BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sulit Buat Jurnal Internasional

Sulit Buat Jurnal Internasional

Written By gusdurian on Kamis, 13 Agustus 2009 | 09.29

Sulit Buat Jurnal Internasional
Publikasi Hasil Riset Belum Menjadi Tradisi



Jakarta, Kompas - Jurnal-jurnal ilmiah yang dikelola perguruan tinggi
masih sulit untuk ditingkatkan menjadi jurnal internasional. Peningkatan
kualitas dan pembiayaan menjadi persoalan utama.

Direktur Riset dan Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu
(12/8), Arif Satria menyatakan, ada 28 jurnal di IPB. Empat jurnal
berakreditasi nasional dan 11 jurnal dalam proses untuk akreditasi
nasional. Sebuah jurnal yang sudah terbit sejak tahun 1994, Jurnal
Hayati, sedang diupayakan menjadi jurnal internasional.

Arif mengatakan, tidak mudah membuat sebuah jurnal menjadi jurnal
internasional. Umumnya, adalah dengan memasukkan jurnal ke dalam situs
Spocus, yang merupakan situs web database abstrak dan citation terbesar
dengan data bersumber dari literatur-literatur yang dievaluasi oleh peer.

Ada pula persyaratan terkait dengan kualitas jurnal, seperti terbit
berkala dan editing yang bagus serta peer review yang melibatkan
akademisi internasional atau dari luar negeri. Pemuatan dalam database
Spocus terkait dengan citation (menjadi acuan bagi para peneliti).

”Setelah sebuah jurnal memenuhi persyaratan Spocus, setiap tahunnya
harus membayar 2.500 dollar AS,” ujarnya.

*Belum jadi tradisi*

Selama ini pengembangan kualitas jurnal dan biaya penerbitan menjadi
permasalahan. Apalagi di Indonesia, memublikasikan hasil riset belum
menjadi tradisi.

Jurnal ilmiah hidup dengan pembiayaan para penulis atau sponsor
(biasanya lembaga pemberi dana). Iklan tidak diperbolehkan. Penjualan
jurnal ilmiah kepada masyarakat hanya cukup untuk menutupi biaya cetak.
Untuk satu kali penerbitan jurnal, misalnya, dibutuhkan biaya Rp 15 juta.

Perguruan tinggi akan kesulitan kalau harus mendorong jurnal ilmiah
menjadi berkelas internasional hanya dengan mengandalkan dana peneliti.
Oleh karena itu, bantuan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berupa dana Rp 150 juta untuk
mengembangkan jurnal internasional merupakan angin segar.

Institut Teknologi Bandung (ITB) juga tengah mengupayakan jurnal-jurnal
ilmiahnya bertaraf internasional. Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi,
dan Kemitraan ITB Prof Indratmo Soekarno secara terpisah mengatakan, di
ITB, dari

32 jurnal ilmiah, dua di antaranya sudah jurnal internasional. Saat ini
dua jurnal lainnya tengah diupayakan menjadi berkelas internasional.

Tidak mudah menciptakan jurnal internasional. Editor harus betul-betul
pilihan. Untuk jurnal internasional ITB Journal of Science, naskah yang
masuk datang dari peneliti di berbagai negara dan diperiksa kelayakannya
oleh para editor. Para editor tersebut tidak hanya dari Indonesia saja.
Ada sekitar 20 editor yang tersebar di Indonesia dan berbagai negara.

Kepala Subdit Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Yoki Yulizar, Ph.D.
mengatakan, tahun ini enam jurnal di UI dalam persiapan untuk jurnal
internasional. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan jurnal ilmiah, UI
melakukan koordinasi dengan pengelola teknis dan dewan editor secara
berkala. (INE)

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/13/03423384/sulit.buat.jurnal.internasional
Share this article :

0 komentar: