BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Bom Waktu Noor Din M. Top

Bom Waktu Noor Din M. Top

Written By gusdurian on Senin, 28 September 2009 | 08.33

Bom Waktu Noor Din M. Top
Polisi menemukan dokumen penting dalam komputer jinjing milik Noor Din
M. Top. Akan ada nama baru.

BERAGAM dokumen ditemukan di dalam laptop Noor Din M. Top. Isinya
mencengangkan. Ada buku manual aksi teror yang amat terperinci. Ada
puluhan nama dan identitas lengkap para pendukung Noor Din di
Indonesia. Ada juga penjelasan detail tentang serangan-serangan teror
yang sedang disiapkan kelompok ini. Namun yang paling membelalakkan
mata adalah dokumen yang menegaskan hubungan klik Noor Din dengan
jaringan teroris internasional Al-Qaidah.

”Menurut dokumen itu, Noor Din adalah qoid atau ketua dari Tandzim Al-
Qaidah di Asia Tenggara,” kata Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso
Danuri, dalam keterangan persnya kepada jurnalis di Ruang Rupatama,
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Kamis dua pekan lalu. Tak
hanya nama Noor Din yang disebut dalam dokumen itu. Ibrohim, sang
penata bunga Hotel Ritz-Carlton dan pemain kunci di balik aksi bom
bunuh diri kembar 17 Juli lalu di hotel itu, juga tercatat sebagai
pejabat penting di struktur Al-Qaidah lokal di sini. ”Ibrohim adalah
ketua perancang strategi Al-Qaidah di Indonesia,” kata Bambang
Hendarso.

Jika dokumen itu otentik, inilah bukti terbaru keterlibatan jaringan
internasional dalam aksi peledakan bom di dalam negeri. Memang,
suntikan dana Al-Qaidah dalam aksi terorisme di Indonesia sudah
tercium sejak Hambali dan kelompok garis keras sempalan dari Jamaah
Islamiyah mulai menebar teror di Indonesia lewat aksi bom pada malam
Natal sembilan tahun lampau. Namun jejaring itu terputus dengan
tertangkapnya Hambali di Thailand pada awal 2004. Bagaimana jejaring
teroris di luar negeri bisa kembali menyusup ke Indonesia?

Kematian Noor Din dalam penyergapan mendadak di rumah persembunyiannya
di Kepuhsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, Kamis dini hari dua pekan
lalu, membuka kesempatan bagi polisi untuk menjawab pertanyaan itu.
Diburu sejak aksi bom Bali, Oktober 2002, buron nomor wahid asal
Malaysia ini sudah beberapa kali lolos dari sergapan. Tiga hari
menjelang Idul Fitri, keberuntungannya menguap.

Setelah debu dan reruntuhan sehabis tembak-menembak dibersihkan,
tampaklah ”durian runtuh” itu di hadapan tim penyergap Detasemen
Khusus 88. Dua buah laptop, satu di antaranya ditemukan dalam ransel
yang menempel di punggung Noor Din, alat-alat penyelidikan
(surveillance), dan kamera video. Di luar itu, masih ada senjata M16,
pistol Beretta, dan 200 kilogram bahan peledak. ”Sekarang semua itu
sedang dianalisis,” kata Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, Kepala
Divisi Humas Mabes Polri.

l l l

NOOR Din mulai aktif ”bermain” di Indonesia menjelang aksi peledakan
bom Bali yang pertama, Oktober 2002. Perannya masih sebatas
mengantarkan uang US$ 5.000—dari eks Ketua Mantiqi I Jamaah Islamiyah,
Hambali, yang saat itu ada di Thailand—kepada Ali Ghufron alias
Mukhlas, salah satu perancang utama teror di Bali.

Meski peranannya hanya selintas, Noor Din saat itu sudah menjadi tokoh
penting dalam jejaring pelaku teror di Jamaah Islamiyah. Karena
itulah, hanya setahun setelah bom Bali pertama, Noor Din langsung naik
kelas menjadi perencana serangan. Bom di Hotel JW Marriott, Mega
Kuningan, Jakarta Selatan, pada awal Agustus 2003 adalah hasil karya
perdananya.

Pada tahun-tahun pertama aksinya di Indonesia, Noor Din selalu
menggunakan aktivis Jamaah Islamiyah sebagai pendukung. Namun, setelah
para pemimpin kelompok itu menyatakan keberatan dengan pola aksi Noor
Din yang membabi buta, sekitar awal 2004 dia mencari kelompok-kelompok
radikal lain yang bisa membantu. Noor Din, misalnya, mendekati
kelompok Darul Islam lewat Rois alias Iwan Dharmawan, yang kemudian
membantu aksi peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Oktober 2004.

Menurut laporan International Crisis Group, sekitar masa inilah
beredar dokumen ”Serial Jihad IV” di kalangan pengikut Noor Din.
Dokumen yang diterjemahkan dari bahasa Arab itu menjelaskan cara
membentuk tim teror kecil yang bisa bergerak bebas.

Unit dasar dari tim itu—biasa disebut thoifah—terdiri atas seorang
ketua dan wakil. Merekalah yang merencanakan serangan dan melatih
pelaksana lainnya. Masih menurut dokumen itu, untuk melancarkan
serangan, dibutuhkan sedikitnya tiga tim pembantu: tim pengumpulan
data (melakukan survei lokasi), tim logistik (menyiapkan bahan bom dan
perlengkapan lain), dan tim eksekutor. Sejak itulah, polisi meyakini
Noor Din mulai aktif menggunakan struktur seperti itu. Sumber Tempo
menjelaskan struktur baru tim Noor Din—mengacu pada dokumen di
laptopnya—tidak jauh berbeda. ”Masih mirip-mirip,” katanya.

Nama Al-Qaidah sebenarnya sudah lama digunakan Noor Din. Pada Januari
2006, Kapolri (ketika itu) Jenderal Sutanto, dalam sebuah rapat dengan
Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, mengumumkan ”Tandzim Qaidatul-
Jihad untuk Kepulauan Melayu” sebagai nama baru yang digunakan
kelompok Noor Din. ”Wilayah operasinya Indonesia, Malaysia, Brunei,
dan Filipina,” kata Sutanto. Namun, sampai polisi menemukan dokumen
Noor Din dua pekan lalu, belum pernah ada bukti keras bahwa dia
mendapat restu sebagai wakil Al-Qaidah di Asia Tenggara.

”Ada kemungkinan Noor Din yang menyusun strukturnya sendiri, lalu
minta restu kepada Al-Qaidah,” kata pengamat terorisme dari
International Crisis Group, Sidney Jones, kepada Tempo, pekan lalu.
Sidney mengingatkan, jalan Noor Din menuju pusat Al-Qaidah di
Afganistan sudah terbuka ketika Ayman al-Zawahiri, tangan kanan Usamah
bin Ladin, memuji tiga pelaku bom Bali yang dihukum mati, akhir tahun
lalu.

Namun Sidney Jones mengaku tak yakin pengakuan itu dibarengi aliran
dana resmi dari Al-Qaidah untuk Noor Din. ”Mungkin memang ada donatur
baru dari Timur Tengah, tapi kita tidak tahu apakah itu resmi dari Al-
Qaidah,” katanya. Persidangan dua tersangka pelaku teror, Muhammad
Jibril dan warga Yaman, Al-Khalil Ali, kelaklah yang akan mengungkap
apa yang sebenarnya terjadi. Sumber Tempo di kepolisian hanya menyebut
bahwa aliran dana baru untuk kelompok Noor Din ”amat besar dan
mengalir terus-menerus”.

l l l

Selain dokumen tentang kaitan sel Noor Din dengan Al-Qaidah di luar
negeri, laptop sang buron nomor wahid juga berisi sejumlah data yang
penting bagi pengembangan penyidikan polisi. Misalnya saja ada daftar
nama orang yang sudah siap membantu Noor Din. Posisi mereka dalam
struktur baru jaringan Noor Din juga disebutkan dalam dokumen itu.
”Daftar nama itu disertai keterangan usia dan alamat,” kata sumber
Tempo. Namun, karena penyisiran masih berlangsung, nama-nama ini belum
bisa dipublikasi.

Polisi juga menemukan sebuah rekaman video rapat persiapan serangan
teror baru yang dipimpin langsung oleh Noor Din. Sekali lagi, dengan
alasan keamanan, informasi mengenai detail serangan baru ini belum
bisa dirilis. ”Yang jelas, mereka sudah membeli tiga mobil sebagai
persiapan,” kata sumber Tempo yang melihat rekaman tersebut.

Alumnus Pesantren Ngruki yang kini membina bekas teroris yang sudah
bebas, Noor Huda Ismail, menilai sisa jaringan Noor Din masih
berbahaya. ”Pengganti Noor Din kemungkinan besar adalah Syaifudin
Zuhri bin Jaelani, yang merekrut dua pengebom bunuh diri di Ritz-
Carlton dan JW Marriott,” katanya pekan lalu. Dia diduga akan mendapat
bantuan dari tiga pengikut Noor Din yang tersisa, yakni Nur Hasbi,
Maruto, dan Reno alias Tedi. Sebuah serangan bom sedahsyat bom di Ritz-
Marriott, kata dia, cukup direncanakan dan dilakukan segelintir orang.

Sidney Jones punya pendapat lain. ”Sebelum bom Marriott dan Ritz-
Carlton 17 Juli, kita tidak pernah dengar nama Syaifudin Jaelani atau
Ibrohim,” katanya. ”Jadi, kemungkinan besar yang akan muncul bukan
nama yang sudah beredar selama ini.”

Wahyu Dhyatmika, Yophiandi Kurniawan

Antara Johor dan Solo

Lahir di Kota Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968, Noor Din Mohammad Top
menjemput ajal di Desa Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Solo, Jawa
Tengah, pertengahan September lalu. Sembilan tahun melanglang buana
sebagai komandan penebar teror bom, inilah peta perjalanannya.

2000
Bersama Dr Azahari membantu aktivis Komando Penanggulangan Krisis saat
konflik Poso, Sulawesi Tengah, terjadi.

2002
JANUARI
Bersama Dr Azahari ke Thailand karena dikejar pemerintah Malaysia. Di
sini bertemu dengan Ali Imron dan Hambali, Muchlas, dan Wan Min bin
Wan Mat.

JUNI
Berpindah-pindah tempat antara Bukittinggi, Sumatera Barat; dan Pekan
Baru, Riau.

SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari menemui Muchlas di Lamongan, Jawa Timur, dan Imam
Samudra, menyiapkan Bom Bali I.

2003
APRIL
Di Bengkulu bersama Dr Azahari, Sardona Siliwangi, dan Asmar Latin
Sani menyiapkan pengeboman JW Marriott.

JULI
Bersama Dr Azahari, Tohir, dan Ismail tinggal di rumah kos mahasiswa
di kawasan Cigadung, Bandung.

AWAL AGUSTUS
Pindah ke rumah di Jalan Kemuning Raya, Pejaten Timur, kawasan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.

AGUSTUS
Noor Din dan Ismail duluan menyelinap ke Bandung untuk memantau
peledakan JW Marriott I. Mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan
Tamansari, Bandung.

OKTOBER
Bersembunyi di Jalan Kebon Kembang 24A, Bandung.

NOVEMBER
Di Lembang, Bandung Utara. Sinyal teleponnya sempat tersadap.

2004
MEI
Bersembunyi di Blitar dibantu Hasan dan Anshori.

22 JUNI
Menikahi Munfiatun, lalu berbulan madu ke Tretes, Jawa Timur. Menginap
di rumah Hassan di Dinoyo, Malang.

JULI
Bersama Dr Azahari bersembunyi di gudang milik Syarifudin Umar alia
Abu Fida di Kampung Sidotopo Lor, Surabaya. Akhir Juli Noor Din
bersama Munfiatun pindah ke Cikampek, Jawa Barat.

AWAL SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari dan Gempur Budi Angkoro alias Jabir bersembunyi di
Jalan Raya VI RT 04 RW 09, Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta,
menyiapkan serangan bom untuk Kedutaan Besar Australia. Pada bulan
yang sama pindah lagi ke Kampung Cisuren, Sukanagara, Cianjur, Jawa
Barat.

AKHIR SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari bersembunyi di Cikampek, Jawa Barat.

OKTOBER
Berpisah dengan Dr Azahari dan bersembunyi di rumah Joko Triharmanto
di Solo.

2005
FEBRUARI-MARET
Bersama Dr Azahari bersembunyi di kantor yayasan yatim piatu milik
Joni Ahmad Fauzan di Desa Pacet Gapuk, Kecamatan Pacet, Mojokerto,
Jawa Timur.

1 OKTOBER
Di Dukuh Wates Kidul, Desa Tegalrejo, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri,
Jawa Tengah.

2006
JANUARI
Bersama Subur Sugiarto alias Abu Mujahid, 32 tahun, berada di Terminal
Kartasura. Subur ditangkap polisi, Noor Din menghilang.

29 APRIL
Menyiapkan bom di sebuah rumah di Desa Binangun, Wonosobo, Jawa
Tengah.

2009
JUNI
Menyiapkan bom di Perumahan Puri Nusaphala, Jatiasih, Bekasi, Jawa
Barat

AGUSTUS
Bersama Ibrahim mencari perlindungan di rumah Muzahri di Temanggung,
Jawa Tengah.

16 SEPTEMBER
Bersembunyi lalu digerebek polisi di Solo, Jawa Tengah.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/09/28/NAS/mbm.20090928.NAS131531.id.html
Share this article :

0 komentar: