Berkaca pada Semangat Kartini
“Masing-masing sendiri-sendiri memang dapat berbuat sesuatunya akan memajukan bangsa kami. Tetapi apabila kita berkumpul, bersatu,mempersatukan tenaga, bekerja bersama-sama untuk usaha itu akan lebih besar hasilnya.”
RA Kartini Rangkaian kalimat itu selalu terngiang-ngiang dalam benak saya yang mendambakan persatuan bangsa ini untuk selalu berlari berakselerasi menuju kebaikan serta bayangan manis kemajuan perempuan yang juga menjadi bagian darinya.
Itu adalah salah satu pemikiran Raden Ajeng Kartini (1879–1904), seorang gadis muda yang berharap dapat memberikan sumbangan bagi semakin cerahnya masa depan kaum perempuan golongannya. Dia merupakan perempuan tersohor yang selalu berusaha agar semua perempuan Indonesia dapat senantiasa berperan dalam setiap sendi kehidupan berbangsa. Hari ini adalah peringatan 130 tahun lahirnya Kartini.
Selebrasi ini selayaknya menjadi penyemangat bagi para pejuang kemajuan kaum perempuan. Dengan memperingatinya kita akan kembali terkenang bagaimana perjuangan Kartini yang ingin menerobos batasan-batasan yang mengungkungnya untuk maju. Semangat perjuangan Kartini terus hidup dari generasi ke generasi dan menjadi inspirasi banyak perempuan Indonesia.
Pemikirannya itu dapat kita lihat pada surat Kartini kepada beberapa temannya di Eropa yang diterbitkan JH Abendanon pada 1911 yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Belanda dikumpulkan menjadi buku berjudul Door Duisternis tot Lichtyang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Surat-surat Kartini juga disarikan salah satunya oleh Armijn Pane pada 1922 dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Bisa dikatakan sampai saat ini buku tersebut menjadi buku pegangan bagi para pejuang hak kaum perempuan. Dalam surat-suratnya itu tergambar betapa Kartini berpikir jauh di depan zamannya yang sangat menyudutkan peran wanita.
Sang pahlawan bangsa kita ini memiliki semangat etos kerja yang menggebu-gebu.Dia merasa harus punya sesuatu hal berkaitan dengan bagaimana bersikap dan harus punya sikap entrepreneur. Jangan sampai selalu menyerah pada keadaan,selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan bagi semua perempuan untuk maju. Kartini membuka kesadaran perempuan untuk mengembangkan diri lewat pendidikan.
Dia melemparkan pemikiran dengan semangat bahwa perempuan harus mencapai potensi maksimalnya. Perempuan bagi Kartini harusnya tidak selalu tunduk dengan kungkungan budaya yang membuatnya terjepit. Bayangkan, di dalam keterbatasannya, dia mempunyai network dengan dunia luar. Sungguh luar biasa karena saat itu dia ada pada posisi yang sangat tidak comfortable.
Posisi Perempuan dalam Budaya
Kalau ingin sedikit merujuk sebab musababnya, Hannah Arendt, seorang ilmuwan sosial asal Amerika Serikat berdarah Jerman mengatakan bahwa perbedaan ini karena dalam kuasa pemerintahan dan juga budaya terdapat bentuk politik seksual (sexual politics).
Akan terjadi perbedaan peran dari jenis kelamin perempuan dan lakilaki yang berakar dari proses sosialisasi terhadap keduanya yang berdasarkan pola pikir patriarki. Perempuan selalu diposisikan sebagai subordinasi yang tak diperbolehkan untuk memiliki kemauan bebas (free will).
Bahkan perempuan diposisikan hanya sebagai pemanis rumah sebagaimana yang Kartini amati dari lingkungannya. Itu pun masih terjadi hingga saat ini walaupun kadarnya sedikit berkurang dan mulai membuka kesempatan bagi perempuan. Sebagai hasilnya, biasanya di Indonesia masih terjadi kerancuan, apakah mereka memilih menjadi perempuan karier, ibu rumah tangga,atau yang bergerak di bidang politik.
Kerancuan ini terjadi karena kultur budaya kita yang belum 100% menunjang perempuan berkarier atau berpolitik. Budaya kita selalu menginginkan perempuan berada sebagai ibu rumah tangga. Bahkan sampai saat ini pun masih banyak suami-suami yang masih ingin istrinya untuk selalu di rumah. Misalnya mereka berkata “Ah, saya ngak mau masakan pembantu, maunya masakan kamu (istri)” dan secara sadar serta halus membuat istrinya tidak beraktivitas di luar. Inilah yang harus kita ubah dengan semangat Kartini.
Pada dasarnya sebagai ibu rumah tangga, perempuan bisa berperan macam-macam. Perannya adalah sebagai hamba Tuhan, istri, mitra aktif, pendidik, profesional yang berkarier atau sebagai seseorang yang bersosialisasi inter dan antarkeluarga. Perempuan tidak bisa memajukan dirinya tanpa menetapkan suatu prioritas.
Masalah penetapan prioritas inilah yang akhirnya membuat perempuan sulit secara total menempatkan diri sebagai orang yang benar-benar bisa mewakili dirinya, keluarganya, masyarakatnya atau bangsanya. Prioritas inilah yang akan menjadi fokus agar perempuan dapat berkarier secara profesional. Untuk itulah,perempuan harus tahu dia mau jadi apa karena semua peran itu bisa dilakukan secara berkesinambungan dan paralel.
Sementara itu, dia harus profesional dalam arti menempatkan prioritas yang akan dilakukan. Misalnya seorang ibu rumah tangga sekaligus perempuan karier harus menanamkan pada dirinya bahwa dia harus bagus, harus tepat waktu, bisa mengurus rumah tangga serta sepenuhnya berusaha mengejar kariernya agar sukses.Alangkah baiknya lagi dia bisa menularkan kebaikan itu pada lingkungannya agar orang lain bisa lebih baik lagi.
Selama ini saya meyakini ada lima sifat yang harus dimiliki seorang perempuan profesional, yaitu fokus,cepat,fleksibel,ramah, dan harus mencintai tugasnya. Kesemuanya ini dapat dilakukan dengan basis keluarga yang kuat yang membuat kita bisa melangkah.
Keluarga yang kuat itu akan menjadi pijakan untuk anak-anaknya dan suaminya karena mereka berada pada posisi yang memahami hal yang harus dikembangkan dari setiap orang.Perempuan juga harus matching antara pikiran, perilaku, dan tampilan.
Super-Team
Sebagai jalan keluar bagi perempuan yang ingin terus berkarier, harus dibuat komitmen dengan suami bahwa dia bisa beraktivitas di luar jika sudah menjalankan yang benar di dalam rumah. Harus dibuat suatu keseimbangan antara fungsi perempuan di dalam rumah serta di rumah. Cara seperti itu menjadi bentuk penghargaan terhadap suami sebagai partner serta anak kita.
Harus tercipta saling pengertian tugas masingmasing dalam keluarga.Jangan sampai ada pandangan merendahkan dari satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Ciptakan juga kondisi saling mengapresiasi kebaikan yang dilakukan. Apresiasi orang lain.Misalnya ketika suami melakukan kebaikan, jangan dibilang itu sebagai “keharusan”,melainkan dinilai sebagai usaha baik dan harus ada apresiasi.
Selain itu, perempuan sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan karier harus menciptakan suatu kondisi yang nyaman dan dijalankan secara konsekuen, konsisten, dan kontinu serta sikap saling membutuhkan dalam anggota keluarga. Keinginan untuk menyelesaikan persoalan bersama- sama harus menjadi dasar keluarga.
Di sini Kartini membuat kita sadar bahwa kita –laki-laki dan perempuan– harus membangun bangsa bersama-sama. Dalam keluarga super-team masing-masing harus tahu posisinya. Jangan sampai malah perempuan setelah berkarier tidak menghargai suaminya. Mengenai posisi ini juga jangan berlebihan. Misalnya kalau dalam Islam suami itu jadi imam, sementara istri dan anak jadi makmum.
Kalau dalam tentara suami komandan, istri dan anak prajurit. Jangan sampai malah kebalikannya, suami jenderal, namun istri merasa lebih tinggi dari jenderal. Kesuksesan itu adalah hasil kerja keras, kesabaran, dan yang sangat penting persahabatan dengan berbagai kalangan. Jangan sampai perempuan selalu tertindas, tetapi jangan pula besar kepala. Selalu evaluasi diri kita. Jangan menyalahkan orang lain atas segala kesalahan maupun kegagalan. Selamat Hari Kartini, Kartini-Kartiniku.(*)
Mien R Uno
Presiden Direktur Duta Bangsa
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/231588/
Berkaca pada Semangat Kartini
Written By gusdurian on Selasa, 21 April 2009 | 12.37
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar