BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » ”Religion Makes Sufferings Sufferable”

”Religion Makes Sufferings Sufferable”

Written By gusdurian on Jumat, 12 Juni 2009 | 13.45

”Religion Makes Sufferings Sufferable”

HIDUP ini indah dan menggairahkan, tetapi sekaligus penuh jebakan dan
kejutan tak terduga. Separah apa pun sakit seseorang, dia selalu ingin
berdoa dan berusaha sehat agar lebih lama lagi menikmati kehidupan.


Ini bukti bahwa pilihan untuk bertahan hidup lebih kuat ketimbang
mengakhirinya. Namun ada saja sekelompok orang yang tidak sanggup
menghadapi jebakan,kejutan,dan beban hidup ketika tiba-tiba musibah
menimpanya. Musibah itu bisa bersifat fisik berupa sakit parah, bisa
juga berupa hancurnya reputasi sosial yang telah dibangun bertahun-tahun
tiba–tiba terpeleset terkena skandal, yang membuatnya berantakan.
Akhir-akhir ini yang sering mengemuka adalah skandal korupsi yang
menyeret beberapa figur ternama masuk tahanan.

Saya pernahmembacakalimatdi atas,tapipersisnya lupa,entahdalam buku apa:
religion makes sufferings sufferable. Bahwa agama mampu membuat
penderitaan bisa tertahankan. Dengan kekuatan iman dan rasa kedekatan
dengan Tuhan, seseorang yang tengah terkena musibah, sebesar apa
pun,akan sanggup menanggungnya.Bagi penganut pahamMarxisme,
ungkapandiatasakan ditanggapi secara sinis dan negatif, bahwa fungsi
utama agama adalah bagaikan candu atau mariyuana yang bisameringankan
beban penderitaan seseorang,tetapihanya sementara karena sifatnya
manipulatif.

Meskipendapatdiatasadaunsur benarnya, bagi orang beragama kekuatan iman
itu nyata dan campur tangan Tuhan diyakini kebenarannya. Bukan sekadar
ilusi dan proyeksi psikologis. Iman bisa mendatangkan keajaiban. Minimal
sekali ketika seseorang memperoleh cobaan hidup amat berat, ketika yang
bersangkutan mengalami krisis kepercayaan kepada sesama manusia
untukmengatasinya,makalarikepada Tuhan akan sangat membantu.Di hadapan
Tuhan seseorang mengungkapkan seluruh beban hidupnya dan mohon campur
tangan-Nya karena yakin bahwa Tuhanlah Sang Pemilik kehidupan dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu.

Kebenaran ungkapan di atas pernah saya lihat dan dengar sendiri dari
berbagai pengakuan orang yang oleh dokter telah divonis tak akan lama
lagi hidupnya, tetapi ternyata vonis dokter tadi meleset. Pengakuan ini
saya dengar langsung antara lain ketika saya diundang menjadi narasumber
acara talk-show Kick Andy di Metro-TV. Acara itu menghadirkan
pribadipribadi optimistis yang akhirnya menang mengubah vonis dokter dan
sanggup melawan sakit yang tergolong berat di mana menurut dokter
kematian hanya menghitung bulan datangnya.

Apa rahasia kekuatan mereka? Pertama,mereka menerima kenyataan bahwa
dirinya sakit. Dengan sikap penerimaan ini seseorang secara psikologis
tidak perlu melakukan perlawanan dan pengingkaran akan situasi dirinya.
Seseorang rida dengan takdir yang menimpa dirinya.Bahwa sakit adalah
bagian dan kenyataan hidup yang datang kepadanya.Kedua, mereka yakin dan
optimistis bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya sebagaimana sabda
Rasulullah.

Ketiga, meskipun ilmu kedokteran sudah mengalami kemajuan sangat pesat,
mereka yakin capaian semua ilmu mesti memiliki batas. Dengan demikian,
kita mesti menghargai ilmu kedokteran, tetapi vonis dokter tidak
bersifat absolut dan final. Keempat, dukungan keluarga dan teman dekat
yang mereka terima sangat berharga dan besar sekali pengaruhnya untuk
selalu optimistis memandang masa depan dan memaknai
hidup.Kelima,keluarga meyakinkan mereka bahwa kelanjutan hidup mereka
sangat bermakna bagi orang lain.

Dukungan ini lalu menumbuhkan sikap percaya diri serta merasa dirinya
berharga sehingga sanggup bertahan dengan sakitnya, bahkan berusaha
untuk sehat kembali. Keenam,mereka memiliki niat dan tekad sangat mulia:
jika sehat kembali akan berbagi pengalaman kepada temannya yang sakit
dan putus asa, bahwa derita apa pun ada cara untuk mengatasi. Mereka
menyampaikan pesan agar kita semua pandai-pandai mensyukuri kesehatan
untuk banyak beramal kebajikan karena ketika sakit baru menyadari betapa
mahalnya sehat.

Ketujuh, di samping usaha medis, mereka menempuh juga tambahan
pengobatan alternatif lain selama tidak berbenturan dengan prinsip
kesehatan dan agama.Kedelapan, meski sakit jangan sampai kehilangan rasa
humor karena humor bisa mengurangi stres. Pandai-pandailah menertawakan
kelucuan dalam hidup, termasuk menertawakan diri sendiri ketika
menghadapi sakit. Kesembilan, mereka rajin berdoa secara tulus dan
sungguh-sungguh, yakin bahwa Tuhan Sang Pemilik kehidupan Mahakuasa
untuk menciptakan mukjizat, berkuasa menyembuhkan hamba-Nya yang sakit,
betapapun beratnya vonis dokter.

Demikianlah, manusia itu sesungguhnya dihadapkan pada beragam penyakit.
Hanya saja yang paling terasakan adalah penyakit fisik.Padahal
adakalanya penyakit mental tak kalah berat dan bahayanya ketimbang
penyakit fisik. Ada ungkapan, kadang manusia lulus ujian sehingga bisa
bersabar dan lebih dekat kepada Tuhan ketika ditimpa musibah, tetapi
gagal ujian ketika hidupnya senang dan berkelimpahan materi, pangkat,
serta pujian.

Ketika sehat dan berjaya, tidak mudah menangkal penyakit sombong, lupa
diri, kikir, seakan tidak lagi memerlukan Tuhan. Namun ketika musibah
berat datang, baru terbangun tersadarkan dari mimpinya. Bagi orang
beriman, di balik musibah apa pun yang terjadi pasti tersembunyi
bingkisan kasih Tuhan.Yang sulit dan kita kurang sabar tentu saja
bagaimana meyakini dan menemukan hikmah tadi sehingga musibah tadi tidak
saja sebagai teman, melainkan juga sebagai guru dan panggilan untuk
mendekat kepada Tuhan.

Di situlah judul di atas sangat tepat dan ungkapan yang lebih pas
adalah: strong faith makes sufferings sufferable. Iman yang kokoh akan
membuat seseorang tegar ketika diuji dengan penderitaan hidup. Tentu
saja kita berdoa,semoga terhindar dari musibah yang tak tertanggungkan
dan semoga tergolong menjadi hamba yang mampu bersyukur ketika kehidupan
berlangsung nyaman, damai, dan membahagiakan.

Allah berfirman, kalau kita bersyukur, Dia akan menambah lagi nikmat dan
kasih-Nya kepada kita. Namun, kalau tidak pandai bersyukur, apa pun yang
kita miliki ujungnya malah akan menyengsarakan. (*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/246298/38/
Share this article :

0 komentar: