BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pemerintahan SBY dan Kebangkitan Indonesia

Pemerintahan SBY dan Kebangkitan Indonesia

Written By gusdurian on Selasa, 28 Juli 2009 | 12.08

Pemerintahan SBY dan Kebangkitan Indonesia

Setelah selama satu dekade dianggap sebagai “orang sakit dari Asia
Tenggara”, Indonesia saat ini sudah dapat melepaskan imej tersebut dan
bahkan dianggap sebagai role model atau anutan di kawasan regional.

Demokrasi telah berkembang dengan pesat dan perekonomian Indonesia
berhasil mengatasi krisis finansial global dengan lebih baik
dibandingkan negara-negara ASEAN lain. Tiga presiden yang berkuasa
setelah lengsernya Soeharto tidak banyak berhasil dalam mengatasi
masalah-masalah yang telah mengakar di negara ini.Kekerasan, kekacauan
politik,dan stagnasi perekonomian adalah hal-hal yang de rigueur dalam
periode tersebut.

Namun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil
mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan tersebut.Korupsi dan
kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa
tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY beserta
Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berhasil menciptakan kestabilan politik
dan ekonomi di Indonesia.

Walaupun dihadang berbagai bencana yang menimpa sejak SBY dan JK
menjabat pada 2004— tsunami, epidemi flu burung dan polio, serta
melambungnya harga minyak dunia—,Indonesia saat ini adalah negara yang
memiliki kestabilan struktural yang jauh lebih baik. Indonesia adalah
satu-satunya negara di kawasan regional yang berhasil mengatasi dan
mengalahkan mitos “demokrasi yang bermasalah”.

Indonesia telah berhasil melampaui masa-masa yang sulit di mana negara
ini pernah tersandera oleh anarkisme yang terjadi di seluruh negara
kepulauan ini. Dapat dikatakan bahwa “genie of violence” sudah berada di
dalam botolnya lagi. Kekhawatiran akan terpecahnya negara ini adalah
suatu hal yang usang.Tidak ada bukti akan adanya kekuatan sentrifugal
yang akan memicu “Balkanisasi” atau pecahnya Indonesia seperti yang
terjadi di negara-negara Balkan.

Tidak ada satu pun serangan teroris di Indonesia sejak 2005. Pencapaian
perekonomian oleh pemerintahan SBY sendiri juga tidak kalah signifikan.
Pada saat negara-negara lain mengalami “musim dingin ekonomi”,Indonesia
sepertinya bisa mengatasi badai ini dengan lebih baik. Namun, turunnya
bursa saham dan melemahnya mata uang rupiah menunjukkan bahwa Indonesia
memang tidak bisa menghindar sepenuhnya dari krisis keuangan dunia.

Perekonomian Indonesia memang tumbuh melambat seperti juga yang terjadi
di negara-negara lain.Ekonomi bertumbuh sebesar 5,2% pada kuartal
IV/2008 dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya akibat
menurunnya permintaan dunia terhadap produk-produk komoditas.Akibatnya,
perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar 6,1% pada 2008 dibandingkan
dengan 6,3% pada 2007.

Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 akan
lebih rendah dari tahun sebelumnya, berkisar antara 4,0% sampai
4,5%.Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,0% atau
bahkan lebih rendah apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari
perkiraan sebelumnya. Namun,pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini
akan jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.

Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah
efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang
tinggi dan pengurangan utang negara. Saat ini, Indonesia memiliki
perekonomian yang kuat dengan cadangan devisa sebesar USD58 miliar per
akhir Mei 2009 dan utang luar negeri yang lebih kecil dari 35%
PDB—dibandingkan dengan 77% dari PDB di tahun 2001.

Ini adalah salah satu rasio utang yang terendah di negara-negara ASEAN
kecuali dibandingkan Singapura yang tidak memiliki utang luar negeri.
Dunia pun mulai memperhatikan perkembangan ini. Di dalam publikasinya
tahun lalu, The Australian Strategic Policy Institute menyatakan bahwa
dunia perlu mengubah pola pandang mereka terhadap Indonesia dan mulai
memperlakukan Indonesia sebagai negara yang “normal” sebagaimana
negara-negara berkembang lain seperti Brasil, India,dan Meksiko.

*** Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa
perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai
Indonesia.Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama,
pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan
masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat,masih banyak warga Indonesia yang hidup
di bawah garis kemiskinan.

Sekitar 150 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses yang baik untuk
air bersih. Indonesia juga masih memiliki tingkat kematian ibu dan bayi
yang terburuk di kawasan Asia. Kedua, UU Ketenagakerjaan yang ada saat
ini memiliki implikasi terhadap berkurangnya daya saing Indonesia
sebagai salah satu perekonomian padat karya di Asia.

Demikian juga mengenai UU Agraria dan peraturan pertanahan yang membuat
investasi di bidang infrastruktur menjadi suatu proses yang
berbelit-belit. Ketiga,korupsi dari pihak yudisial mengakibatkan
lemahnya ikatan hukum dalam suatu kontrak. Memang,di pihak lain Komite
Pemberantasan Korupsi (KPK) telah banyak melakukan investigasi
kasus-kasus korupsi besar yang menjadi berita utama di berbagai media.

Adalah suatu kenyataan bahwa Indonesia masih terpuruk sebagai salah satu
negara yang paling korup di dunia.Berdasarkan penelitian Transparency
International dalam publikasinya yang berjudul 2009 Global Corruption
Barometer, Indonesia dianggap sebagai negara paling korup di Asia dengan
lembaga legislatif sebagai institusi publik yang paling korup, disusul
oleh lembaga yudisial dan polisi.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan
banyak perbaikan. Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan
hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan
hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang akan berjalan
untuk lima tahun ke depan lagi.(*)

Gita I Wirjawan Chairman
Ancora International


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/257789/
Share this article :

0 komentar: