SBY-Boediono setelah 100 Hari Pertama Berlalu
SERATUS hari pertama duet SBY-Boediono pungkas kemarin. Penanda bahwa Presiden SBY dan kabinetnya telah melewati saat-saat krusial, seperti halnya pesawat yang sedang dalam lima menit pertama meninggalkan landasan, adalah aksi demonstrasi di berbagai penjuru kota di negeri ini. Meski demo marak di mana-mana, secara garis besar aksi-aksi massa kemarin relatif damai dan tertib. Presiden bisa beraktivitas seperti biasa. Dan, di Surabaya, misalnya, pengunjuk rasa malah ditemui Gubernur Jawa Timur H Soekarwo, tanpa rasa khawatir soal keamanan. Demonstrasi, kalau begini modelnya, pasti akan mendewasakan kehidupan demokrasi kita. Besar, tapi tidak menakutkan.
Lepas dari 100 hari pertama, bolehlah kita becermin ke belakang. Kata pemilik kuasa, kurang fair kalau kinerja pemerintahannya diukur dengan parameter waktu sesingkat ini. Tapi, bagi pihak yang mengkritisi jalannya duet SBY-Boediono, 100 hari pertama adalah cermin dari apa yang akan berjalan selama lima tahun ke depan. Keseriusan dan kesungguhan SBY dalam menjalankan semua janji indahnya semasa kampanye bisa terlihat dari kinerjanya pada 100 hari kemarin.
Maka, layak tidaknya tiga bulan plus sepuluh hari pemerintahan kabinet SBY dijadikan refleksi untuk langkahnya ke depan bakal menjadi perdebatan kata semata. SBY akan mengerahkan semua kemampuan untuk menangkis penilaian minor akan kinerjanya, pengkritik bakal menyerang dengan segala sisi kekurangan selama ini. Celakanya, penangkal yang digunakan SBY, seperti biasanya, cenderung dalam bentuk kata-kata. Bukan berusaha sekuatnya dalam bentuk kerja konkret untuk mewujudkan keinginan rakyat yang membutuhkan perbaikan di berbagai bidang.
Satu hal yang tak boleh kita kesampingkan bahwa ini merupakan kali kedua SBY memimpin jalannya roda pemerintahan di negeri ini. Sesungguhnya, 100 hari kemarin mestinya tersambung dengan lima tahun kerjanya sebagai presiden terpilih periode sebelumnya. Dan, tentu 100 hari itu merupakan tahun keenam kerja SBY harus dicermati. Ketidakmampuan menunjukkan kepada rakyat tentang hasil-hasil riil dari upayanya dalam penegakan hukum, pemberantasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan lain-lain tidak semestinya dilihat dari 100 hari pertama saja.
Mengevalusai secara parsial, dengan mengabaikan apa yang telah dilakukan pada lima tahun sebelumnya, akan dijawab dengan enteng seperti dikatakan Andi Mallarangeng: Yang mengatakan 100 persen SBY gagal adalah bohong. Yang mengatakan 100 persen SBY berhasil juga bohong. Terus, bisakah kita berharap banyak dari kabinet SBY-Boediono selepas 100 hari pertama ini? Kita tak perlu menunggu, tapi harus mendorongnya. (*)
http://jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=114142
SBY-Boediono setelah 100 Hari Pertama Berlalu
Written By gusdurian on Jumat, 29 Januari 2010 | 10.38
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar