tertentu. Materimateri yang dilarang termasuk pornografi anak, kebrutalan, incest, gambar-gambar grafis kekerasan yang membawa “dampak buruk”, apa saja yang menunjukkan jalan berbuat kejahatan atau kekerasan, deskripsi yang terperinci mengenai penggunaan narkoba yang dilarang, dan informasi mengenai bunuh diri oleh situs Internet yang mendukung hak orang-orang yang menderita penyakit tak tersembuhkan untuk mengakhiri hidupnya.
Sebuah jajak pendapat pembaca yang diadakan Sydney Morning Herald menunjukkan 96 persen pembaca menolak langkah-langkah larangan itu, dan hanya 2 persen yang mendukung. Lebih banyak pembaca ikut dalam jajak pendapat ini daripada jajak pendapat sebelumnya yang diadakan situs-situs Internet, dan hasilnya paling jomplang.
Internet, seperti mesin uap, merupakan terobosan teknologi yang telah mengubah dunia. Dewasa ini, dengan Internet, Anda punya akses ke segudang informasi yang sebelum ini hanya dimiliki mereka yang punya akses ke perpustakaan besar di dunia—sesungguhnya, dalam banyak hal, informasi yang tersedia lewat Internet jauh lebih besar daripada yang terdapat di perpustakaan-perpustakaanperpustakaan itu, dan jauh lebih mudah menemukan apa yang Anda butuhkan.
Hebatnya, semua ini terjadi tanpa perencanaan tersentral, tanpa lembaga pengatur dan pengawas, selain daripada sistem pengalokasian nama situs
dan alamatnya. Kenyataan bahwa sesuatu yang begitu penting bisa muncul, bebas dari campur tangan pemerintah dan big business, meyakinkan banyak orang bahwa Internet bisa membawa jenis kebebasan yang baru di dunia.
Ini seolah-olah suatu teknologi yang secara inheren individualistik dan tidak tersentralisasi, yang merealisasi suatu visi anarkistis yang tampaknya sangat utopis bila dikaitkan dengan yang diimpikan Peter Kropotkin, seorang tokoh gerakan anarkistis pada abad ke-19. Itulah mungkin sebabnya, banyak orang begitu yakin bahwa Internet seharusnya dibebaskan tanpa kekangan.
Mungkin karena Google dianggap penyedia informasi tanpa batas, kolaborasi Google dengan sensor Cina dilihat sebagai pengkhianatan berat.
Kaum anarkis berharap pemerintah yang represif diberi dua opsi: menerima Internet dengan segala peluang yang tidak terbatas dalam menyebarkan informasi, atau membatasi akses Internet hanya untuk elite penguasa dan melupakan perkembangan di abad ke-21 ini, seperti yang dilakukan Korea Utara.
Realitasnya lebih kompleks.
Pemerintah Cina tidak akan pernah mengalah dan menerima tuntutan Google agar tak melakukan sensor Internet.
Para penguasa Cina pasti akan mencari jalan untuk
menggantikan layanan yang pernah diberikan Google— dengan ongkos yang harus dibayar untuk itu, dan mungkin dengan hilangnya efisiensi.
Tapi Internet akan tetap terkekang di Cina.
Meskipun demikian, yang lebih penting adalah bahwa Google tidak lagi memberikan izin penggunaan namanya kepada sensor politik. Seperti dapat diduga, ada yang menuduh Google berusaha memaksakan nilai-nilainya sendiri terhadap suatu budaya asing.
Nonsense. Google berhak memilih bagaimana dan dengan siapa ia mau berbisnis. Orang bisa juga dengan mudah mengatakan bahwa dulu, waktu Google berbisnis dengan Cina, penguasa di negeri ini sudah memaksakan nilai-nilainya sendiri kepada Google.
Pengunduran diri Google merupakan keputusan yang diambil sesuai dengan nilainilai Google sendiri. Menurut pendapat saya, nilai-nilai ini lebih dapat dipertahankan daripada nilai-nilai yang berujung pada sensor politik— dan siapa tahu banyak rakyat Cina yang akan mendukung nilai-nilai akses informasi yang terbuka, jika mereka diberi peluang menyatakannya? Bahkan dengan sensor pun, Internet tetap merupakan kekuatan yang membawa perubahan. Bulan lalu, Gubernur Provinsi Hubei di Cina mengancam seorang wartawan dan merampas perekamnya sete
lah ia bertanya mengenai adanya skandal yang terjadi di sana. Wartawan, pengacara, dan akademisi menggunakan Internet untuk menyatakan keberatan mereka. Sebuah laporan yang mengecam perilaku Gubernur Hubei bertahan selama 18 jam sebelum sensor menghentikannya. Ketika itu, beritanya sudah menyebar.
Begitu juga di Kuba, blog Yoani Sánchez, yang bernama Generation Y, telah mendobrak dinding sensor yang tidak bisa didobrak media konvensional. Walaupun pemerintah Kuba telah memblokir akses ke situs yang membawa blog itu, ia masih bisa diakses di mana-mana di dunia dalam banyak bahasa, dan disebarkan di Cina dalam cakram padat dan flash drives.
Kebebasan berekspresi yang dibawa Internet tidak terbatas hanya pada politik.
Orang berhubungan satu sama lain dengan cara baru, bertanya bagaimana kita harus merespons seseorang ketika apa yang kita ketahui mengenai dirinya adalah melalui suatu media yang memungkinkan kita menyembunyikan identitas. Kita menemukan hal-hal baru mengenai apa yang ingin dilakukan orang dan bagaimana mereka ingin berhubungan satu sama lain.
Apakah Anda tinggal di sebuah desa terpencil dan punya hobi serta minat atau pengalaman khusus? Anda akan menemukan secara online seseorang yang bisa berbagai pengalaman. Anda tidak bisa menemukan dokter? Anda bisa mengecek penyakit yang Anda rasakan secara online—tapi yakinkah Anda bahwa situs online yang Anda akses itu bisa diandalkan? Teknologi bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan, dan terlalu dini untuk menjatuhkan vonis kepada Internet.
(Pada abad ke-18, siapa yang bisa meramalkan bahwa dikembangkannya mesin uap akan membawa dampak pada iklim bumi?) Walaupun ia tidak memenuhi impian kaum anarkis untuk mengakhiri pemerintah yang represif, kita baru saja memahami dampak dari apa yang akan dilakukan Internet terhadap cara hidup kita. ●
http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/04/11/ArticleHtmls/11_04_2010_022_018.shtml?Mode=1
Internet dan Kebebasan Berekspresi
Written By gusdurian on Rabu, 14 April 2010 | 12.22
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar