BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Kalau Pasien Puas, Kami Juga Merasa Puas

Kalau Pasien Puas, Kami Juga Merasa Puas

Written By gusdurian on Minggu, 19 April 2009 | 13.07

Prof dr Muhammad Sjaifuddin Noer SpB Sp BK
Kalau Pasien Puas, Kami Juga Merasa Puas

Meski memimpin sebuah tim besar setiap kali melakukan operasi bedah plastik, lelaki ini memilih bersikap low profile.

Bersama beberapa dokter spesialis dari disiplin ilmu kedokteran berbeda-beda, Prof dr Muhammad Sjaifuddin Noer SpB Sp BK, Selasa lalu tampak sibuk membolak-balik sebuah boneka kembar yang perutnya menempel, yakni miniatur bayi kembar siam.

Meski sudah bertitel profesor, Sjaifuddin tampak tak canggung mendapatkan pengarahan dari beberapa dokter lainnya untuk sesekali membalik, kemudian menjungkirkan posisi boneka tersebut.

Saat itu, disaksikan beberapa profesor dari berbagai disiplin ilmu kedokteran, wartawan, serta orang tua kembar siam Janeetra-Janeeta, Yus Aminuddin dan Noer Rochma, Prof Sjafruddin memang sedang menggelar simulasi operasi pemisahan terhadap bayi Janeetra-Janeeta yang akan dilakukan keesokan harinya.

Setelah menggelar simulasi dan berdiskusi dengan beberapa profesor, dokter spesialis, serta perawat yang akan melakukan proses pembedahan, simulasi yang dilakukan di salah satu ruangan Rawat Anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo, Surabaya, ini pun akhirnya berakhir dengan proses tumpengan diiringi doa untuk kelancaran operasi. "Sebagai manusia biasa, tetap bisa salah meski sudah ratusan kali saya memimpin operasi, tapi setiap kali operasi tetap harus simulasi dulu," kata ahli bedah plastik yang juga putra mantan Gubernur Jawa Timur Muhammad Noer ini.

Ketika proses pembedahan terhadap Janeetra-Janeeta yang dilakukan keesokan harinya, Sjaifuddin tampak tetap berkonsultasi dan beberapa kali mendapatkan masukan dari tim dokter yang menemaninya untuk melakukan operasi pembedahan.

Dari sebuah layar televisi yang menyiarkan secara langsung proses pembedahan ini, meski terlihat para dokter yang dipimpin Sjaifuddin saling memberi masukan, seperti diperkirakan, operasi tetap berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal bisa berakhir dalam waktu sekitar enam jam. "Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai dengan perkiraan kami," kata Sjaifuddin sesaat setelah memimpin operasi.

Pria lulusan spesialis bedah plastik Universitas Indonesia pada 1988 ini memang tergolong paling senior untuk urusan bedah di RSUD Dr Soetomo. Karena itu, tak mengherankan jika hampir seluruh proses operasi bedah berskala besar di rumah sakit itu selalu dia pimpin.

Bahkan, operasi rombak wajah (face off) terhadap Siti Nujazila alias Lisa juga dipercayakan sepenuhnya oleh pihak RSUD Dr Soetomo kepada dirinya. "Saat itu meski sama sekali belum pernah melakukan, tapi dengan Bismillah, kami yakin bisa menangani Lisa," ujar dia.

Dia mengisahkan, saat pertama kali menerima Lisa, dia yang diserahi mandat dari Direktur RSUD Dr Soetomo saat itu langsung membentuk tim yang terdiri dari berbagai dokter spesialis dalam disiplin ilmu berbeda.

Setelah itu, karena di Indonesia baru pertama kalinya melakukan face off, tim ini lantas mencari literatur face off dari luar negeri. "Kami menemukan di Argentina ada tiga kali operasi seperti Lisa yang diambilkan dari kulit punggung," lulusan S1 Kedokteran umum Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada 1984 ini menuturkan.

Dari literatur inilah lantas Lisa diputuskan untuk dilakukan pergantian kulit muka yang diambilkan dari sisi kulit punggung. Hasilnya, saat ini kondisi Lisa terus membaik dan tinggal menyelesaikan beberapa problem kecil seperti mempercantik bagian kulit kelopak mata serta menghilangkan beberapa parut di kulit.

Lebih lanjut, pria kelahiran 16 Agustus yang merahasiakan tahun kelahirannya ini mengaku sangat puas atas hasil yang dilakukan oleh timnya terhadap Lisa. "Meski belum sempurna, prinsip kami, jika pasien puas, kami juga merasa puas," kata peraih gelar profesor dari hasil penelitian mengenai peran bedah plastik dalam penanganan celah bibir dan langit-langit secara paripurna ini. ROHMAN TAUFIQ.

Memperbaiki yang Tidak Normal Menjadi Normal

Selama ini orang selalu berbeda persepsi tentang bedah plastik. Padahal, Menurut Prof dr Muhammad Sjaifuddin Noer SpB Sp BK, bedah plastik sebenarnya tidak ada hubungannya dengan benda ataupun bahan dari plastik.

Istilah plastik berasal dari kata placticos yang berarti 'mengolah' atau 'membentuk'. Karena itu, bedah plastik sebenarnya adalah cara medis untuk memberi atau menambahkan pada bagian organ tubuh yang kurang serasi. "Dan inilah yang kami lakukan pada Lisa," kata dia.

Teknologi bedah plastik saat ini sudah sangat memungkinkan bagi semua orang untuk memperbaiki penampilan fisiknya. Bedah plastik secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu bedah rekonstruksi dan bedah estetik/kosmetik. Bedah rekonstruksi dilakukan untuk memperbaiki yang tidak normal menjadi normal atau mendekati normal. Sedangkan bedah estetika dilakukan untuk mengubah dari keadaan normal menjadi supernormal atau membuat lebih baik.

Bedah plastik juga kian menjadi kebutuhan seiring dengan tren gaya hidup seseorang. Kebutuhan untuk bisa berpenampilan lebih sempurna, menjadikan para ahli bedah plastik menjadi rujukan tidak saja kaum wanita, tetapi juga lelaki. "Bedah plastik kian menjadi tren karena orang, terutama wanita, ingin tampil lebih cantik," ujarnya.

Bedah plastik tidak menyalahi norma-norma agama. Apalagi jika dilakukan untuk tujuan yang positif. Toh keahlian sebagai dokter spesialis bedah plastik juga merupakan karunia dari Tuhan. "Kebutuhan untuk tampil lebih sempurna adalah sesuatu yang wajar," ujarnya. ROHMAN TAUFIQ



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/18/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090418.162832.id.html
Share this article :

0 komentar: