BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Empat Gelombang Pancasila

Empat Gelombang Pancasila

Written By gusdurian on Jumat, 19 Juni 2009 | 13.18

Empat Gelombang Pancasila

Sejak pertama kali digagas tahun 1945, sejarah Pancasila dapat dibagi
atas empat gelombang melewati beberapa pemerintahan.

Gelombang pertama adalah saat penciptaan, gelombang kedua merupakan masa
perdebatan, pada gelombang ketiga dilakukan rekayasa, sedangkan dalam
gelombang keempat terjadi penemuan kembali. Tanggal 1 Juni 1945 Soekarno
berpidato di depan sidang BPUPKI menjawab pertanyaan ketua sidang
Radjiman Wedyodiningrat tentang dasar negara.

Memang sudah ada tokoh yang tampil sebelum Bung Karno seperti Soepomo
yang berpidato tentang perlunya rakyat, wilayah, dan pemerintahan.
Soepomo berbicara mengenai syarat berdirinya sebuah negara, bukan
tentang dasar negara. Pidato Soekarno disambut hangat dengan tepukan
sangat meriah.

Pada rapat 22 Juni 1945 tim sembilan yang diketuai Sukarno mencantumkan
tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945.Namun menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Hatta menerima pesan dari
masyarakat Indonesia bagian timur yang menolak masuk Indonesia bila
pernyataan itu dipertahankan.

Hatta kemudian merundingkannya, terutama dengan tokoh Islam. Akhirnya
dalam UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945,persoalan syariat itu
tidak dimasukkan, sedangkan sila pertama dilengkapi menjadi Ketuhanan
Yang Maha Esa.Oleh bapak-bapak pendiri negara, Pancasila yang menjadi
bagian dari pembukaan tidak dituliskan sesuai dengan urutan dan rumusan
tertanggal 1 Juni 1945,tetapi mengalami penyesuaian seperti yang kita
kenal sekarang.

Masa Perdebatan

Setelah Pemilihan Umum 1955 terbentuk Konstituante yang bertugas
merancang UUD.Ketika itu diperdebatkan apakah Pancasila sebagai dasar
negara atau ideologi lain? Para tokoh Islam seperti M Natsir dan HAMKA
dengan tegas mengajukan Islam sebagai pilihan. Para tokoh itu berdebat
dengan argumen yang disertai kata-kata yang sangat keras dan tajam.

Partaipartai Islam mendukung Islam sebagai dasar negara. Sementara itu
partai-partai nasionalis dan komunis mempertahankan Pancasila. Tidak ada
pihak yang mencapai 2/3 jumlah suara sehingga keputusan tidak dapat diambil.

Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang
membubarkan Konstituante dan menyatakan kembali ke UUD 1945. Berarti
yang diakui adalah Pancasila sebagai tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945.

Masa Rekayasa

Pada masa pemerintahan Soeharto, Pancasila dijadikan asas tunggal untuk
partai dan organisasi masyarakat. Awalnya ditentang berbagai
organisasi,tetapi pada akhirnya mereka tidak mempunyai pilihan lain.
Sejak 1 Juni 1970, peringatan hari lahir Pancasila dilarang Kopkamtib.

Jasa Soekarno yang pertama kali menggagas Pancasila direduksi dengan
menciptakan narasi sejarah baru bahwa ada orang lain yang berpidato
sebelum Bung Karno di sidang BPUPKI dan yang otentik memang pengesahan
Pancasila tanggal 18 Agustus 1945.

Pada buku-buku sejarah yang digunakan di sekolah diajarkan bahwa
Pancasila merupakan karya seluruh bangsa Indonesia sejak dari zaman
purbakala sampai masa sekarang. Upaya Nugroho Notosusanto itu ditolak
oleh panitia lima (Mohamad Hatta,Ahmad Subardjo, AA Maramis, Sunario,
dan AG Pringgodigdo) yang tidak digubris pemerintah.

Pada 13 April 1968 dikeluarkan keputusan presiden tentang rumusan resmi
Pancasila.Tahun 1968 didirikan laboratorium Pancasila di Malang dan tiga
tahun kemudian diterbitkan seri laboratorium ini bersamaan dengan
dokumen yang berisi sikap ABRI tentang Pancasila.

TAP MPR tentang Penataran Pancasila dikeluarkan tahun 1978. Pada era
Orde Baru Pancasila dijadikan asas tunggal bagi semua partai politik dan
organisasi masyarakat tanpa kecuali. Ideologi ini dikampanyekan secara
nasional dan lewat pendidikan sekolah.Penataran dilakukan secara
berjenjang dari tingkat direktur jenderal departemen sampai tingkat RT
dengan memakai anggaran negara.

Dalam tempo 10 tahun telah ditatar sebanyak 72 juta warga negara.
Hasilnya tidak jelas. Istilah Pancasila melebar sampai ada kesaktian
Pancasila, sepak bola Pancasila, dan es campur Pancasila. Namun
Pancasila yang diajarkan sudah direduksi menjadi sekian butir sifat yang
harus dihafal.Pancasila juga digunakan sebagai alat pemukul bagi
kelompok yang kritis. Orang yang menolak tanahnya digusur atau dibeli
murah dicap “tidak Pancasilais”.

Penemuan Kembali

Pada awal Reformasi, BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibubarkan, sedangkan penataran P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dihapuskan.Pancasila
tetap diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi.

Secara bertahap peringatan hari lahir Pancasila diselenggarakan kembali.
Walaupun pada mulanya ada rasa bosan dan jenuh terhadap penataran dan
slogan Pancasila yang selalu dikumandangkan rezim Orde Baru,kemudian
muncul kerinduan kembali pada ideologi ini.Suasana kesulitan ekonomi
yang dibayangi ancaman perpecahan mengakibatkan masyarakat menengok
kembali pada sesuatu yang bisa menjadi perekat bangsa.

Yang tepat untuk itu adalah Pancasila sebagaimana terbukti dalam
sejarah. Dari empat gelombang tersebut terlihat konflik dan konsensus
masyarakat mengenai Pancasila. Kalau kita sudah bersepakat Pancasila
dapat dijadikan alat pe-mersatu, mengapa masih mencari yang lain? Hal
itu hanya akan menimbulkan konflik baru.

Lebih baik perdebatan diarahkan bagaimana mengimplementasikan tiap sila
dalam menghadapi masalah internal dan eksternal kita sebagai bangsa dan
negara sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu pendidikan
Pancasila di sekolah dan perguruan tinggi agar dilaksanakan dengan
metode dan substansi yang lebih menyegarkan dan diajarkan secara
dialogis.(*)

Asvi Warman Adam
Ahli Peneliti Utama LIPI


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/243512/
Share this article :

0 komentar: