BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Kontroversi Skema China “Iris” India

Kontroversi Skema China “Iris” India

Written By gusdurian on Kamis, 13 Agustus 2009 | 08.38

Kontroversi Skema China “Iris” India





MUMBAI (SuaraMedia News) – Kementerian luar negeri India telah menolak
mentah-mentah sebuah “saran” yang disampaikan oleh sebuah lembaga
peneliti China. Masyarakat India menjadi berang karena lembaga tersebut
menyampaikan bahwa India sebaiknya dipecah-pecah menjadi 30 negara yang
merdeka dan berdaulat.

Namun pihak pemerintah India justru mengatakan bahwa proposal tersebut
adalah murni pandangan individu dan sama sekali tidak ada kaitannya
dengan posisi pemerintah negara tirai bambu China.

Laporan tersebut ditulis oleh Institut Studi Strategis Internasional
China pada bulan Juli lalu.

Lembaga tersebut mengatakan bahwa pemerintah China menginginkan adanya
sebuah negara India yang terpecah belah, dimana hal tersebut juga
diklaim akan semakin mendatangkan kemakmuran di wilayah Asia.

Artikel tersebut dapat dibaca di internet hingga baru-baru ini, karena
artikel tersebut telah dihapus. Meski artikel yang bersangkutan telah
dihapus, namun isi dari artikel tersebut terlanjur mendapatkan perhatian
luas dari pers India.

Harian The Times of India mengutip isi artikel tersebut dan menuliskan
bahwa Beijing “sebaiknya memperjuangkan terpecahnya India menjadi 20
hingga 30 negara merdeka, dan hal tersebut dilakukan dengan bantuan
negara-negara “sahabat” seperti Pakistan, Bangladesh, Nepal dan Bhutan.”

Berdasarkan laporan yang beredar, artikel tersebut ditulis oleh
seseorang yang mempergunakan nama samaran “Zhan Lue” (Strategi). Sang
penulis menyatakan bahwa jika saja pemerintah China mau, maka hanya
dengan mengeluarkan sedikit keringat, negara komunis tersebut bisa
memecah belah India.

“Untuk memecah belah India, China bisa meminta bantuan kepada
negara-negara seperti Pakistan, Nepal dan Bhutan, mendukung Ulfa dalam
mencapai tujuan utamanya untuk memerdekakan Assam, mendukung aspirasi
dari kelompok-kelompok seperti Tamil dan Nagas, mendorong Bangladesh
untuk mengupayakan kemerdekaan Bengal Barat dan pada akhirnya merebut
kembali lahan seluas 90.000 kilometer persegi yang terletak di sebelah
selatan Tibet (Arunachai Pradesh),” demikian tulis artikel tersebut.

The Times of India mengutip artikel tersebut kemudian menambahkan
argumen bahwa China harus menggabungkan kekuatan dengan
kelompok-kelompok yang berbeda, seperti Tamil dan Kashmir, sehingga
kelompok-kelompok tersebut dapat mendirikan negara mereka sendiri.

Surat kabar tersebut menambahkan bahwa China juga menyebarkan proposal
yang serupa ke wilayah-wilayah lain di India dan merujuk kepada wilayah
sengketa Arunachai Pradesh, yang terletak tepat berbatasan dengan China
.

Artikel China tersebut juga menambahkan bahwa keberadaan India sebagai
sebuah negara tidak pernah benar-benar tercatat dalam sejarah. Negara
India dibentuk oleh kerendahan Hinduisme yang menganjurkan adanya
pembedaan kasta dan eksploitasi manusia.

“Atas nama kepentingan China dan demi perkembangan kawasan Asia, China
harus menggabungkan kekuatan dengan bangsa-bangsa yang berbeda, seperti
misalnya Assame, Tamil, dan Kashmir, lalu mendukung berdirinya
negara-negara merdeka yang lepas dari cengkeraman India,” demikian
dituliskan dalam artikel tersebut.

“Setelah India terpecah menjadi 20 hingga 30 keping, maka barulah ada
reformasi atau perubahan sosial di negara tersebut.”

Kementerian luar negeri India mengatakan bahwa antara kedua negara
tersebut telah terjalin “kerjasama yang strategis, dan cepatnya
pertukaran antara kedua negara telah mendapatkan momentum dalam beberapa
tahun terakhir.”

“Kedua belah pihak telah menyetujui untuk melanjutkan momentum ini,
sambil berupaya untuk memecahkan segala permasalahan yang ada, termasuk
pertanyaan yang mengikat melalui dialog dan konsultasi yang penuh
perdamaian, dan dengan tetap memperhatikan sensitivitas permasalahan
masing-masing,” demikian bunyi pernyataan kementerian luar negeri India.

“Pemerintah China telah menyampaikan kepada kami bahwa dalam rangka
mempererat hubungan China dan India, China tetap mematuhi lima prinsip
hidup berdampingan dalam perdamaian. Salah satu dari lima prinsip
tersebut menegaskan bahwa harus ada sikap menghargai integritas
teritorial dan kedaulatan negara.”

“Artikel yang selama ini dipermasalahkan tampaknya hanyalah sebuah
ekspresi individu dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan pernyataan
resmi pemerintah China mengenai hubungan antara kedua negara yang
diperlihatkan kepada kami dalam beberapa kali kesempatan, termasuk pada
level yang tertinggi, yang ditandai dengan kunjungan penasehat negara,
Dai Bingguo minggu lalu.”

Publikasi artikel tersebut bertepatan dengan dilangsungkannya
pembicaraan perbatasan China dan India, dimana kedua belah pihak
mengatakan bahwa hasil yang dicapai sangat positif. (dn/bbc/toi) Dikutip
oleh www.suaramedia.com

http://www.suaramedia.com/asia/kontroversi-skema-china-iris-india.html
Share this article :

0 komentar: