BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » PARTAI-PARTAI MENGUKUR DIRI

PARTAI-PARTAI MENGUKUR DIRI

Written By gusdurian on Selasa, 05 Mei 2009 | 10.11

PARTAI-PARTAI MENGUKUR DIRI


NomorT15012119
Edisi15/01
Halaman07
RubrikNasional
SubyekPEMILIHAN UMUM 1971
PARTAI POLITIK
WAWANCARA
12 Jun 1971



Deskripsi
WAWANCARA TEMPO DENGAN PARA TOKOH PARTAI POLITIK TENTANG
PERSIAPAN PEMILU 1971. MEREKA OPTIMIS PARTAINYA MERAIH KURSI
DI DPR. PNI, NU, PSII, PERTISI & PARKINDO MENGHARAPKAN
DUKUNGAN DAERAH.




SERANGKAIN pertanjaan mengenai keadaan masing-masing partai
sekarang, perkiraan serta langkah jang akan didjalankan
mendjelang dan sesudah pemilu telah diadjukan TEMPO kepada
pimpinan partai-partai di Djakarta. Ketjuali dari IPKI -- Achmad
Sukarmawidjaja -- jang tidak berhasil ditemui karena kampanje
keluar kota -- berikut adalah petikan dari hasil wawantjara
tersebut:

M. ISNAENI, 51 tahun, Ketua PNI: "PNI sekarang kerdja keras
untuk minimal mempertaruhkan 78 kursi. Suara diharapkan dari
Djawa, Bali, Lampung dan Sumatera Uiara. Setjara historis rakjat
bernaung dibawah PNI, karena ini adalah wadah para pedjoang
kemerdekaan dulu. Memang alternatif dalam pemilu kalah alau
menang dan kalau kita kalah. kita akan lebih giat berdjuang.
Kelebihan suara? Ja, kita pakai sendiri, masak dikasih-kasih
sama orang lain. Tapi terang PNI tidak akan membubarkan diri,
paling kami akan mawas diri apa sebab kami kalah. Jang penting
djangan sampai ada ketjurangan dalam pemilu nanti, sehingga biar
kalah tapi setjara ksatria. Misalnja, mengapa 3 Djuli tidak
dinjatakan hari libur, padahal pemilu adalah peristiwa nasional
maha besar. Disamping itu mengapa harus ada TPS dikantor-kantor?
Di Parlemen nanti, PNI akan memprioritaskan perundang-undangan
jang ditetapcan MPRS dan djuga RUU jang belum selesai seperti
RUU Hankam. Pemungutan suara atau musjawarah mufakat, PNI
pokoknja setudju pada apa jang telah ditetapkan konstitusi.
Banjak atau sedikit partai itu tidak soal. Jang penting
pengetrapannja harus sesuai dengan alam Pantjasila. Hemat saja
setidaknja ada tiga grup jaitu nasionalis, Islam dan
Kristen/Katolik. Didalam PNI sudah ada peremadjaan, 40O adalah
tenaga-tenaga muda" .

JUSUF HASJIM, 42 tahun, Sekdjen NU: "Sekarang ini ada usaha
untuk mempersetankan partai politik. Tapi apa daja, kami tak
punja media membantahnja. NU optimis bisa dapat 100 kursi, tapi
perhitungan tepatnja masih sulit karena poll pendapat umum belum
lantjar. Massa NU terbesar di Djawa Timur. Orang memilih NU
karena NU punja sistim komunikasi dari pimpinan atas kebawah.
Pada perajaan-perajaan jang berhubungan dengan agama Islam dapat
digunakan untuk berhubungan dengan anggota. Disamping itu jang
menarik orang masuk NU adalah faham Islam Ahlussunnah wal
Djanah. Saja tidak ngetjap, NU punja 17.000 madrasah diseluruh
Indonesia dengan 4 djuta murid. Djadi tidak benar kalau partai
tidak berbuat apa-apa. Tapi adanja tekanan-tekanan pada massa NU
malah menguntungkan, karena djustru membangkitkan rasa persatuan
dalam NU: "Sekiranja NU kalah? Saja kira tidak tapi kalau itu
terdjadi kami akan berada dari kekalahan itu. Tentang
kemungkinan kelebihan suara, telah ada stembus accord antara
partai-partai Islam. Achir Djuni nanti NU akan menentukan
sikapnja terachir. Mengenai sistim mengambil keputusan di
Parlemen nanti, memang konsekwensi demokrasi jang ketjil baru
tunduk pada keputusan terbanjak. Banjak sedikitnja partai tidak
soal. Negeri Belanda banjak partainja, toch keadaannja stabil.
Tentang pengelompokan golongan itu tergantung hasil pemilu
nanti. Menurut tjatatan ada 14 djuta anggota dan simpatisan NU.
Kami sudah mengadakan peremadjaan. Tapi diantara tjalon NU 18
jang ditjoret adalah orang-orang muda".

BUSTAMAN SH, Sekdjen PSII: "Soal kursi sekunder bagi PSII. Jang
penting mentjiptakan situasi dan kondisi demokratis menurut UUD
45. Kami mengharapkan dapat suara dari daerah-daerah Sulawesi
disemua propinsi, Atjeh Sumatera Utara dan Barat. Orang memilih
PSII karena kami menjuarakan kepastian hukum, mendesak
pelaksa-naan demokrasi dan bergerak menentang kemaksiatan. PSII
tidak akan bertambah ketjil dengan pemilu jang akan datang.
Tekanan-tekanan? Kami selalu menempuh djalan hukum. Sekiranja
Golkar menang mutlak, kami akan memelopori menegakkan hukum dan
konstitusi. Mungkin dalam pemilu jang lain PSII akan tampil
sebagai pemenang. Sebab djelas, kemakmuran tidak bisa tanpa
keadilan. Jang harus diperdjuangkan partai-partai dalam parlemen
sesudah pemilu tentu sadja menurut urgensinja. Keputusan di
Parlemen nanti sebaiknja keputusan penting diambil dengan suara
2/3, masalah umum dengan suara ditambah 1. Tentang pengelompokan
golongan sebaiknja dilaksanakan Fasal 28 UUD 45. PSII punja
anggota inti 3 djuta dan menurut perkiraan kami dalam pemilu
nanti kita akan dapat 12 djuta. Peremadjaan dalam tubuh partai
sudah kami lakukan, tapi remadja bagi PSII bukan soal tua atau
muda, ukuran kami adalah taqwanja" .

HARRY TJAN SILALAHI, 33 tahun Sekdjen Partai Katolik: "Partai
Katolik tidak pernah menjetudjui pemilu diadakan segera", kata
Harry Tjan jang dapat tambahan nama Silalahi ketika dulu ia
berkundjung ke Tapanuli. "Tentang pasal 34 UU Pemilu, Itu adalah
pasal status-quo. Perkiraan kami akan dapat kursi 11 sampai 15,
terutama kami mengharapkan daerah Nusatenggara Timur, Kalbar,
Sumut, Djateng, Jogja dan Maluku Tenggara. Orang memilih Partai
Katolik, sebagian karena faktor tradisionil, sebagian karena
program dan tjalon-tjalonnja. Kalau kalah? Tidak dapat kursi
bukan kalah! Partai adalah alat dan bukannja tudjuan. Kalau ada
orang lain jang melaksanakan ide kita, kita berterimakasih. Tiga
tahun jang lalu malah Partai Katolik telah mengumumkan
kesediaan-nja membubarkan diri dengan kondisi-kondisi tertentu".

"Stembus accord, partai Katolik tidak ada. Kalau kelebihan suara
jang terbuang. Ketjuali untuk tingkat wilajah, di Maluku
misalnja kita kerdjasama dengan PSII, di Lampung dengan PNI dan
di Jogja dengan Parkindo. Bagaimanapun setelah Pemilu akan ada
koalisi sebab problim pokok jang dihadapi toh sama. Di Parlemen
nanti Partai Katolik terutama akan memperdjuangkan
UU20Pendidikan, sektor ekonomi dan budaja sebagai prioritas. UU
Kepartaian sulit dibitjarakan sampai tahun 1973, karena itu
salah satu aspek perombakan struktur politik. Keputusan, pada
tingkat pertama hal-hal jang prinsipiil masih perlu musjawarah.
Kebenaran djustru kadang-kadang datangnja dari golongan ketjil.
Jang menjangkut teknis memang tidak perlu bertele-tele dan
adakan pemungutan suara. Soal pengelompokan, pada suatu waktu
kita akan menudju pada dua pola, jaitu partai pemerintah dan
oposisi. Tapi diluar itu pengelompokan sebaiknja pengelompokan
sekuler, artinja menurut jang sefaham teori-teori politik
tertentu. Misalnja di Labor dan Conservative di Inggeris,
Republik dan Demokrat di AS. Peremadjaan? Dalam Partai Katolik
pimpinan kebanjakan sekarang antara 40 - 45, angkatan Pak Seda.
Saja sendiri dibawah 40 jam masuk partai baru tahun 1965".

DR. SULASTOMO, Sekdjen Parmusi: Ia optimis Parmusi akan bisa
mentjapai 50 kursi. Dan ia pertjaja tak ada fihak jang menang
mutlak dalam pemilu nanti. "Kami tidak berfikir kalah", kata
Sulastomo ketika ditanja sekiranja kalah. Seluruh Sumatera,
Djakarta Raya, Djabar, Djatim dan Sulawesl adalah daerah-daerah
dimana Parmusi mengharapkan akan banjak mendapat suara. Menurut
Sulastomo, kelebihan Parmusi dibandingkan dengan Partai lain
ialah tjalon-tjalonnja umumnya dari generasi setelah 1955.
Sistim banjak partai sekarang, tidak perlu diteruskan. Banjak
partai setidak-tidaknja menghambat pengambilan putusan.
Penjederhanaan dengan tjara pengelompokannja diperketat. Jang
ideal di jumlah partai di Indonesia, dilihat dari latarbelakang
sedjarahnja terang lebih dari dua, paling sedikit tiga jaitu
Persatuan, Pembangunan dan Golkar. Tapi soal ideal atau tidak
harus dilihat dari kepentingan nasional.

Soal pengambilan keputusan di Parlemen nanti, sebenarnja + 1
plus X sudah memenuhi azas pemungutan suara. Hanja sadja
pemakaiannja perlu berhati-hati

HADJI RUSLI HALI, Ketua Umum Perti: "Kami tidak menentukan
target. sebab kalau dihitung-hitung berdasarkan utjapan dari
parpol lama dan Golkar, Perti tidak kebagian lagi". Katanja,
orang memilih Perti karena program, doktrin dan tidak kalal
penting karena tanda gambar partai ini. Dan lagi aktivitas Perti
masih baru sehingga kurang melakukan kesalahan. Perti mengharap-
kan suara dari Djabar Atjeh, Sumber, Riau dan Bengkulu. Kalah'?
Di Indonesia ini tidak mungkin partai Islam mengalami kekalahan.
Kalaupun itu terdjadi sementara sadja. Soal tjara mengambil
keputusan di Parlemen nanti, hendaknja didasarkan pada kelebihan
suara. Tapi ada djeleknja: 2 insinjur misalnja bisa dikalahkan
oleh 3 kuli, meskipun pada kenjataannja 1 insinjur bisa
membawahi 10 tukang. Sesudah pemilu dengan sendirinja terdjadi
penjeder-hanaan partai. Adanja Golkar sekarang membantu kearah
itu. Menurut Rusli Halil, jang ideal djumlah partai di Indonesia
adalah 2 jaitu agama dan nasional. Anggota Partai Islam Perti
sekarang terdaftar 6 djuta orang -- menurut Rusli.

SABAM SIRAIT, 34 tahun. Sekdjen Parkindo: Katanja orang memilih
Parkindo karena tjalon-tjalon jang diadjukan disamping karena
Parkindo berdjuang untuk tjita-tjita demokrasi. Soal
tekanan-tekanan? Sabam, seperti biasanja, bitjara keras. Team
Safari ke Sumut kami imbangi dengan film. Toyota dari pemerintah
hanja Parkindo jang membawanja keluar Djawa jaitu ke Sumatera
20Utara. Kalau Parkindo kalah'? Belum memikirkan alternatif
membubarkan diri. "Kami akan mengusahakan memodernisir partai
menudju pemilu 1976. Kami ingin mendidik masjarakat bahwa tidak
menjetudjui kebidjaksanaan pemerintah bukan berarti anti
Republik. Tapi menurut Sabam, hanja Irian Barat jang meragukan.
Ada lima balon untuk DPR Pusat disana, dan diantaranja ala jang
dikeluarkan Jang diharapkan20dari Sumut, Nusatenggara Timur.
Suku Maluku Sulsel, Kalteng dan Kaltim. Katanja anggota Parkindo
sekarang 1 djuta. Tahun 1955 terdaftar 250.000 sedang jang
menusuk l djuta. Maka pemilu sekarang diperkirakan jang nusuk
Parkindo bisa 6 kali 1 djuta. Parkindo sampai sekarang belum ada
stembus accord. Kalau Golkar tidak menang mutlak'? Jang terang
sulit kalau Golkar melakukan oposisi dan partai-partai
berkoalisi. Jang paling mungkin adalah koalisi antara Golkar dan
golongan lain. Parkindo akan melihat kemungkinan koalisi
tersebut. Di Parlemen nanti jang paling penting dibitjarakan
adalah Undang-Undang Kepartaian Mengenai Undang-undang Hankam
perlu ditegaskan bahwa Angkatan Bersendjata adalah benar-benar
petugas negara, fungsi ABRI tidak semata-mata ditentukan ABRI
tapi djuga oleh rakjat. Menteri Hankam tidak harus seorang
militer. Pemungutan suara mungkin masih harus dipakai baik
musjawarah maupun pemungutan suara.

MAROETO NITIMIHARDJA, 64 tahun, Pedjabat Ketua Umum Murba:
Target Murba 20 kursi dan Maroeto optimis terutama dari Djawa
Barat dan Djawa Tengah. Praktisnja Murba tidak merasa mendapat
tekanan. Kalau tidak dapat suara, partai toch tetap masih ada,
sebagai partai lokal atau bergabung dengan partai lain. Namun
Murba belum memikirkan untuk membubarkan diri. Apa jang nanti
akan diperdjuangkan Murba di Parlemen, terus terang sampai
sekarang Murba belum akan memikirkan semua persoalan. Soal tjara
mengambil keputusan deparlemen variasinja banjak, soalnya
memilih mana jang paling menguntungkan. Soal sistim kepartaian
kita sekarang? Sulit pemetjahanja. Keanggotaan partai bisa
bekurang, misalnja PNI dipaksa masuk Kokar Mendagri/Golkar, tapi
pengaruh-nja belulm tentu berkurang. Maroeto mengatakan setudju
dengan peremadjaan dalam partai, asal mengarah kepada
progresivitas dan bukannja reaksioner. Katanja tahun 1964
anggota Murba tertjatat 2 djuta.

Pada konperensi pers Murba 31 Mei jang lalu, didjelaskan oleh
Maroeto bahwa kedalam Murba sekarang telah menggabungkan diri
pula PSI dan Partindo. Dalam tjalon Murba terdapat 7 balon bekas
tokoh PSI, satu diantaranja L.M. Sitorus jang sekarang djadi
Sekdjen dalam Murba.


http://www.pdat.co.id/tempo/view_article.php?article_id=60855
Share this article :

0 komentar: