BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Dari Jutawan Beralih Jadi Pemimpin Uighur

Dari Jutawan Beralih Jadi Pemimpin Uighur

Written By gusdurian on Rabu, 05 Agustus 2009 | 09.24

Dari Jutawan Beralih Jadi Pemimpin Uighur

Rebiya Kadeer dikenal dunia internasional sebagai pemimpin kaum Uighur
di pengungsian.Namanya pun mencuat sejak kekerasan antaretnis yang
terjadi di Provinsi Xinjiang,China,beberapa waktu lalu.

NAMUN, banyak pihak tak menduga bahwa sosok Kadeer sebelumnya terjun ke
dunia aktivis. Dia seorang pengusaha yang kaya raya. Kadeer mengawali
bisnis dengan mendirikan tempat cuci otomatis pada 1976.Ketika itu
jarang sekali pengusaha yang membuka bisnis tersebut.

Dia pun jarang mendapatkan pesaing. Dari bisnis tempat cuci otomatis
tersebut, kekayaannya makin bertambah dan menggurita.Dia pun menjadi
salah pengusaha yang dipertimbangkan di Xinjiang pada 1980-an. Dari
lingkungan yang didominasi kaum lelaki, ibu 11 anak ini sukses menjadi
pebisnis pusat perbelanjaan dengan spesialisasi pakaian adat etnis
Uighur di Urumqi. Kadeer termasuk orang yang menekankan agar warga etnis
Uighur tetap mempertahankan adat dan budaya terutama dalam pakaian.
Hingga pada 1985, dia memiliki gedung seluas 14.000 meter persegi yang
khusus menjual pakaian etnis Uighur.

Belum cukup sampai di situ, Kadeer pun pernah menggerakkan sebuah
program di mana memberikan kredit bagi ribuan ibu rumah tangga. Melalui
proyek ini, dia membantu para wanita itu untuk membuka
bisnis.Hebatnya,semua dibiayai dari dana pribadi. Semua program tersebut
didanai dari keuntungan yang didapatkan dari bisnisnya. Dia menyediakan
lapangan kerja bagi warga Uighur dan memberikan pelatihan keterampilan
kepada mereka. Dia ingin Uighur mampu memiliki kesejahteraan hidup.
Kadeer ingin menghapus stigma bahwa pengusaha hanya berjuang untuk
dirinya sendiri dan kepentingannya.

Dia ingin memberikan teladan bahwa pengusaha juga bisa bermanfaat dan
mendorong perubahan bagi orang-orang di sekitarnya. Untuk melakukan
perubahan, bagi Kadeer, tidak hanya membutuhkan program dan proposal.
Perubahan dapat digerakkan dengan aksi nyata, termasuk berbisnis. Bukan
hanya bisnis di dalam negeri yang dijalani Kadeer. Ketika Uni Soviet
hancur,Kadeer pun membuka jaringan bisnis lintas negara. Perusahaan
perdagangannya beroperasi di Rusia dan Kazakstan.

Hingga kejayaannya, dia pernah mengumpulkan pundi-pundi kekayaan lebih
dari 200 juta yuan. Tak ayal, dia pun menjadi salah satu dari lima orang
terkaya di China. Atas kesuksesannya, banyak orang menyebutnya Sang
Jutawan. Dalam buku biografinya yang berjudul Dragon Fighter: One
Woman’s Epic Struggle for Peace With China, Kadeer menceritakan tentang
kehidupannya.Dia mengungkapkan, perjuangan bukan hanya dilancarkan
dengan kritik yang tajam.

Perjuangan baginya adalah bagaimana bisa berbagi kekuasaan dan kekayaan
dengan uang yang dimiliki. Tak mengherankan, atas perjuangan Kadeer,dia
pun disebut sebagai ibu bagi rakyat Uighur. Seorang perempuan yang penuh
semangat, tidak pernah takut,berani mengambil risiko, dan berbagi
kekayaan dengan orang-orang yang membutuhkan. Dalam bisnis dan aksi
filantropinya,Kadeer menjadi fenomena yang mengguncang orang-orang di
seluruh dunia.

Hanya saja,kini harta kekayaan miliknya telah diambil paksa oleh
Pemerintah China. Kadeer mengungkapkan, semua bisnis dan usaha yang
telah dirintis dengan keringatnya telah diakuisisi paksa oleh rezim
komunis. Namun, dia tetap tidak menyesal karena ingin melanjutkan
perjuangannya membela rakyat Uighur. “Orang Uighur menganggap saya
sebagai ibu spiritual mereka. Mereka melihat saya untuk membantu mereka
dari penderitaan mereka di bawah peraturan kejam China di Xinjiang.

Saya akan melakukan dengan seluruh kemampuan saya untuk membantu mereka
sehingga suatu hari mereka dapat hidup dengan martabat manusia dan
kemerdekaan.Agama sangatlah penting bagi saya dan rakyat saya.Tapi
perjuangan damai kami bukanlah perjuangan agama,”ujar Kadeer seperti
dikutip dari Epoch Times. Hingga tak kuat melihat penderita rakyat
Uighur, Kadeer pun mengikuti jejak sang suami terjun ke dunia aktivis
politik.

Sebenarnya Kadeer migrasi ke Urumqi pada 1981 setelah menikah dengan
suami keduanya,Sidik Rouzi.Sidik Rouzi dikenal sebagai penulis dan
aktivis Uighur yang terkemuka. Perjuangannya dalam membela etnisnya
banyak mendapatkan tantangan dan kecaman. Perempuan yang dilahirkan pada
21 Januari 1947 di lingkungan miskin kota Altay, Provinsi Xinjiang itu
bahkan pernah ditahan oleh Pemerintah China karena tuduhan melakukan
subversi pada Agustus 1999.

Ketika itu dia ditangkap dalam perjalanan untuk bertemu delegasi dari
Asyang guna melakukan klarifikasi terkait banyaknya tahanan politik di
Xinjiang. Partai Komunis China membebaskan dia pada 2005 untuk bergabung
bersama suaminya di Amerika Serikat,yang sejak saat itu menjadi tempat
pengasingan. Meski berbagai ancaman menghadang dan klaim bahwa
Pemerintah China menyimpan dendam pada keluarganya, Kadeer justru kian
berani dalam menyuarakan ketidakadilan kaum Uighur.

Alhasil, perjuangannya mendapatkan simpati dunia internasional. Hingga
Kadeer masuk nominasi peraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 2006 dan
menjadi Presiden Kongres Uighur Dunia. Berulang kali, Kadeer membantah
tudingan Pemerintah Cina bahwa dirinyalah yang menjadi arsitek di
belakang amuk massa di Urumqi, Xinjiang, 5 Juli lalu.Kerusuhan ini
menyebabkan 184 orang tewas.“‘Saya memperjuangkan hak-hak dasar Uighur
dan penentuan nasib sendiri,”katanya seperti dikutip BBC.

“Perdamaian yang sebenarnya tak akan bisa dicapai jika tak ada pengakuan
adanya diskriminasi etnik di Xinjiang,”imbuhnya. Kini Kadeer berkeliling
ke berbagai dunia untuk mencari dukungan. Di setiap pidatonya di selalu
berkata, “Saya Rebiya Kadeer. Saya seorang Uighur.” Dalam berbagai
kesempatan dan forum dia bercerita tentang dirinya dan tentang kaumnya.
“Kaum Uighur hidup di China seperti di dalam sebuah penjara raksasa,”
paparnya.

Ketika bepergian keliling dunia dalam balutan pakaian tradisional
Uighur, dia selalu berbicara dengan bahasa kaumnya. Dia bahkan telah
bertemu banyak politisi internasional, termasuk mantan Presiden AS
George W Bush. “Kaum Uighur adalah korban pemusnahan etnis,”tegas
Rebiya. (andika hendra m)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/259934/
Share this article :

0 komentar: