BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Mata Rantai Bernama ’R’

Mata Rantai Bernama ’R’

Written By gusdurian on Senin, 20 April 2009 | 14.07

Mata Rantai Bernama ’R’
Jhonny Allen Marbun berkukuh tak menerima duit Rp 1 miliar seperti disebut Abdul Hadi Djamal. Asisten pribadinya menjadi kunci penting untuk soal ini.

YANG ditunggu akhirnya datang juga. Turun dari mobil Ford Everest-nya yang berhenti di depan tangga pintu masuk Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jhonny Allen Marbun langsung bergegas masuk. Ia tak menggubris pertanyaan puluhan wartawan yang mengepungnya. Dengan tangkas dokter hewan itu meloncat ke dalam lift yang langsung membawanya ke lantai delapan.

Di sini sejumlah penyelidik KPK sudah menunggunya. Jhonny langsung diminta memasuki kamar pemeriksaan. Tak lebih dari tujuh jam, Senin pekan lalu, Wakil Ketua Panitia Anggaran sekaligus anggota Komisi Perdagangan DPR tersebut diperiksa KPK. Sekitar 20 pertanyaan diberondongkan penyelidik ke pria kelahiran Pangururan, Sumatera Utara, 49 tahun silam itu.

Pada pukul 15.00, Jhonny keluar dari Gedung KPK. Begitu melihat bosnya sudah keluar, 13 pengawal Jhonny yang berbadan tegap langsung menempel rapat. ”Pokoknya, saya tidak tahu persoalan yang dilakukan orang lain. Tanya saja kepada Abdul Hadi Djamal,” katanya ketika seorang wartawan bertanya perihal duit Rp 1 miliar yang disebut-sebut telah diterimanya. Dengan cepat Jhonny masuk ke mobilnya dan melesat meninggalkan KPK.

l l l

JHONNY diperiksa KPK dalam kaitannya dengan kasus Hadi Djamal, anggota Komisi Perhubungan DPR, yang ditangkap KPK pada Senin 2 Maret di bawah jembatan Casablanca, Jakarta Selatan. Sewaktu ditangkap, Hadi Djamal berada di dalam mobil Darmawati Doreho, Kepala Tata Usaha Distrik Navigasi Tanjung Priok, Departemen Perhubungan. Saat itu Hadi Djamal menumpang mobil Darmawati.

Dari dalam mobil Honda Jazz biru milik Darmawati inilah petugas menemukan duit US$ 90 ribu dan Rp 54,5 juta—total sekitar Rp 1 miliar—yang membuat keduanya tak berkutik. Selain menangkap Hadi Djamal dan Darmawati, KPK juga membekuk Hontjo Kurniawan, Komisaris Utama PT Kurnia Jaya Wira Bakti. Petang itu ketiganya baru saja melakukan pertemuan di rumah makan Sari Kuring, Jakarta Pusat.

Kasus ini diduga erat berkaitan dengan soal penambahan dana anggaran stimulus dengan nilai total Rp 12,2 triliun yang tengah dibahas Panitia Anggaran. Di sini Hontjo, pengusaha yang kerap mengerjakan proyek Departemen Perhubungan di wilayah timur, merapat ke Darmawati, bekas Kepala Seksi Perencanaan Perhubungan Laut.

Pengusaha ini mengincar sejumlah proyek yang didanai anggaran itu. Misalnya pembangunan Pelabuhan Selayar, Pelabuhan Bone, dan Bandara Toraja, yang total nilainya sekitar Rp 100 miliar. Lewat Darmawati ini pula Hontjo kemudian mengenal Hadi Djamal, yang juga anggota Panitia Anggaran. Hadi Djamallah yang kemudian membawa permintaan Hontjo itu ke Jhonny. ”Hontjo menyatakan ia menyediakan dana Rp 3 miliar agar proyek-proyek itu disetujui,” ujar sumber Tempo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Antasari Azhar, menyatakan kasus ini memang berkaitan dengan pembangunan proyek Departemen Perhubungan.

Kepada KPK, Hadi Djamal bernyanyi nyaring perihal aliran dana itu. Ia mengaku Hontjo sudah menurunkan duitnya tiga kali. Tujuan akhirnya, agar Panitia Anggaran meloloskan sejumlah proyek yang diincar pengusaha asal Surabaya itu. Nah, menurut Hadi Djamal, duit dari Hontjo Rp 1 miliar juga sudah ia ”setorkan” ke Jhonny. Untuk memuluskan rencana itu, menurut sumber Tempo, Jhonny dan Hadi Djamal ”berkoordinasi” dengan Panitia Anggaran lainnya, Enggartiasto Lukita. Beberapa jam sebelum ditangkap KPK, Hadi Djamal bertemu Enggar di kantor bekas Ketua Real Estate Indonesia (REI) itu, di Kebayoran Baru, untuk membicarakan anggaran stimulus.

Selain ke Jhonny, duit itu, menurut sumber Tempo, sempat juga masuk ke ”ruang kerja” anggota Fraksi Partai Amanat Nasional lainnya, Arbab Paproeka, US$ 40 ribu (sekitar Rp 400 juta). ”Uang itu dititipkan ke staf pribadi Arbab,” ujar sumber Tempo itu. Kepada Tempo yang mendatangi lantai 19 ruang kerja Arbab, Fiar, staf Arbab, mengaku dititipi uang oleh Hadi Djamal. Ia menegaskan uang itu bukan untuk diserahkan ke Arbab. ”Beberapa saat setelah ditangkap, Hadi Djamal menelepon saya, meminta uang itu dikirim ke KPK,” ujar Fiar. Adapun Arbab menyatakan tak tahu-menahu soal duit itu. ”Saya tidak ada hubungannya dengan soal itu,” ujar Arbab.

Hadi Djamal juga menyebut pertemuan antara beberapa orang dari Panitia Anggaran dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, di Hotel Four Seasons, Jakarta, pada 19 Februari, sebagai awal kasus ini. Dalam pertemuan yang juga dihadiri Jhonny itu, menurut Hadi Djamal, juga dibahas proyek-proyek yang diincar Hontjo. Pengakuan Hadi Djamal ini mengejutkan banyak orang. ”Saya meminta dia berterus terang saja,” kata Mohamad Iskandar, pengacara Hadi Djamal.

Semua anggota DPR yang namanya ”didendangkan” Hadi Djamal menampik disebut terlibat ”kasus Hadi Djamal” ini. Kepada wartawan di DPR, Jhonny menegaskan dirinya tak pernah menerima duit itu. ”Satu perak pun sejak jadi anggota Dewan saya tidak pernah terima dari Hadi Djamal,” katanya. Jhonny juga mengirim surat ke Panitia Anggaran, menegaskan yang dikatakan Hadi Djamal tak benar. Soal pertemuan Four Seasons, Jhonny menyatakan tak ada kaitannya dengan proyek Departemen Perhubungan.

Pernyataan sama keluar dari Anggito Abimanyu. Menurut dia, pertemuan itu untuk membahas kenaikan stimulus. ”Saya tidak bicara proyek per proyek. Saya tidak terlibat dan tidak ada pembicaraan sedikit pun dalam pertemuan itu mengenai rincian proyek-proyek di Departemen Perhubungan,” katanya.

Enggartiasto, yang Senin pekan lalu diperiksa, juga membantah dirinya terlibat kasus Hadi Djamal. Menurut Enggar, pertemuan di Four Seasons tak ada kaitannya dengan proyek Departemen Perhubungan. Ia juga membantah membuat pertemuan dengan Hadi Djamal. ”Di kantor saya ada pertemuan, tapi bukan dengan AHD, saya undang pejabat Departemen Perhubungan, karena malam itu harus selesai dan ada pengurangan anggaran,” katanya kepada Tempo, Kamis malam pekan lalu.

l l l

JHONNY Allen bisa membantah soal ini. Sebuah sumber Tempo menyebutkan, Jhonny memang tak menerima duit itu langsung dari Hadi Djamal. Tapi sumber ini menyebut sebuah nama: Resco. ”Duit itu diberikan lewat R,” ujar sumber. Dari penelusuran Tempo, Resco adalah staf khusus Jhonny Allen. Resco kerap mendampingi Jhonny dalam acara-acara di luar kantor. ”Dia dibawa Jhonny dari Papua,” ujar sumber itu, menyebut asal daerah pemilihan Jhonny pada 2004 yang berhasil membuat dirinya masuk Senayan.

Haeri Parani, pengacara Hadi Djamal lainnya, tak membantah adanya sosok Resco ini. ”Benar, dia mata rantai penting,” ujar Haeri. Menurut Haeri, memang dalam pengakuannya kepada penyelidik, Hadi Djamal menyatakan menyerahkan duit Rp 1 miliar kepada Resco. Penyerahan dilakukan pada 27 Februari lalu di Hotel Ritz Carlton, Kuningan. ”Istilahnya, itu poskonya,” ujarnya. Karena itu, menurut Haeri, KPK semestinya juga memeriksa Resco. Dihubungi pekan lalu, juru bicara KPK, Johan Budi S.P., menyatakan belum mengetahui apakah KPK sudah memanggil Resco atau belum. ”Akan saya cek dulu,” kata Johan.

Adapun Resco kini raib entah ke mana. Tempo, yang mendatangi ruang kerja Jhonny Allen di lantai sembilan gedung DPR, Senin pekan lalu, tak menemukan Resco. ”Sejak sekitar sebulan lalu Pak Resco tidak pernah lagi terlihat,” ujar beberapa karyawan DPR yang bertugas di lantai sembilan.

Naek Siregar, sekretaris Jhonny, membenarkan atasannya memiliki asisten pribadi bernama Resco. Sementara Naek merupakan penugasan Fraksi, Resco adalah ”bawaan” Jhonny. Saat ditanya di mana sang ”aspri” itu kini, wajah Naek langsung berubah. ”Saya tidak tahu, itu bukan urusan saya,” ujarnya sembari meninggalkan Tempo.

Di Jayapura, sejumlah pengurus Partai Demokrat juga mengaku tak mengenal Resco. ”Tidak ada nama kader atau simpatisan Partai Demokrat bernama Resco di Papua,” ujar Manu Mulait, Sekretaris Pengurus Cabang Partai Demokrat Kabupaten Puncak Jaya, kepada wartawan Tempo di Jayapura, Cunding Levi.

Dihubungi pada Kamis pekan lalu, Jhonny Allen dengan nada keras menyatakan tak tahu-menahu perihal Resco itu. ”Tanyakan saja itu kepada Hadi Djamal,” katanya.

Mata rantai ini, yang sampai kini belum terdengar suaranya, memang harus ditemukan. Dari pengakuan ”R” inilah—jika ia berkata jujur—kelak bakal terbukti, siapa yang pembohong: Hadi Djamal atau Jhonny.

L.R. Baskoro, Anne L. Handayani, Rini K., Akbar Tri Kurniawan

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/04/20/KRI/mbm.20090420.KRI130116.id.html
Share this article :

0 komentar: